Rabu, 07 Mei 2014

Maniac Cinta #Part 32

Setelah tiba dirumah mewah yang dihuninya bersama sang kakek, Bisma langsung mendapat teguran dan bentakan keras dari kek Handoko. Ia bahkan dicaci dan dimaki habis-habisan oleh lelaki yang tubuhnya sudah tidak kekar lagi itu.



"Sebenarnya apa mau kamu Bisma?
Kakek tidak menyangka kalau kamu bisa melakukan hal sehina itu.
Kamu satu-satunya cucu kakek, kamu juga satu-satunya harapan kakek, kebanggaan kakek dan pewaris tunggal harta kekayaan kakek. Tapi apa Bis?
Kamu justru membuat kakek kecewa dengan ulah bejat kamu itu. Kakek benar-benar kecewa Bisma, KECEWA!!"emosi kek Handoko meluap-luap diiringi desahan nafasnya yang sedikit tersenggal menahan sesak akibat ulah cucu kandungnya sendiri.

"hallah, kakek itu terlalu bodoh! Masa hanya karna ucapan perempuan gak bener itu aja kakek langsung pecaya dan marahin Bisma habis-habisan kayak gini.
Kakek tuh belum kenal sama dia. Bisma yang udah kenal kek. Jadi Bisma tau siapa perempuan licik itu sebenarnya.."ujar Bisma membela diri tanpa merasa bersalah sedikit pun. Ia justru malah mengarang cerita yang tidak-tidak tentang Melody didepan kek Handoko.

"ma..maksud kamu apa?"kek Handoko memandang Bisma bingung. Satu senyuman licik pun tersungging dari bibir tipis Bisma.

"kakek tahu? Bisma itu dari kecil sudah diajarkan untuk menghargai seorang perempuan.
Almarhum mamah, Adila bahkan almarhum papah juga mengajarkan yang demikian termasuk kakek sendiri. Jadi gak mungkin kek kalau Bisma sampai berani menodai seorang perempuan apalagi membuatnya hamil dan tidak mau bertanggung jawab. Itu sangat tidak mungkin kek, TIDAK MUNGKIN!!"jelas Bisma memasang wajah serius dan meyakinkan dihadapan kek Handoko yang justru semakin dibuat bingung itu.

"mamah Bisma perempuan kek, Adila juga perempuan, bahkan nenek sendiri juga seorang perempuan. Jadi Bisma tekankan sekali lagi kalau Bisma TIDAK MUNGKIN bisa melakukan hal sebejat itu. Bisma masih bisa berfikir jernih kek, kakek jangan mudah percaya dengan ucapan orang lain. Bisma ini CUCU kakek, CUCU KANDUNG kakek, jadi kakek harus bisa menyimpulkan sendiri ucapan siapa yang harus kakek percaya."lanjutnya kini tersenyum licik penuh kemenangan. Bisma menepuk dada kek Handoko kemudian beranjak pergi tanpa mendengarkan kalimat apa yang akan kek Handoko keluarkan dari mulutnya.

"Ya Tuhan.. Bisma benar, dia cucuku, darah dagingku. Didalam tubuhnya mengalir darahku juga, jadi tidak seharusnya aku tidak mempercayai ucapannya dan lebih mempercayai Melody yang sama sekali tidak aku kenal kepribadiannya.
Maafkan kakek Bisma, mungkin kakek harus bisa membuang semua hal negatif dari fikiran kakek tentang kamu karna kakek yakin kamu itu anak yang baik, bahkan sangat baik.."batin kek Handoko memandang lirih tubuh Bisma yang sudah berlalu meninggalkannya.




Sementara itu..




Langkah pria tampan bertubuh tinggi tegap ini terhenti saat mendapati sepupu perempuannya masih saja berdiri memandangi jendela kamarnya dari dalam.


"mikirin apa lagi Mel?
Kan kakak sudah bilang, jangan memikirkan hal-hal yang terlalu berat, nanti kamu bisa sakit. Kamu harus ingat kondisi kesehatan kamu juga kandungan kamu, jangan egois dan jangan terlalu memikirkan lelaki brengs*k itu terus menerus"ujar Morgan seraya berjalan perlahan mendekati Melody.

Melody sendiri hanya diam. Ia menoleh sekilas tanpa berani bersuara, air mata yang mengalir bebas dipipi putihnya pun ia biarkan begitu saja. Sungguh terlihat sangat pasrah sekali perempuan cantik ini.

"tidur Mel, kakak tidak mau kalau nanti kamu sampai sakit hanya karna memikirkan si baj*ngan yang tidak bertanggung jawab itu. Jangan siksa diri kamu sendiri, tidur dan kita tuntaskan semuanya besok, kalau memang kek Handoko bisa membantu dan mempercayai kamu, besok kakak akan antar kamu kesana untuk meminta kejelasan atas ini semua.
Sekarang tidur, jaga kondisi dan kandungan kamu.."ujar Morgan dengan ekspresi dingin tidak seperti biasanya. Mungkin ia masih kesal karna kejadian kemarin saat mengetahu semua maksud Bisma dengan membawa masuk Melody kedalam masalahnya dengan penyebab kematian Adila. Ia juga sebenarnya sudah sangat muak dengan Bisma. Hanya saja Melody tetap bersikukuh kalau Bisma tidak seperti apa yang Morgan bayangkan.

"Mel gak tahu apa lagi yang harus Mel lakukan kak. Tapi harapan terbesar Mel kini ada di kek Handoko dan kakak.
Jangan terus berfikir buruk tentang Bisma kak, Mel yakin Bisma tidak bermaksud lari dari tanggung jawab, dia itu baik kak, Mel bisa rasakan kebaikan dan ketulusannya. Mel juga yakin Bisma itu sayang sama Mel, termasuk juga sama bayi ini..
Jangan benci Bisma, Mel sangat mencintai dia kak.."Melody memandang lirih dengan gelengan pelan dan kedua bola mata berkaca menatap sepupu yang sangat menyayanginya ini.

"kamu itu sudah dibutakan dengan cinta Mel.
Kakak kenal Bisma lebih dari kamu mengenalnya. Dia itu bisa menyakiti siapapun termasuk perempuan yang disayanginya sekalipun, apalagi jika fikiran dan hatinya sudah dipenuhi amarah tanpa kejelasan dan kesalah fahaman seperti sekarang. Itu sangat sulit. Kita tidak bisa menebaknya dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan. Sulit Mel, sangat sulit.."batin Morgan. Ia meletakkan kedua telapak tangannya dikedua pipi Melody. Air mata Melody pun ia hapus dengan lembutnya.

"tidur yah? Berdoa dan minta yang terbaik pada Tuhan untuk masalah ini.
Semoga besok bisa menjadi hari seperti yang kita harapkan. Kakak sayang kamu Mel.."ujar Morgan memandang teduh wajah cantik Melody lalu mengecup keningnya sekilas.

"amin. makasih kak, Mel juga sayang kakak.."batin Melody memejamkan kelopak matanya hingga bulit bening air mata kembali menetes.

Morgan kemudian berlalu keluar dari kamar Melody. Ia menutup pintu kamar Melody dari luar dan membiarkan sepupu tercintanya ini agar beristirahat.





**
Rafael tampak begitu panik, sedari tadi Dokter yang menangani Abiela belum juga keluar dari ruangan dimana Abie tengah ditangani, apalagi tadi kondisi Abie yang sudah stabil kembali kritis, ini benar-benar membuat lelaki bermata sipit ini khawatir dan cemas.


"sepertinya adik anda mengalami depresi dan trauma yang cukup berat. Kami menemukan beberapa luka ditubuhnya, luka memar dan seperti cengkraman keras pada pergelangan tangan dan bagian tubuh yang lain. Ia seperti korban kekerasan, emm maaf 'seksual'. Apa mungkin adik anda telah melakukan suatu hubungan dengan paksaan? Atau ia terlalu dibebaskan dalam pergaulan, hingga.."

"ENGGAK!! Enggak Dokter! Itu GAK MUNGKIN!
Adik saya ini gadis baik-baik. Dia tidak pernah saya bebaskan apalagi bergaul dengan laki-laki tidak jelas diluaran sana. Jadi Dokter jangan menduga hal-hal aneh terhadap adik saya!"

"m..maksud saya bukan seperti itu. Mungkin adik anda ini adalah korban. Bisa saja itu terjadi hingga pasient menjadi depresi berat dan mau mengakhiri hidupnya sendiri. Saya tidak menuduh, saya hanya sedikit menyimpulkan dengan bukti-bukti yang ada.."


Ucapan-ucapan Dokter laki-laki itu kini kembali terngiang dan berkecamuk difikiran Rafael. Entah apa maksud ucapan Dokter tersebut, yang pasti kepalanya kini dipenuhi tanda tanya besar akan penyebab kenapa Abiela bisa menjadi seperti ini.


"kalau memang Abie diperkosa, tapi siapa yang berani melakukan hal bejat itu?
Dokter tadi bilang kalau ditubuh Abie ditemukan beberapa luka, meski sudah cukup lama, namun trauma yang menimpa Abie seolah membuat permasalahan besar ini sedikit menemui titik terang.
Kalau sampai Abie benar-benar diperkosa, gue gak akan tinggal diam, gue akan habisi lelaki brengs*k yang udah berani menodai adik gue!!"batin Rafael mengepalkan tangan kanannya dengan sorotan mata yang tajam penuh dendam.

"gue harus hubungi Rangga. Gue harus minta bantuan dia untuk mencari tahu siapa yang udah berani membuat adik gue menderita sampai separah ini, iya harus!!"lanjutnya kemudian buru-buru merogoh saku celananya mencari handphone yang bisa ia gunakan untuk menghubungi Rangga dan memintanya pertolongan.




**
Ilham sendiri kini sangat gusar dan gelisah. Kedua kelopak matanya tidak bisa ia pejamkan dengan tenang. Entah apa yang terjadi dengan mata Ilham, yang pasti ini membuat Ilham kesal karna keadaan yang sudah cukup malam dan larut.

"aduhh, kenapa loe gak mau merem-merem sih? Gue ngantuk tau gak. Tapi kalo elo nya melek terus, gimana gue bisa tidurr?"kesalnya beranjak dan mengubah posisinya menjadi duduk. Wajahnya ia tatap dari pantulan cermin didalam kamarnya.

"loe mau ngajakin gue ribut? Gak lucu tau gak! Gue udah ngantuk banget, ayo dong meremm jangan melek terusss!!"ujarnya kembali ngedumel sendiri. Ia sampai menutup kedua kelopak matanya paksa dengan telapak tangannya sendiri(?).

"hosh-hosh.. Ko malah sesak sih?"tiba-tiba Ilham melepaskan bekapan tangannya karna hidungnya yang tak sengaja ia tutup membuatnya kehabisan nafas akan ulah konyolnya sendiri.

"hufh, sebenarnya gue ini kenapa sih?
Kenapa mata gue gak mau gue pejamin?
Kenapa fikiran gue juga gak bisa gue kendalikan?
Sebenarnya apa yang terjadi sama gue?"Ilham tampak berfikir akan perubahan fungsi anggota tubuhnya ini.

"Abie? Its.. Kenapa gue jadi keinget sama tuh anak sih? Lagi gawat darurat gini juga sempet-sempetnya tuh anak nongol difikiran gue? Mana udah tengah malem. Mau ngapain coba pake acara mampir kefikiran gue segala? Gak ada kerjaan banget.."dumel Ilham semakin tidak jelas. Ia menarik selimut tebalnya dan kembali berbaring berharap kali ini ia bisa memejamkan matanya dengan tenang.



Satu detik






dua detik..



"ABIELAAA?"

Teriaknya tiba-tiba. Entah kenapa bayangan wajah Abie semakin jelas terbayang difikiran Ilham.


"Ya Allah... Kenapa sih sama gue?
Apa janga-jangan terjadi apa-apa lagi sama Abie?
Kemarin Rafael bilang Abie ngurung diri terus dikamar. Trus tadi sore gue telpon ke rumahnya tapi gak ada yang ngangkat.
Duhh ko gue jadi khawatir gini yah?
Gue emang suka sih sama Abie, tapi gue suka karna dia lawan gue saat becandaan aja, gak lebih.."Ilham menggaruk kepalanya bingung.

"aargh! Yaudah gue kerumahnya aja deh. Perasaan gue beneran gak enak banget nih. Gue gak mau kehilangan cewek langka kayak Abie. Entar siapa yang bakalan nemenin gue berantem dan ribut lagi kalau tuh anak kenapa-napa. Kan gak lucu kalo gue berantemnya nanti sendiri.."fikirrnya kemudian beranjak keluar untuk segera menemui Abiela agar bisa tahu bagaimana kondisi perempuan cantik yang tengah kritis itu.






Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p