Minggu, 29 September 2024

BE FAMILY #part3


Melihat antusiasnya Arfa mengira Fannya adalah sang mama membuat Array merasa sedih.

"Ah~ seandainya saja kamu masih berada disini.." Array menghela nafasnya. Bibirnya tersenyum getir melihat raut wajah Arfa yang begitu bahagia karena mengira Fannya adalah mamanya.

"Pa, mama biar Arfa antar istirahat ya? Mama pasti lelah. Ayo ma.." Arfa menuntun Fannya agar mengikutinya. Array hanya membalas dengan anggukan kecil.

"Maaf ya Fan, aku pasti akan berikan penjelasan untuk Arfa agar tidak terus salah paham.." ujarnya merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa Ray, tapi kamu juga harus memberi aku penjelasan tentang keberadaan istri kamu." Balas Fannya. Ia merasa Array menyembunyikan sesuatu tentang istrinya.

"Aku akan membawa kamu mengunjunginya nanti.." jelas Array mengangguk setuju.

"Kalau begitu, aku masuk duluan ya Ray.." pamit Fannya saat hendak mengikuti langkah Arfa. Array lagi-lagi hanya mengangguk kecil dengan seuntai senyum.

Fannya kemudian berlalu mengikuti Arfa diiringi langkah kecil Elfaris yang membuntutinya dari belakang.

Elfaris si bocah pendiam ini benar-benar tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya diam mengikuti kemana sang mama pergi.


"Besok aku harus memberikan penjelasan untuk Arfa. Semoga Arfa bisa menerima kalau Fannya bukanlah mamanya.." Array kemudian beranjak keluar menuju parkiran rumahnya. Ia baru saja mendapatkan pesan singkat kalau rumah sakit membutuhkannya untuk menangani beberapa pasien darurat yang baru saja tiba.




**
Sementara itu...

Juan tengah duduk melihat ponselnya. Seorang teman mengiriminya sebuah poto yang baru saja di unggah di sosial media. "Tidak ada kesempatan lagi untukmu Juan, kamu harus merelakannya.." ujar teman tersebut.

Jantung Juan terasa berhenti berdetak. Ia memperhatikan dengan jelas poto seorang gadis cantik bersama pemuda tampan seusianya yang sangat ia kenali.

"Akhirnya kalian bersama.. selamat yaa.." unggahan poto itu membuat Juan yakin kalau gadis yang saat di sekolah menengah dulu sering ia goda dan dekati ternyata sudah memilih pria lain.

"Kenapa bisa secepat ini? Bukankan aku meminta waktu.." ujarnya tidak habis fikir. Juan pun mengingat kembali momen-momen saat kebersamaan mereka di sekolah dulu.


"Ra, mau pulang bareng?" Juan mendekati gadis cantik yang sering disapa Kinara ini.

"Tapi aku udah janji pulang bareng Rasya.." ujarnya menolak.

"Rasya bisa pulang sendiri.. ayo kamu bareng aku aja.." Juan langsung menarik lengan Kinara agar pulang bersamanya.

"Ar Juan! Kebiasaan! Nanti Rasya nyariin!" Kinara berteriak kesal. Ia menghentakkan kakinya namun ia tetap mengikuti ajakan Juan untuk pulang bersama.

 Juan tertawa kecil, ini  bukan kali pertama Juan memaksa pulang bareng bersama Kinara. Sudah tidak asing melihat Juan dan Kinara yang seperti kucing dan tikus. Setiap bertemu Juan selalu berulah.

Berbeda dengan Rasya yang pendiam. Selain tampan dan pintar, Rasya juga pandai memperlakukan Kinara dengan baik. Ketiganya bersahabat dekat. Rasya si bintang kelas yang selalu mendapat peringkat pertama, sementara Juan, targetnya hanya menjadi peringkat 3 saja. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian, meski sering bermain-main saja saat sekolah, namun ia benar-benar mendapat peringkat ke 3. Ia benar-benar tidak menginginkan peringkat pertama. Ia memiliki kenangan buruk saat mendapat peringkat pertama, karena kala itu kedua orang tuanya hanya sibuk bekerja tanpa bisa memberikan apresiasi untuknya. Bahkan saat mendapatkan penghargaan sebagai siswa terbaik di sekolah dasar dahulu, orang tuanya tidak bisa datang menghadiri. Oleh karena itu Juan bertekad tidak akan pernah mau mendapat peringkat pertama lagi.

Meskipun Kinara dan Rasya sering di cocok-cocokkan menjadi pasangan, nyatanya keduanya hanya berteman. Rasya terlalu pengecut dengan perasaannya. Ia tidak pernah berani mengutarakan isi hatinya terhadap Kinara. Tidak seperti Juan yang selalu terus terang meski sering ditolak oleh Kinara. Bagaimana tidak ditolak, Kinara sendiri tidak yakin apakan Juan serius atau hanya main-main saja dengan perasaannya itu.


Dan sekarang Juan masih tidak percaya jika akhirnya Kinara dan Rasya menjadi sepasang kekasih.

"Ini sungguh di luar dugaan.. bagaimana mungkin Kinara bisa dengan Rasya. Bukankah hanya aku yang ada dihatinya.." Juan masih merasa ini tidak nyata. Keyakinannya menyatakan jika Kinara hanya akan menjadi miliknya.

"Tapi tidak apa.. bukankah mereka hanya berpacaran? Jalan ini masih panjang.. peluang untukku juga masih banyak.. setelah aku menyelesaikan study disini.. setelah aku bisa memimpin perusahaan papa, aku yakin Kinara pasti akan kembali.. aku tentu tidak perlu khawatir kan?" ujarnya lagi. Ia menyemangati dirinya sendiri. Tekadnya saat ini adalah belajar dengan sungguh-sungguh, karena ia adalah satu-satunya harapan sang papa untuk menggantikannya mengurusi perusahaan kelak.



**
"Papa hanya memiliki putri, papa harap kamu bisa mendapatkan seorang pria tulus yang mengerti tentang bisnis nantinya.. papa tidak ingin kamu bekerja keras mengurusi perusahaan papa, biarkan saja suami kamu yang akan mengurusnya saat papa sudah pensiun nanti.." ujar seorang pria paruh baya kepada putri kesayangannya.

"Ah, papa! Ara kan masih kuliah, kenapa harus membahas tentang pernikahan? Ara juga belum memikirkan kearah sana. Papa ini terlalu jauh.." Kinara memprotes dengan nada manjanya.

"Haha.. lihatlah putri kesayanganku ini malu-malu.. papa kan hanya memberitahu saja, kalau nanti mencari pasangan harus yang mengerti tentang bisnis.. agar bisa mengelola perusahaan kita dengan baik.." balas sang papa tertawa gemas.

"Ma, lihat deh.. papa itu bukannya terlalu jauh berfikirnya.. umur Ara saja sekarang baru berapa.. kenapa sudah memikirkan tentang pernikahan.." Kinara mengadu kepada sang mama yang duduk disebelahnya. Sang mama hanya membalas dengan senyuman kecil.

"Beruntungnya aku sekarang sudah memiliki Rasya.. bukankah Rasya sangat pintar.. ia pasti menjadi kandidat terbaik untuk menjadi menantu papa nantinya, tidak seperti Juan yang hanya tahu bermain-main saja.." Kinara tersenyum lebar. Ia merasa bahagia karena kini telah berpacaran dengan Rasya. Namun Kinara pasti tidak akan menyangka jika sebenarnya Juan adalah kandidat terbaik untuk memimpin sebuah perusahaan, karena perusahaan orang tua Juan sangat berpengaruh di dunia bisnis.









Bersambung...



Minggu, 22 September 2024

BE FAMILY #Part2

Array baru saja keluar dari ruang operasi, ia tidak habis fikir dengan keadaan pasiennya kali ini. Pasien datang dengan pendarahan dikepala akibat pukulan dari benda tajam dan terdapat serpihan kaca pada luka dikepalanya, sepertinya pasien menjadi korban kekerasan karena Array juga menemukan beberapa luka memar ditubuh pasien.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Array menatap seorang bibi paruh baya yang tadi datang bersama pasien.

"B..bagaimana keadaannya dokter?" Sang bibi terlihat khawatir.

"Pasien mengeluarkan banyak sekali darah, dikepalanya juga terdapat serpihan kaca yang menusuk mengenai pembuluh darah. Beruntung pasien telah melewati masa kritisnya, jika telat beberapa saat saja mungkin pasien tidak bisa terselamatkan.." Array menjelaskan.

"Ya Allah nyonya..." bibi menitikan air mata. Ia merasa sedih mendengar keadaan majikannya.

"Saya teman dekat Fannya saat kuliah dulu. Sebenarnya apa yang sudah terjadi bi?" Array mulai bertanya lagi.

"Bibi tidak tahu, bibi lagi ngajak den Elfaris bermain diluar kompleks. Saat bibi datang, nyonya sudah terjatuh tidak sadarkan diri dan banyak darah dilantai dan.. vas bunga sudah pecah.. bibi benar-benar tidak tahu dokter.." jelasnya dengan tangan gemetar saat mengingat kejadian tadi.

Array menghela nafasnya berat.

"Fannya sudah menikah?" Bidik Array.

"Nyonya sudah punya seorang putra berusia 2tahun, tapi bibi tidak pernah melihat suaminya ada di rumah. Mungkin suaminya tinggal di luar negeri dan sibuk, jadi jarang pulang ke rumah.."ujar bibi menjelaskan.

"Sudah menikah? Dan punya anak?" Array mengernyitkan dahi. Bibi hanya membalas dengan anggukan cepat.

"Lama tidak mendengar kabar kamu, ternyata kamu sudah menikah Fan.. hampir saja aku tidak mengenali kamu karena kamu datang dengan kondisi seperti ini.. ada apa dengan kamu Fannya, apa kamu baik-baik saja?" Array menghela nafasnya. Fikirannya kini berkecamuk dengan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang dialami Fannya hingga bisa mendapati luka seperti ini.

Fannya adalah sahabat terbaik Array saat kuliah dahulu. Mereka cukup dekat layaknya sepasang kekasih, namun Array tidak pernah menyatakan perasaannya. Saat orang tua Array menjodohkannya dengan Fara (mendiang istrinya) Array tidak menolak, Ia bahkan meminta saran kepada Fannya tanpa berfikir jika itu bisa melukai hati Fannya. Dan itu yang membuat Fannya merasa sedih hingga akhirnya memutuskan pergi menjauh dari kehidupan Array dan tidak pernah berniat untuk kembali lagi.
Sekian lama ia dekat dengan Array dan memendam perasaan kagum pada pria yang berhati dingin itu, Fannya merasa perasaannya sia-sia. Ia pun memutuskan untuk pindah ke luar negeri dan menetap disana.

Setelah beberapa tahun, ia pun menikah dengan seorang pria bernama Chris Stevan.
Di tahun pertama pernikahan, hubungan mereka baik-baik saja layaknya pasangan lain pada umumnya. Namun ditahun kedua, tepatnya setelah Fannya melahirkan putra pertamanya, sikap Chris mulai berubah. Ia menjadi kasar dan sering melakukan kekerasan terhadap Fannya.
Chris juga sering membawa wanita lain pulang kerumah dalam keadaan mabuk.

Amarah Fannya memuncak saat Elfaris putra kecilnya yang saat itu baru berusia 2 tahun juga mendapati perlakuan kasar dari sang ayah. Kesabarannya sudah benar-benar habis. Ia pun memutuskan untuk tidak mempertahankan pernikahannya lagi dan kembali ke tanah air membawa putra kecilnya.

Setelah 1 tahun menetap di Indonesia dengan keadaan hidup yang damai, tiba-tiba saja Chris datang dan meminta untuk kembali rujuk dengan Fannya. Tentu saja Fannya menolak! Dan kejadian mengerikan itu pun terjadi..

Chris benar-benar gila! Ia melampiaskan semua amarahnya. Memukul, menampar, menjambak, bahkan terakhir ia memecahkan vas bunga berukuran cukup besar diatas kepala Fannya. Setelah amarahnya habis, ia pergi tanpa menyesali perbuatannya dan membiarkan Fannya tergeletak bersimbuh darah begitu saja.

***
Beberapa hari berlalu..

Kondisi Fannya kini sudah mulai pulih. Array sudah mengizinkannya untuk pulang.. namun demi keselamatan Fannya juga Elfaris, Array membawa mereka pulang ke rumahnya.

"Aku nggak mau ngerepotin kamu Ray.. biarkan aku sama Elfaris pulang ke rumahku saja.." ujar Fannya mencoba menolak saat Array membukakan pintu mobil putihnya.

"Dua hari lalu Chris hampir saja membawa Elfaris pergi. Kamu lihat sendiri, tangan Elfaris terluka karena dia bawa paksa. Sebelum polisi berhasil menangkap dia, aku nggak akan biarin kamu sama Elfaris dicelakai lagi." Jelas Array sangat khawatir.

"Tapi Ray.. nanti kalau istri kamu salah faham bagaimana?" Fannya  menatap Array.

"Tenang saja, ia perempuan yang sangat baik. pasti akan mengerti penjelasan aku.." ujar Array tersenyum getir. Fannya tidak mengetahui kalau istri Array sudah tiada.

Akhirnya Fannya pun masuk kedalam mobil yang kemudian Array kemudikan menuju rumahnya.

"Array masih saja seperti dulu.. beruntung sekali wanita yang menjadi istrinya.. dia pasti diperlakukan sangat baik oleh Array.." Fannya tersenyum seraya membelai Elfaris yang kini terlelap dipangkuannya.

"Kenapa kamu bisa memilih laki-laki yang kasar seperti Chris Fan? Bukankah banyak pria yang mengejar kamu saat di kampus dulu.. apa tidak ada satu pun yang berhasil memenangkan hati kamu.." Array menatap Fannya dari kaca spion mobilnya kemudian mulai melaju meninggalkan rumah sakit menuju rumahnya.

***
"Papaa..!! Papa udah pulang?" Arfa berteriak senang menyambut kedatangan Array sang papa.

Array langsung meraih tubuh mungil bocah tampan yang sangat menggemaskan itu.

"Papa nggak sibuk ya? Papa pulangnya nggak malam-malam?" Arfa kembali bertanya dengan ekspresi riangnya.

"Iya papa nggak sibuk.. papa kangen sama Arfa, makanya papa cepat pulang.." jelas Array seraya menatap gemas jagoan kecilnya itu.

Arfa tersenyum, ia lalu menoleh kearah pintu dan matanya menyipit saat melihat seorang perempuan cantik berdiri diambang pintu rumahnya bersama seorang bocah laki-laki.

Arfa langsung memaksa turun dari gendongan Array. Ia mendekati perempuan tersebut. Matanya berkaca-kaca.

"Pa!  Apa ini mama buat Arfa?" Ujarnya yang kemudian air matanya tiba-tiba saja tak terasa keluar dari sudut matanya.

"Arfa, ini teman papa.. namanya tante Fannya.. diaa.." belum sempat Array menjelaskan, Arfa langsung menubruk tubuh Fannya dan memeluknya.

"Ma, Arfa kangen mama.. kenapa mama baru datang sekarang.. Arfa kangen mama maa.."Arfa menangis seraya memeluk kaki Fannya, postur tubuhnya yang masih kecil sehingga ia hanya bisa menggapai kaki Fannya untuk bisa mencurahkan kerinduannya terhadap sang mama.

Fannya membungkukkan tubuhnya, ia meraih tubuh mungil Arfa dan menatap wajah tampannya.

"Sayang, tante bukan mama.." belum sempat Fannya meneruskan ucapannya, Arfa kembali menubruk tubuhnya. Ia menangis sejadi-jadinya.

"Maa.. mama jangan pergi lagi yaa.. Arfa janji nggak akan jadi anak yang nakal.. mama perginya terlalu lama.. Arfa kangen sama mama.. Arfa nggak mau ditinggalin sama mama lagi, Arfa nggak mau ma.." Arfa menangis menumpahkan segala kerinduannya terhadap sang mama. Ini adalah pertama kalinya Array membawa seorang wanita kerumah. Mungkin karena masih kecil dan belum mengerti, hingga Arfa mengira kalau Fannya adalah sang mama.

Array hendak meraih tubuh Arfa, namun Fannya menggelengkan kepalanya memberikan isyarat kalau biarkan Arfa memeluknya lebih lama. Fannya seolah mengerti betapa rindunya Arfa terhadap sang mama.

Array yang melihat kejadian ini hanya bisa berkaca-kaca. Sungguh ia merasa gagal menjadi seorang ayah karena tidak bisa memberikan kasih sayang seorang ibu untuk putranya.

Bersambung...

(Ini scene Arfa ngetiknya sampe mengeluarkan air mata)

Author: Dheana

Kamis, 19 September 2024

BE FAMILY #Part1

Disaat semua orang tua berbahagia karena kelahiran buah hati mereka, namun berbeda dengan apa yang dialami oleh Array Tandeas. Ia harus menelan pahitnya kenyataan saat sang dokter menyatakan istri tercintanya meninggal usai persalinan. Bagaikan tersambar petir di siang bolong.. dadanya terasa sesak, air mata Array tak terbendung lagi, Ia berlari sekuat tenaga menuju ruangan dimana wanita tercintanya kini terbaring kaku tak bernyawa.

"Tidak, sayang kamu jangan bercanda, k..kamu nggak mungkin pergi secepat ini kan? Kamu, kamu nggak mungkin tega biarin aku sendiri? Kamu cuma bercanda kan sayang.." Array memeluk tubuh Fara sang istri, ia memegang pergelangan tangan Fara, berharap jika denyut nadinya masih bisa ia rasakan. Array juga mendekatkan jemarinya didekat hidung Fara, berharap kalau nafasnya masih bisa ia rasakan, namun dadanya benar-benar terasa sesak, air matanya tak terbendung lagi. Array menangis sejadi-jadinya. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter dirumah sakit.

"Tidak.. tidak mungkin.. sayang.." tubuh Array bernar-benar lemas. Ia memeluk tubuh kaku sang istri, memeluknya begitu erat.

"Sayang, bangun.. aku nggak bisa kamu tinggalkan begini.. sayang, apa yang harus aku lakukan tanpa kamu.. sayang, aku mohon bangun.. sayang hiks.." Array menangis sejadi-jadinya.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu bangun?.. sayang, aku mohon.. aku mohon.. beri aku kesempatan.. aku mohon.. aku nggak bisa tanpa kamu sayang.. aku mohon.. bangun... hiks" Array terus terisak memeluk erat tubuh Fara. Wajah cantik Fara yang selalu ia kagumi ia kecupi berulang-ulang. Array benar-benar tidak bisa menerima semua kenyataan menyakitkan ini. Ia benar-benar hancur kehilangan sang istri tercinta.

Fara meninggal karena pendarahan yang terlalu banyak saat persalinan, ia juga sempat mengalami serangan jantung saat operasi persalinan berlangsung hingga akhirnya nyawanya pun tidak terselamatkan. Namun beruntung sang bayi berhasil dikeluarkan dengan selamat tidak kurang suatu apapun.

Inilah yang disebut perjuangan seorang ibu. Mereka rela bertaruh nyawa demi melahirkan buah hati tercintanya ke dunia, tanpa mempedulikan jika nyawanya sendiri menjadi taruhannya. Ia tetap rela dan bahagia saat mendengar tangisan pertama dari sang buah hati.



**
Singkat cerita..


Setelah prosesi pemakaman selesai, kedua orang tua Array dan kolega yang hadir bergegas pulang.
Array berhenti sejenak untuk berpamitan pada sang istri yang kini sudah terbaring tenang ditempat peristirahatan terakhirnya. 

"Sayang, aku pulang ya..  aku janji akan merawat anak kita dengan baik.. aku juga pasti akan sering datang menemui kamu..  aku sangat mencintai kamu sayang.. aku pasti akan sangat merindukan kamu.." Array menyentuh batu nisan yang bertuliskan nama sang istri, air matanya lagi-lagi mengalir tanpa bisa ia tahan. Ia membiarkannya sejenak lalu menarik nafasnya dalam-dalam agar bisa melepaskan kepergian sang istri dengan ikhlas.


Ar-Juan Tandeas adik kandung Array yang ternyata masih berdiri dibelakang Array pun ikut berusaha tegar didepan sang kakak.

"Kak Fara pasti sudah bahagia di surga sana kak.. dia orang yang sangat baik.. Tuhan pasti sudah menyiapkan surga untuknya.." ujar Ar-Juan mencoba menegarkan hati kakaknya. Array hanya mengangguk kecil. Ia kemudian mengajak Ar-Juan agar bergegas pergi karena tetesan air hujan mulai berjatuhan membasahi bumi.


Setelah semuanya pergi.. hujan pun turun semakin deras.. seolah langit ikut menangis akan kepergian seorang ibu yang rela mempertaruhkan nyawa untuk kelahiran buah hatinya.
(Surga balasan untuknya..)



**
5 tahun berlalu..

Bayi merah yang tidak mengenal kasih sayang sang ibu itu kini telah menjadi seorang anak yang sangat tampan, lucu dan cerdas. Ia diberi nama oleh sang papa dengan nama lengkap ARFA ELFANO TANDEAS.
ARFA sendiri adalah singkatan dari ARRAY-FARA. Anak yang sangat aktif, baik hati dan ceria. Arfa adalah cahaya kebahagiaan bagi Array. Ia rela melakukan apapun untuk bisa membahagiakan putra kesayangannya.

"Papa..!  Ada telfon dari om Juan.." Arfa berteriak seraya menggenggam ponsel milik Array sang papa.

"Coba Arfa angkat, mungkin om Juan memang sengaja ingin bicara sama Arfa.." jelas Array berbicara dari dalam kamar mandi. Ya array baru saja pulang dan hendak mandi.

Jemari kecil Arfa pun menggeser layar ponsel papanya dan terdengarlah suara yang memang sangat Arfa nantikan.

"Om Juaan..!!" Arfa berteriak senang.

"Arfa.. kenapa lama sekali jawab telfon dari om? Memangnya Arfa lagi apa, hem?" Suara Juan terdengar begitu lembut, suara khas yang memang sangat Arfa sukai.

"Om kenapa baru telfon? Arfa kan kangen sama om Juan.." Arfa berbicara dengan antusiasnya. Ia tidak mempedulikan pertanyaan dari Juan.

Ar-Juan yang sudah hafal betul dengan kelucuan keponakan satu-satunya ini pun begitu gemas. Rasanya Ia ingin sekali terbang langsung dari LA untuk bisa menemui keponakan kesayangannya ini.

"Om kapan pulang? Arfa nggak ada yang ajakin main lagi.." raut wajah Arfa seketika berubah menjadi sedih.

"Om disini baru juga beberapa bulan, pulangnya masih lama Faa.." jelas Juan terkekeh. Pasalnya ia mengambil kuliah jurusan bisnis di LA sesuai dengan keinginannya. 

"Lama-lama?" Arfa bertanya polos.

"Iya masih lama, nanti om pulang kalau Arfa sudah besar.." jelas Juan lagi.

Seketika raut wajah Arfa menjadi sedih.

"Jangaan... jangan lama-lama omm.." bibir mungil Arfa mengerucut. Kedua matanya berkedip-kedip memerah menahan tangis.

Maklum saja, selama sang papa sibuk bekerja dirumah sakit. Yang menemani sehari-hari Arfa selain bibi pengasuh adalah Juan. Bahkan mungkin kedekatan Arfa dan Juan melebihi dengan Array sang papa.

 Ditengah kesibukan sekolah, Juan selalu menyempatkan diri untuk bermain dengan Arfa. Juan sangat menyukai permainan basket, Arfa sering ia ajak ke lapangan untuk menyaksikan permainannya, Arfa menjadi team sorak pendukung setia Juan. Saat Juan bermain basket, Arfa akan berteriak penuh semangat dan bertepuk tangan menyoraki Juan bermain.



Bersambung..