Bisma terus membawa Franda menuju kamarnya yang terletak dilantai atas. Satu persatu anak tangga kayu pun dilaluinya seraya menggendong Franda dari depan. Hingga akhirnya pintu kayu bercat coklat tua sudah berada tepat dihadapannya.
"Are you ready honey...?" Bisma berbisik dengan tatapan nakalnya.
"Bisma serius ini gak lucu dehh.. Awas kalo sampe kamu macem-macem. Aku gak bakalan mafin kamu!" ujar Franda mengancam.
Bisma tidak mendengarkan. Ia menutup pintu kamrnya lalu menguncinya rapat. Tubuh Franda tanpa berkutik masih tetap digendongnya. Tempat tidur berukuran cukup besar didepannya pun ia panjang dengan senyuman lebar.
"Penuhi janji kamu. Turuti semua yang aku mau. Dan buktikan kalau kamu sungguh-sungguh sama ucapan kamu yang kemarin.." perlahan Bisma membaringkan tubuh Franda diatas tempat tidur empuknya.
"B..Bis, t..tapi gak usah sekarang juga dong Bis. A..aku belum siap.. A..akuu.."
"Gak perlu takut gitu dong Nda. Aku gak bakalan nyakitin kamu ko. Aku cuma mau kita seneng-seneng aja.." jelas Bisma berkata enteng diiringi senyuman nakalnya.
Franda sendiri sampai gemetar takut. Satu sisi ia memang sudah berjanji untuk menjadi istri yang baik untuk Bisma, namun disisi lain, ada rasa ragu karna Bisma belum Bisma membuktikan janjinya.
"Boleh yah? Ais pingin punya teman katanya Nda.." Bisma menatap wajah Franda penuh harap.
Franda diam. Ia membalas tatapan Bisma namun tanpa bersuara.
"Ayolah sayang.. Emangnya kamu gak kangen sama aku, hem? Kita kasih Ais adik Nda. Biar dia punya temen, gak sendirian lagi. Aku janji deh, keluarga kita pasti akan jauh lebih bahagia lagi nantinya. Mau yah sayang..?"
Lagi-lagi Franda hanya menatap wajah Bisma. Kedua matanya bahkan tanpa berkedip saat Bisma meminta sesuatu yang memang menjadi haknya sebagai suami.
"Hemm.. Mikirnya lama banget sih? Kamu masih ragu juga sama aku Nda? Atau emang kamu gak pernah mau percaya sama aku? Aku tukang boong yah? Sampe-sampe kamu gak percaya sama aku lagi. Hufh.. Oke, yaudah, aku gak akan maksa. Aku mau keluar aja, mau berkemas buat besok.."
Tiba-tiba Bisma beranjak turun dari atas tempat tidurnya. Ia berjalan gontai menuju pintu kamarnya untuk segera keluar.
"B..biss.." panggil Franda pelan.
Bisma menoleh. Ia menghentikan tangannya yang tengah membuka kunci pintu.
"A..aku b..bukannya gak mau nurutin keinginan kamu. K..kamu jangan salah faham Bis. A..aku tuh cuma.. Cumaa.."
"Gak papa ko. Aku ngerti. Yaudah, aku juga gak maksa. Tadinya aku cuma pingin aja punya anak kedua dari kamu, kasih teman buat Ais, tapi kalo kamu gak bisa. Aku ngerti. Aku gak akan maksa Nda.." jelas Bisma pelan diiringi senyuman paksanya. Wajahnya terlihat kecewa. Ia kemudian membuka pintu kamarnya dan keluar meninggalkan Franda.
"Bisma pasti marah.. Maafin aku Bis. Aku cuma takut aja kamu gak bisa tepatin janji kamu. Aku itu hafal betul siapa kamu, sebelum janji itu kamu buktiin, aku gak bisa percaya dulu. Sekali lagi maaf.." Franda membatin sesal memandang sosok Bisma yang sudah berlalu meninggalkannya.
"Bisma suami aku. Kita menikah memang bukan didasari atas cinta. Tapi pernikahan aku sama Bisma udah menghasilkan sosok malaikat kecil, buah hati kesayangan aku sama Bisma. Apa mungkin aku masih belum bisa percaya sama Bisma juga? Bukannya perjanjian konyol itu udah kita batalkan?.. Lalu...."
Fikiran Franda berkecamuk dipenuhi rasa bersalah karena menolak apa yang Bisma inginkan. Bayangan masa lalu pun seolah terbayang menakuti Franda. Namun bayangan masa kini membuat hati Franda tenang seolah mengatakan kalau Bisma pasti akan menepati janjinya dan tidak akan mengecewakannya lagi.
"Gak! Aku gak boleh egois! Bisma udah buktiin sifat baiknya sekarang. Dia juga udah sayang banget sama aku, aku bahkan makin sayang dan cinta sama dia. Gak seharusnya aku kaya gini. Kalau nanti Bisma cari perempuan lain gimana? Aku gak mau. Bisma cuma milik aku, cuma punya aku, an cuma suami aku. Gak boleh ada yang lain.." Franda berucap mantap. Ia kemudian segera keluar kamarnya menyusul Bisma dan bertekad tidak akan bersikap egois lagi.
** "Haha, ternyata Franda itu emang cuma milik gue. Buktinya aja sekarang dia minta maaf.. Hemmm Ais kira-kira mau adik cewek atau cowok yah? Atau mau dud-duanya sayang? Haha, apa banget sih.. Hufh.. Yang pasti gue seneng banget.. Aku janji Nda, keluarga kita kedepannya pasti akan lebih baik dan bahagia. Aku yakin sayang..."
Bibir Bisma sedari tadi tak henti tersenyum. Setelah mendengar penuturan Franda dan permintaan maafnya. Akhirnya Franda menyerah dan mau untuk memenuhi apa yang Bisma inginkan.
Perempuan cantik itu tengah duduk disamping Elfaris yang sebelumnya sudah Bisma pindahkan kedalam ruangan kamarnya.
"Bobo yang lelap yah sayang. Bunda sayaaang banget sama Ais, mmuacch.." Franda mengusap kening Elfaris lalu mengecupnya lembut.
"Ayo sayang. Udah malem nih.. Aku juga udah mulai ngantuk. Bobo yuk?" ucap Bisma tiba-tiba.
Franda menoleh dan menghela nafasnya.
"Iya, sebentar aku selimutin Ais dulu Bis.." ujarnya sebal.
Bersambung...