Kamis, 30 Oktober 2014

Perjanjian Cinta #Part50

Sebuah pusat perbelanjaan yang cukup luas dan besar. Terlihat keluarga kecil nan bahagia ini berputar-putar mencari apapun yang diinginkan.
Meski awalnya Bisma ragu mengajak Franda dan Elfaris kesebuah mall. Namun melihat raut kebahagiaan dari istri dan jagoan kecilnya itu membuat Bisma berfikir ulang karna ia pun merasa bahagia melihat keceriaan diwajah keduanya.

"Bunda Ais mau es klim." pinta Elfaris menghentikan langkahnya.

Franda segera merogoh tas hitamnya. Ia mengeluarkan dompet putihnya lalu diambil lah lembaran uang lima puluh ribuan dari dompetnya tersebut.

"Ini sayang, beli sendiri yah?" ujarnya lembut.

"Yeyyee! Makasih bunda. Ais mau beli dulu yah?" Elfaris meloncat senang. Wajahnya tampak sangat ceria karna apapun yang diinginkannya terus Franda turuti.

"Perasaan tadi di pintu masuk kita udah beli es krim deh buat Ais. Kenapa dikasih lagi sih bun? Kalau nanti dia sakit gimana?" Bisma mulai membuka suara. Rupanya ia sedikit tidak suka karna Franda terlalu memanjakan putranya.

"Gak papa dong yah sekali-kali. Lagian kalau dirumah Ais jarang kan makan es krim atau es lainnya. Jadi gak ada salah dong kalau Nda kasih?" jelas Franda melebarkan senyum manisnya. Bisma diam. Ia membuang nafasnya pasrah tanpa bisa memprotes lagi.

"Lucu banget. Perasaan dari tadi mukanya pasrah terus. Ayah kamu lucu sayang.." Franda membatin geli menahan tawa. Ekspresi wajah Bisma memang sangat lucu. Perut besarnya pun tak henti ia elusi pelan.

"Jadi gak cari coklatnya? Perasaan tujuan awal kita buat cari coklat deh bun." Bisma kembali membuka suara.

Franda tidak bergeming. Ia tetap saja dengan posisinya yang tersenyum memandangi wajah Bisma sambil mengusapi perut besarnya tanpa menyahuti ucapan Bisma(?).

"Hmm dia malah ngelamun.." Bisma menggelengkan kepalanya melihat apa yang terjadi pada istrinya ini.

Tak lama lelaki bertubuh tidak terlalu besar ini mendekat dan berdiri dibelakang Franda. Dengan sangat pelan kedua tangannya ia ulurkan lalu di daratkannya hingga melingkar diperut besar Franda.

"Ekhemm.. Lagi lihatin apa sih bun? Sampe serius gitu?" ujar Bisma menelusupkan wajahnya dileher jenjang Franda.

Franda tersentak kaget. Lamunannya terbuyar. Ia buru-buru menyentuh tangan Bisma yang melingkar lembut diperut besarnya.

"Y..yah kamu ngapain sih? K..ko bisa langsung meluk Nda gini?
Lepasin yah? Malu tau dilihat orang." ujar Franda berusaha melepaskan tangan Bisma.

Bisma tersenyum. Ia mengecup pipi Franda lalu melepaskan kedua tangannya yang memeluk Franda dari belakang.

"Gak tau tempat banget. Masa ditempat ramai kaya gini main.peluk-pelukan? Kamu tuh rese juga ya yah?! Gak tau apa kalau perut Nda udah segede gini?" ketus Franda sebal. Ia mengatur nafasnya karna terasa cukup sesak bercampur kaget saat Bisma memeluknya tadi.

"Lagian siapa suruh Nda bengong. Di ajak ngomong malah senyum-senyum sambil diem. Yaudah mending dipeluk aja biar gak kesambet." balas Bisma sekenanya.

"Ngh, y..ya tapi gak usah pake peluk juga kan bisa." Franda menatap Bisma sebal.

Bisma tersenyum. Ia melirik perut besar Franda lalu diusapnya pelan.

"Bunda kamu tuh suka malu-malu meong. Padahal ayah tuh yakin, bunda pasti seneng ayah peluk." Bisma berbisik didepan perut besar Franda. Ia mengajak bicara bayi keduanya yang masih Franda kandung lalu dikecupnya sekilas.

"Siapa yang malu-malu meong? Ihh kamu tuh rese ya yah?" protes Franda terkekeh sebal akan ucapan Bisma.

"Emang bener ko. Iya kan? Kalo gak seneng, gak mungkin perut Nda bisa segede ini."

"Isshhh Bismaa!!"

"Hehe becanda sayaang. Maaf deh maaf.."

"Tau ah, sebel!"

"Yaah mulai deh ngambek.."

"Tau!"

"Tuh kan.. Yaudah kan ayah tadi cuma becanda. Lagian emang bener kan ucapan ayah? Kalau Nda gak suka gak mungkin perut Nda bisaa.."

Franda langsung menatap Bisma tajam.

"Hehee peace bun.." Bisma cengengesan sambil mengangkat jarinya membentuk huruf V.

"Nda mau lihat Ais aja. Kamu nyenenginnya cuma sebentar-sebentar. Selebihnya banyak ngeselin!" ketus Franda beranjak meninggalkan Bisma untuk mencari Elfaris.

"Yaah mulai deh dia ngambek.
Ko gue bisa kelupaan yah kalo Franda tuh lagi sensitif-sensitifnya?
Namanya juga wanita hamil, pasti sangat sensitif.
Hmm tapi lucu juga sih kalo udah godain Franda. Pipinya tuh suka jadi merah, trus marahnya itu lucu. Hmm Nda Nda, makin sayang ayah sama kamu.." Bisma tersenyum melihat tingkah sang istri. Ia kemudian ikut beranjak untuk menyusul Franda menemui Elfaris.







**
Setelah cukup lama berputar-putar di mall dan berbelanja. Bisma memutuskan untuk pulang karna malam mulai larut.
Awalnya Franda dan Elfaris menolak dengan alasan belum merasa puas. Namun karna Bisma terus memaksa, akhirnya perempuan berbadan dua dan jagoan kecilnya itu pun mau pulang juga.

"Baru juga satu jam, masa udah pulang aja. Tega kamu yah.." Franda menunjukan raut kekecewaan diwajahnya.

"Iya bnel, balu juga sampe udah pulang. Ayah payah.." Elfaris ikut-ikutan kecewa. Rupanya ia benar-benar belum puas berkeliling dipuas peebelanjaan tersebut.

"Terserah deh mau pada ngomong apa. Yang pasti ini udah malam. Siapa suruh ngajak ke mall diatas jam tujuh, jadi ya tanggung sendiri kalau gak bisa lama-lama." ujar Bisma pura-pura cuek. Ia tetap fokua dengan mobil yang tengah dikemudikannya.

Franda berdecak sebal. Ia memalingkan wajahnya tanpa mau berlama-lama menatap Bisma.

"Ngambek aja terussss..." ujar Bisma menyindir. Ia mengetuk-ngetuk jarinya diatas stir saat Franda menoleh kearahnya.

"Siapa suruh bikin istri kesel terus?!" ketus Franda kembali memalingkan wajahnya.

Bisma malah tersenyum. Ia dengan jahilnya mencolek dagu Franda hingga membuat Franda semakin kesal.

"Issshhh kamu tuh bisa diem gak sih?!" geramnya.

"Enggak." jawab Bisma enteng.

Franda memalingkan wajahnya lagi. Namun Bisma kembali mencolek dagunya dengan jahil.

"Issshh Bisma DIEM bisa gak sih?!" bentak Franda menepis tangan Bisma cukup keras.

"O ouww kayaknya marahnya beneran nih?" Bisma menunjukkan deretan gigi putihnya dengan wajah tanpa dosa. (Baca: nyengir).

"Ya Tuhaan.. Kenapa dia selalu ngeselin kaya gini sih?
Yakin banget sejuta persen anak keduaku ini pasti bakalan lebih mirip sama ayahnya. Abis Bisma bikin kesel terus." Franda membatin menahan marah. Nafasnya sampai tidak beraturan karna tingkan Bisma yang terus saja menyebalkan.

"Ayah awass!!" tiba-tiba saja Elfaris berteriak menunjuk kearah depan.

Bisma yang kaget langsung melihat kearah depan dan menghentikan mobilnya mendadak.

"Ciieeeetttt...."

"BRUKK!!"

"Astaghfirullah.. Itu tadi apaan?" Bisma mengatur nafasnya kaget.

"Speltinya ayah nablak olang.." ujar Elfaris yakin.

"Nabrak?" Franda menoleh kaget menatap Elfaris.

"Tadi kaya ada yang lewat gitu bunda, tapi ayah sama bunda libut telus sih. Dadinya ayah nablak olang itu." Elfaris menjelaskan akan apa yang dilihatnya.

"DEGG!!"

Jantung Bisma seakan berhenti berdetak mendengar penuturan Elfaris.

"Bis, kamuu.." wajah Franda seketika nerubah menjadi panik dan takut.

"Ayah mau lihat dulu sebentar." Bisma membuka pintu mobilnya kemudian keluar untuk melihat akan apa yang barusan tak sengaja di tabraknya.

"Ais tunggu didalam. Bunda mau lihat keluar." ujar Franda kemudian ikut keluar dari mobilnya menyusul Bisma.

Elfaris hanya mengangguk kecil menuruti ucapan bundanya. Ia tetap didalam tidak ikut keluar dari mobil.


**
"D..dia?"

"Astaghfirullah.. Yah, kamu beneran nabrak orang?" Franda memekik kaget tidak percaya.

Bisma dengan tangan yang bergetar buru-buru mengangkat kepala seorang perempuan yang tergeletak didepan mobilnya.

"Yah tolongin, kita bawa kerumah sakit aja langsung."

"Engh, j..jangan."

"Kenapa jangan?" Franda menatap Bisma bingung.

"Engh, m..maksudnya gak usah di bawa ke rumah sakit. Kan rumah sakit cukup jauh bun. Kita bawa kerumah aja. Lagian dia cuma pingsan, lukanya juga gak terlalu parah." jelas Bisma sedikit gugup.

"Y..yaudah kita bawa masuk ke mobil." setuju Franda akhirnya.

"I..iya bun." Bisma mengangguk setuju.

Tubuh perempuan yang memiliki wajah sangat tak asing bagi Bisma pun langsung dibawa masuk kedalam mobil untuk segera dibawa pulang dan diberikan pertolongan.

"Mukanya sangat mirip sama Nadin. Apa dia Nadin?" Bisma membatin bingung mengingat wajah perempuan yang kini sudah berada didalam mobilnya.

"Yah cepetan, kamu ko lama banget sih? Nanti kalau lukanya malah makin parah gimana?" ujar Franda sedikit mengagetkan.

"Engh, i..iya bun. Ini mobilnya mau ayah jalanin ko." balas Bisma gugup. Tanpa menunggu lama dan membuat Franda berfikir macam-macam. Bisma pun segera menjalankan mobilnya agar bisa cepat pulang.






**
Setibanya dirumah, Bisma langsung membawa perempuan yang menurutnya bernama Nadin itu menuju kamar tamu. Ia membaringkan perempuan tersebut dengan Franda dan Elfaris yang membuntutinya dari belakang.

"Ayah mau ambil kotak P3K dulu." pamit Bisma berlalu keluar dari kamar. Ia tampak panik dan gelisah.

"Bisma kenapa? Ko dia bisa sepanik itu?" Franda memandang Bisma bingung.

"Bunda Ais ngantuk.."

Franda menoleh melihat sosok jagoan kecilnya yang memang sudah menguap terus sejak tadi.

"Ais duluan ke kamar yah? Nanti bunda nyusul.." suruh Franda lembut.

"Iya bun, Ais bobo duluan yah? Mmuahh, dah bunda.." Elfaris mengecup pipi Franda lalu beranjak keluar.

Franda mengacak poni Elfaris sebelum bocah tampan itu benar-benar pergi dari hadapannya.

Tak lama Bisma kembali masuk dengan membawa kotak P3K.

"Biar sama Nda aja yah, kamu mending ganti baju. Itu baju kamu ada noda darahnya. Nda juga sekalian nanti biar yang gantiin baju perempuan ini. Bajunya cukup kotor dan ada noda darahnya. Nanti biar dia pake baju Nda dulu."

"T..tapi bun?"

"Udah gak papa. Nda bisa ko kalau cuma kasih perban aja. Lagian lukanya cuma di kening aja kan?"

"Tapi bun, ini udah cukup malam. Mending bunda ke kamar aja buat istirahat. Ayah takut nanti Nda malah sakit, ke kamar aja ya?"

"Udah gak papa. Nda bisa ko yah." ujar Franda meyakinkan.

"Hufh, yaudah terserah aja. Kalo gitu ayah mau ke kamar dulu buat ganti baju." pasrah Bisma. Ia mengacak poni Franda lalu beranjak keluar.

"Iya." Franda mengangguk dengan senyuman kecilnya. Tidak sedikit pun ia merasa aneh atau curiga akan sikap Bisma yang sebenarnya cukup aneh.

"Kasian cewek ini, dia kayak abis dikejar-kejar orang.
Mukanya juga kaya orang ketakutan gitu. Tapi Bisma teledor, untung aja dia lukanya gak terlalu parah. Kalau parah kan bisa njang urusannya." Franda duduk mendekati perempuan yang masih terbaring pingsan ini.

Perlahan Franda mencoba mengobati luka di kening perempuan tersebut. Beberapa luka kecil ditangan pun ikut ia obati. Dibalut dan diperbannya dengan sangat hati-hati.
Tak lama pakaian yang dikenakan perempuan tersebut pun ia lepas dsn diganti dengan baju miliknya karna baju tersebut cukup kotor.

"Cewek ini lumayan cantik juga. Dia sebenarnya siapa yah? Ko perasaan aku jadi gak enak?" Franda membatin gelisah.




**
"Gak, itu gak mungkin Nadin!
Ya Tuhan.. Dia cuma masa lalu. Kenapa gue harus ketemu dia?
Kenapa juga gue malah bawa dia kerumah ini. Aaaaarrggghhhh!!!!"

Bisma mengacak rambutnya frustasi. Ia sepertinya memang yakin kalau perempuan yang tadi tak sengaja ditabraknya itu adalah Nadin gadis yang pernah menjadi masa lalu untuknya.

"Gue takut. Gue gak mau nyakitin Franda. Gue sayang dan cinta banget sama dia. Tapi kalau Franda tau tentang Nadin, d..dia pasti akan marah besar sama gue?
Ya Tuhan.. Gimana ini?
Kenapa Nadin harus hadir lagi sih?
Kenapa dia harus muncul?
ARRRGGHHHHH!!!!" Bisma benar-benar tampak frustasi dan ketakutan sendiri.
Entah apa maksud dari ucapannya.
Mungkin saat hubungannya tengah renggang dengan Franda  dulu Nadin sempat dekat dengannya. Atau mungkin sebelum Bisma mengenal Franda, Bisma memang pernah dekat dengan gadis bernama Nadin tersebut.





*
"Ya ampuun, ko masih belum ganti baju juga sih yah?
Kamu tuh bener-bener ya?"

Tiba-tiba sosok perempuan cantik berbadan dua ini masuk mendekati suaminya.

Bisma yang masih berdiam diri dan bengong menoleh sekilas akan kehadiran sang istri.

"Ih malah senyum lagi. Ditanya bukannya jawab malah senyum." Franda berjalan mendekati Bisma.

Bisma tidak menjawab. Ia malah mengulurkan tangannya saat Franda berdiri didekatnya. Tangan kekarnya itu ia daratkan diatas perut besar Franda lalu diusapnya perlahan.

"Ayah kangen sama dia bun.. Dia lagi ngapain ya didalam?" Bisma menempelkan telinganya diatas perut besar Franda. Kecupan-kecupan hangat pun ia daratkan dengan lembutnya disana.

"Dia lagi berenang yah.." canda Franda tertawa kecil.

"Mana bisa dia berenang? Kakaknya aja gak bisa-bisa." Bisma kembali mengecup perut besar Franda tanpa mau mengalihkan pandangannya.

"Ya kakaknya berati gak berbakat. Dia kan kaya Nda yang gak terlalu bisa berenang." Franda merubah posisinya menjadi duduk.

"Kangen bun.." Bisma menatap wajah Franda lirih.

"Kamu kenapa sih? Bukannya tadi dimobil kita lagi marahan ya?" Franda menautkan alisnya bingung.

Bisma tidak menjawab. Ia malah mendekap tubuh Franda lalu memeluknya erat meski sedikit kesulitan karna perut Franda yang semakin membesar.

"Yah jangan kenceng-kenceng meluknya. Sesak tau.."

"Tapi ayah kangen bun.."

"Hmm yaudah terserah. Nda juga kangen ko.." Franda membuang nafas pasrah. Ia menyenderkan kepalanya di dada bidang Bisma dengan kedua tangan yang ia lingkarkan mengusap punggung Bisma.

"Aku sayang banget sama kamu bunn.. Aku gak pernah sedikit pun berniat bua nyakitin kamu.
Aku beneran sayang kamu. Aku cinta kamu bunn.." Bisma mengusap kepala Franda lalu mengecupi pundak Franda. Puncak kepala istrinya itu ia kecup dengan lembut penuh kasih sayang.




Bersambung...


@dheana92
@Elfaris_Karisma

Perjanjian Cinta #part49

Wajah Bisma tampak terlihat berbinar bahagia.
Bagaimana tidak, baru saja ia mendapatkan kabar yang cukup membuatnya terkejut.
Kabar yang datang dari seorang dokter yang baru saja selesai memeriksa Franda istrinya.

Memang saat Franda pingsan tadi Bisma sangat panik dan langsung membawanya ke rumah sakit.
Kepanikan ayah satu anak itu berganti menjadi rasa bahagia saat sang dokter menyatakan kalau Franda istrinya ternyata tengah mengandung calon buah hati keduanya. Dan rasa mual serta pusing yang Franda rasakan itu karena adanya janin yang tengah tumbuh di dalam rahimnya.

Bibir Bisma tersenyum melebar. Ia masuk ke dalam ruangan dimana Franda masih berbaring disana. Ia masuk dengan diikuti langkah kecil Elfaris di belakangnya.
Ayah satu anak itu mendekati Franda lalu duduk disamping tempat Franda berbaring.

"Bundanya lagi sakit ya yah?" tiba-tiba Bisma menoleh mendengar sosok jagoan kecilnya bertanya.

Bisma menggeleng. Ia lagi-lagi tersenyum. Tubuh mungil Elfaris diraih dan digendongnya.

"Mmuach, bundanya gak papa ko sayang. Bundanya cuma kecapean, bunda sekarang lagi istirahat. Sebentar lagi juga bangun." jelasnya seraya mengecup pipi Elfaris lembut.

"Tapi tadi waktu dilumah bunda knapa yah? Ko bunda jatuh tlus pingsan?" Elfaris menatap ayahnya bingung.

"Enggak. Bunda gak papa, bentar lagi juga bangun." Bisma mengusap puncak kepala Elfaris lalu mengecupnya. Terlihat sekali kalau ayah satu anak ini sangat menyayangi Elfaris ditambah rasa bahagianya bertambah karena akan segera memiliki putra kedua.

"Ngh, Biss.. Bismaa.."

Tiba-tiba terdengar suara Franda yang rupanya sudah sadarkan diri dari pingsannya.

"Bunda yah?" Elfaris menunjuk bundanya.

Dengan segera Bisma langsung membawa Elfaris mendekati Franda. Ia menurunkan Elfaris lalu meraih tangan Franda dan menggenggam jemarinya erat.

"Kamu udah bangun bun? Ayah cemas banget tadi. Tapi ayah seneng sekarang bunda udah bangun.." wajah Bisma tampa berbinar bahagia.

"Iya bunda. Tadi bunda abis pingsan, tlus ayah bawa bunda kesini." Elfaris berucap polos.

Franda hanya membalas dengan senyuman kecil. Ia mencoba bangun meski kepalanya masih sedikit terasa pusing.

"Sshh aww!"

"Nda, udah tiduran aja. Gak usah di paksain. Dokter bilang tensi darah kamu cukup rendah, jadi wajar kalau tadi sampai pingsan.
Istirahat aja dulu yah?" ujar Bisma lembut dengan tatapan matanya yang meneduhkan.

Franda mengangguk. Ia mengikuti apa yang di ucapkan suaminya. Tubuhnya kembali berbaring dan di pandang dengan damainya wajah dua malaikat di hadapannya.

Bisma tersenyum. Puncak kepala Franda dikecupnya begitu lembut. Wajahnya sangat berseri tak dapat menyembunyikan lagi rasa bahagianya.

"Kayaknya ada yang aneh dari Bisma. Kenapa mukanya kelihatan seneng gitu? Apa mungkin dia seneng lihat aku masuk rumah sakit kaya gini? Atau dia seneng lihat aku sakit?" Franda membatin menerka-nerka akan sikap Bisma yang menurutnya sangat aneh dan menjanggal(?).

"Mending gak usah dikasih tau dulu deh. Kasih taunya dirumah aja.
Humm kamu pasti seneng banget Nda kalau tau kabar kehamilan kamu.
Aku aja bisa se-senang ini, gimana kamu?" Bisma tersenyum lebar memandangi wajah Franda juga perut datar Franda yang tengah ditumbuhi calon bayi keduanya.
Tingkahnya memang cukup aneh. Padahal tanpa ia beritahu juga pasti Franda akan tahu tentanf kehamilannya itu. Apalagi jika sudah bertemu dengan dokter yang memeriksanya saat keluar nanti.





**
"Dasar jahil ya? Udah punya anak satu juga masih aja mainnya rahasia-rahasiaan. Ihh dasar Bisma jahiil!" Franda menarik hidung Bisma gemas bercampur kesal.

"Ahaha gausah ditarik juga dong Nda. Sakit tau, aku cium juga nih? Muach.."

"Ih, apa sih? Udah sana jangan deket-deket. Aku lagi males tau lihat muka kamu. Bosen!" ketus Franda memalingkan wajahnya.

"Oh ya? Selius nih bocen?" goda Bisma yang kini malah sengaja mendekatkan wajahnya hingga ujung hidung mereka bersentuhan.

Franda terkekeh. Ia menarik leher Bisma lalu mengalungkan kedua tangannya. Satu kecupan tiba-tiba saja ia daratkan dengan beraninya diatas bibir Bisma.

"Muach!"

"HEH?!"

"Ahaha abis gemmes.."

"Nakal ya udah berani cium-cium bibir aku duluan?
Ini namanya HALUS dihukum.." Bisma langsung menjatuhkan Franda hingga posisi istrinya itu menjadi berbaring dibawahnya.

"Ahaha Bisma ammpunn."

"Tak ada ampun bagimu."

"Ahaha Bisma ih udaah.. Geli Bis.."

"Haha biarin! Sekali-kali aku kerjain kamu! Mmuach-muach-muuuuaach!!" Bisma mengecupi bibir serta pipi Franda beberapa kali. Kedua tangan Franda ditahannya namun tubuhnya pun ikut ia tahan agar tidak ingib menindih perut Franda yang tengah tumbuh calon bayi keduanya.

"Udah!" Franda mencoba mendorong tubuh Bisma. Tampaknya ia sedikit kehabisan nafas karna Bisma menciumi bibirnya tanpa henti.

Bisma tersenyum. Ia menghentikan aksinya. Selain takut terjadi apa-apa dengan Franda. Rupanya ia juga takut kalau Franda akan marah padanya nanti.

"Makasih ya?" ujarnya tiba-tiba.

"Iya. Makasih juga yah udah buat aku ngosh-ngosan.." balas Franda dengan nafas yang tersenggal.

Bisma menjatuhkan tubuhnya disamping Franda. Ia menarik pinggang Franda lalu mendekapnya erat. Puncak kepala Franda diusapnya. Satu kecupan kembali Bisma daratkan diatas kening istri tercintanya.

"Aku bahagia dan sangat-sangat bahagia bisa milikin kamu.
Kamu segalanya buat aku Nda.
Makasih buat semua kebahagiaan ini. Aku janji akan bahagiain kamu dan anak-anak kita nanti. Aku janji." Bisma menatap teduh wajah Franda. Wajah istrinya itu bagaikan cahaya kebahagiaan untuknya. Memang selain Elfaris saat ini hanya Franda yang Bisma miliki. Tidak ada yang lain. Dan hanya Franda yang mampu memberikan kebahagiaan untuknya juga jagoan kecilnya.

"Aku yang harusnya bilang makasih.
Sekarang aku udah tau dan ngerti apa arti kebahagiaan itu yang sesungguhnya.
Aku bahagia didekat kamu Bis, dan kebahagiaan aku itu kamu.
Aku udah gak peduli sama perjanjian-perjanjian konyol kita saat dulu. Yang aku peduliin sekarang itu ya kamu. Kebahagiaan kamu dan keluarga kecil kita." Franda ikut menatap pancaran kebahagiaan dimata Bisma. Keduanya saling menatap satu sama lain. Hingga tak terasa satu kecupan kembali Franda rasakan mendarat dibibirnya.

"Semoga mimpi buruk aku tentang kamu itu hanya sekedar bunga tidur.
Semoga kamu nanti bisa sayangin anak kedua kita ini sama seperti kamu sayang sama Ais.
Aku percaya sama kamu Bis.." harap Franda dalam hati. Tak terasa sentuhan lembut Bisma dibibirnya ia balas dengan lembut juga. Dan malam itu pun menjadi malam yang sangat istimewa untuk Bisma maupun Franda.
Keduanya terhanyut dalam keromantisan dan terlelap dalam dekapan hangat yang sama-sama mereka rasakan. #Jan telalu dibayangin! *pegangbatu*











**

Beberapa bulan kemudian..




Hari demi hari dilalui oleh keluarga kecil ini. Hingga tak terasa bulan pun berganti tanpa terasa. Dan kini perut Franda semakin terlihat membesar seiring perkembangan janinnya. Usia kandungannya sudah mencapai bulan ke tujuh. Mungkin dua bulan lagi bayi keduanya ini akan segera lahir.

"Bunda lagi ngapain disini?" Elfaris bocah tampan nan lucu ini berjalan mendekati bundanya.

Franda menoleh. Ia melemparkan senyuman manisnya untuk jagoan kecilnya ini.

"Bunda lagi siapin makanan buat ntal malam ya bun?" tebak Elfaris. Ia berdiri tepat disamping Franda. Memandang dengan polosnya makanan yang tengah Franda siapkan untuk makan malam.

"Ayahnya panggil dulu sayang. Bilang kalau makanannya udah siap." suruh Franda lembut.

"Oke bun. Ais panggil ayah dulu ya
Mmuah, dede bayi kakak Ais mau panggil ayah dulu. Dede jangan nakal disini. Kakak titip bunda yah? Muuaaah!"

Franda terkekeh. Ia memang sering kali tertawa jika melihat Elfaris berbicara sambil mengusap-usap perut besarnya. Ucapannya sangat polos. Tak jarang kalau semenjak kehamilan keduanya ini Franda lebih sering tersenyum dan tertawa karena kebahagiaan yang ia rasakan.

"Bun dedenya diem telus. Kenapa yah tyap kali Ais ajak bicala dedenya gapelnah mau ngomong? Dedenya cuma gelak doang. Utu juga gelaknya sambil nendang lut bunda. Apa dedenya gak dengel ucapan Ais ya bun?" Elfaris bertanya dengan wajah polosnya. Lagi-lagi Franda terkekeh. Rasanya ingin sekai mengigit pipi cuabynya yang menggemaskan itu.

"Dede bayinya bukan gak mau bicara sama Ais. Tapi kan dede bayinya belum lahir.
Dede bayinya bisa denger ko sayang semua ucapan Ais. Makanya dedenya suka nendang-nendang perut bunda.
Nanti kalau dede bayinya udah lahir. Baru Ais bisa denger suaranya." ujar Franda lembut menjelaskan.

"Oh gitu ya bunda? Tapi kapan lahilnya bun. Plasaan lama banget. Ais udah nunggu lamaa dali pltama kita pindah kelumah ini. Tapi dede bayinya gak lahil-lahil. Dedenya ga bosen apa bunda tinggal didalam pelut bunda telus?" Elfaris kembali bertanya dengan ekspresi ingin tahunya. Ia sampai memperhatikan perut bundanya yang semakin membesar seperti bola(?)

Franda menghela nafasnya. Rasanya memang butuh kesabaran ekstra untuk menjawab pertanyaan dari seorang anak kecil karna harus dijelaskan lebih jelas.

"Gini aja deh. Sekarang mendingan Ais panggilin ayah. Nanti Ais tanyain sama ayah aja." usul Franda.

"Kenapa halus sama ayah bun tanyanya? Kan Ais pinginnya dengel dali bunda aja. Ntal ayah jawabnya suka asal bunda." Elfaris memprotes kecil.

Franda kembali menghela nafasnya. Perut besarnya ia usap dan dielusnya pelan.

"Bunda gamau jawab yah? Yaudah deh Ais tanya ayah aja.
Kakak mau temuin ayah dulu ya de? Dede bayi jangan nakal, kakak Ais titip bunda sbental muah.."

Franda dibuat melongo seketika karna Elfaris malah ikut mengelus perutnya dengan celotehan lucu dan mendaratkan satu ciuman diatas perutnya. Bocah tampan itu kemudian berlari dan bergegas mencari ayahnya dilantai atas.

"Lucu banget sih? Crewetnya emang kaya aku. Tapi rasa ingin tahunya kaya Bisma banget.
Elfaris kayaknya sayang banget sama calon adiknya ini.
Mudah-mudahan kalau bayi ini udah lahir Ais jadi makin sayang nantinya." gumam Franda tersenyum melihat tingkah putra kecilnya. Ia pun kembali meneruskan aktifitasnya menyiapkan menu untuk makan malam nanti.





**
"Heum makanannya enak banget bun. Ayah jadi berasa punya koki dirumah. Makanannya enaak.." puji Bisma dengan mulut yang tak henti mengunyah makanan.

"Iya bnel yah. Makanan buatan bunda enak banget. Ais aja suka. Apalagi ayam tepung klispy. Uhh enaaak.." Elfaris ikut memuji masakan bundanya. Nasi putih yang tengah dikunyahnya sampai-sampai ada yang menempel dipipi cuabynya(?).

"Tapi ayamnya lebih enak digoreng dari pada ayam tepung krispy. Bumbunya lebih kerasa." ujar Bisma seraya menunjuk sepotong ayam goreng yang tengah disantapnya.

"Gamungkin yah. Olang lebih enak klispy. Dadinya klauk-klauk kaya klupuk yah. Dan itu tepungnya lasanya lebih enak.." protes Elfaris tidak terima. Rupanya ayah dan anak ini memiliki selera yang berbeda.

"Tapi sop ini lebih enak dari ayam tepung krispy. Apalagi sambal ini uhhh ayam tepung sih kalah.." ledek Bisma tak mau kalah.

Elfaris mengerucutkan bibirnya. Ia sampai menghentikan makannya mendengar Bisma berbicara seperti itu.

Franda terkekeh. Inilah yang sering ia lihat jika sudah berada dimeja makan. Selain Bisma dan Elfaris sering adu pendapat tentang masakannya. Kedua malaikat hatinya ini juga sering ribut tentang pendapatnya ini.

"Ais makannya udah aja deh. Ayam tepung klispynya juga udah abis. Ais ke kamal duluan ya bun? Muah, dah bundaa dah dede bayi juga, mmuah.." tiba-tiba Elfaris beranjak dari duduknya. Ia buru-buru mendekati Franda dan mengecup pipi serta perut buncit bundanya kemudian berlalu pergi menuju kamarnya.

"Ayahnya gak dicium juga nih?" tanya Bisma heran.

"Gamau! Cium aja ayam goleng sama sup ayam nya.." ketus Elfaris yang sepertinya tengah ngambek ini.

"Ohh ada yang ngambek telnyata.." Bisma manggut-manggut sambil kembali melahap makanannya.

Franda lagi-lagi hanya bisa terkekeh melihat sikap suami dan buah hati kecilnya.

"Oh iya bun, ko makanannya masih utuh?" tanya Bisma tiba-tiba.
Ia menghentikan makannya karna baru menyadari kalau sedari tadi Franda tidak sedikitpun melahap makanannya.

"Aku lagi gak laper yah.." jawab Franda singkat.
Bisma mengerutkan keningnya tidak percaya.

"Gak laper?" tanyanya lagi.

"Iya beneran gak laper." terang Franda meyakinkan.

Bisma menaruh sendok dan garpu yang masih dipegangnya. Ia kemudian menatap wajah istrinya itu dan mencari penyebab kenapa Franda tidak mau ikut makan juga.

"Aku beneran lagi gak laper yah, beneran deh serius. Perutnya masih kenyang.." Franda mencoba meyakinkan. Ia melemparkan senyuman manisnya agar Bisma percaya. Perutnya yang besar pun ia elus-elus pelan.

"Gak laper? Trus gak mau makan gitu?
Lalu anak kita didalam perut kamu mau dikasih makan apa, hem?" Bisma beranjak dari duduknya. Ia berdiri disamping Franda lalu ikut mengelusi perut Franda yang tengah tumbuh calon buah hati keduanya.

"Beneran gak laper yah, anak kita juga kayaknya masih kenyang.." ujar Franda lagi.

Bisma tersenyum. Ia mencubit kecil hidung mancung Franda. Sepertinya ia sudah bisa menebak apa yang diinginkan istrinya ini.

"Mau makan apa? Bilang aja, nanti ayah cariin." tanyanya lembut.

"Gak mau yah, beneran deh serius.."

"Udah gausah bohong.. Udah ketahuan juga."

"Hehe.. Iya deh ngaku, Nda pengennya makan coklat." Franda nyengir kuda(?).

"Tuh kan, kalo udah gak mau makan gini pasti ada maunya.
Yaudah nanti ayah keluar dulu, ternyata anaknya ayah lagi pingin coklat. Cuma coklat doang sih gampang. Nanti ayah beliin satu toko yah? Asal jangan minta duren aja. Cukup kakak kamu yang minta duren. Kamu gak boleh, emmmuuah. Ayah sayang kamu."

Franda tersenyum senang melihat sikap Bisma yang semakin memanjakannya. Selain lebih penyayang dan penyabar. Bisma memang sudah benar-benar berubah tidak seegois dan sekeras dulu lagi.

"Yaudah ayah mau keluar dulu sebentar buat beli coklatnya." Bisma beranjak dan hendak pergi.

"Tapi Nda pengen ikut cari coklatnya." pinta Franda tiba-tiba.

Bisma menoleh menatap Franda seolah tidak ingin istrinya ini ikut. Kedua bola matanya memandang perut buncit Franda yang tengah Franda usap-usap pelan.

"Ayolah yah, cuma cari coklat doang kan? Sekalian aku pingin keluar. Kan jarang-jarang kita bisa keluar malam. Ayo dong sekali-kali gitu. Masa dirumah terus. Bosen tau yah.."

"Udah gak usah. Nda dirumah aja. Nanti takut kenapa-napa sama kandungannya. Biar ayah yang keluar aja sendiri. Cuma sebentar ko."

"Nyenengin istri sebentar aja susah banget sih?
Katanya kalau Nda pengen apapun akan dikasih, ini cuma mau ikut aja gak boleh. Suami macem apa kaya gitu!" Franda pura-pura ngambek. Ia memalingkan wajahnya menunjukkan rasa kecewanya terhadap Bisma.

"Hufh.. Iya-iya. Yaudah Nda boleh ikut. Tapi ayah ambil jaket dulu buat Nda. Sekalian ayah panggil Ais dulu. Kasian kalau dia ditinggal dirumah sendiri." pasrah Bisma akhirnya. Dengan langkah gontai ia beranjak meninggalkan Franda untuk mencari Elfaris.

Senyum penuh kemenangan pun mengembang dibibir Franda. Ia sampai tampak bahagia sekali karna akhirnya Bisma mau menuruti keinginannya.

"Yess! Kita berhasi sayang. Uhh kita keluar rumah dimalam hari juga akhirnya.
Semenjak bunda hamil kamu dan perut bunda semakin besar, ayah kamu jarang banget ajakin bunda keluar. Alasannya pasti takut bunda sama kamu kenapa-napa terus. Tapi sekarang enggak deh. Kita akan keluar. Mumpung belum terlalu malam. Kita jalan-jalan sayang.. Hihi. Aku kerjain kamu Bis.." gumam Franda tersenyum puas. Perutnya berkali-kali ia usap. Bayangan indah keadaan diluar sana saat malam hari pun terus terbayang dibenak Franda.
Memang selain sibu dengan urusan kantor. Bisma juga sering takut membawa Franda pergi keluar rumah karna perut Franda yang sudah semakin membesar.










Bersambung...




@dheana92
@Elfaris_Karisma