Seorang gadis cantik berkulit putih dengan wajah natural tanpa make-up
nya ini terlihat tengah asik menyendiri disebuah danau. Tempat dimana
disana ia bisa merasakan ketenangan yang sempurna. Ketenangan yang
memang sangat ia sukai bila berada ditempat tersebut.
Pramudina. Sebut saja gadis cantik ini dengan nama Dina. Gadis yang
entah sejak kapan menjadi lebih sering menyendiri ditempat-tempat sepi
dan sunyi, mungkin ia memiliki alasan tersendiri hingga menyukai
kesunyian.
"ternyata sendiri itu lebih baik. Untuk apa memiliki pacar tapi
tidak pernah bisa membuat pasangannya nyaman.."bibirnya tiba-tiba
tersenyum. Senyuman yang sangat kecil dan terlihat miris. Mungkin Dina
sedang mendapatkan masalah dengan sang kekasih.
"andai kamu bisa seperti kura-kura itu Bis. Setiap aku ketempat ini
kura-kura itu selalu berdua, mereka tidak pernah berjauhan seolah takut
untuk berpisah. Bahkan aku pernah lihat kalau kura-kura yang satunya
sempat jatuh kedanau ini, tapi kura-kura yang satunya menolong dia Bis.
Sungguh pemandangan yang membuat aku kagum melihatnya.."gumam Dina. Kini
pandangannya beralih menatap dua ekor kura-kura yang terdapat disebuah
batang pohon besar yang telah tumbang dipinggiran danau buatan tersebut.
Dina beranjak dari duduknya. Mendekat kearah sepasang kura-kura berukuran tidak terlalu besar itu.
"andai kisah cinta aku seperti ini, bisa terus bersama dengan Bisma tanpa ada yang menggangu atau pun mengusik.
Tapi Bisma yang sekarang berbeda, dia bukan Bisma yang dulu
kukenal.."lagi-lagi Dina menyunggingkan senyum mirisnya mengingat sikap
Bisma sang kekasih sudah tidak seperti yang ia harapkan.
"harusnya kamu lebih bisa mengerti aku. Aku sayang sama kamu, rasa
sayang aku mungkin bisa mengalahkan rasa sayang siapapun ke kamu.
Jangan pernah marah yah kalau aku cuek, sifat aku memang seperti
ini, kamu hanya perlu yakin dan percaya kalau aku sayang dan cinta
kamu.."
kalimat yang pernah Bisma ucapkan entah kenapa tiba-tiba terngiang
kembali dimemori ingatan Dina. Kalimat itu yang selalu bisa membuat Dina
kuat, namun apa Dina bisa sekuat ini kalau seminggu ini saja Bisma sang
kekasih sudah tidak memberinya kabar.
Oh Tuhan.. Gadis cantik ini hanya perempuan lemah berhati rapuh,
jangan biarkan fikiran buruk merasuki kepalanya karna sikap cuek Bisma
ini.
"aku akan berusaha percaya dengan kata-kata kamu itu Bis, aku yakin
dibalik sifat cuek kamu tersimpan rasa yang begitu besar buat aku.."Dina
tersenyum yakin. Ia kemudian melangkah pergi meninggalkan danau
tersebut karna hari sudah cukup sore dan gelap.
**
Pemuda tampan yang ternyata Bisma Karisma salah satu personil
BoyBand SM*SH ini terlihat begitu gelisah. Ia sesekali mengaruk belakang
kepalanya seperti yang sedang kebingungan.
"duh.. Jangan besok dong, akunya ada perfom.
Maaf deh kalau akhir-akhir ini aku jarang kasih kabar. Tapi kalau
aku gak sibuk aku pasti kasih kabar ko, please ngertiin yah..?"ujarnya
tampak terlihat raut wajah sedih dan berat. Rupanya ia tengah berbicara
melalui telepon seluler yang digenggamnya dengan Dina sang kekasih.
Tiba-tiba tidak ada suara dari seberang telpon sana, suasana
mendadak hening. Rupanya Dina menangis mendengar penuturan Bisma
barusan, ia bagaikan tak mampu berkata-kata lagi, padahal keinginannya
hanya ingin bertemu dan diberi sedikit perhatian.
"aku tahu aku salah. Tapi aku disini juga tidak pernah berbuat
macam-macam, aku juga tahu kalau setiap aku ingin dimengerti aku juga
mengerti kamu. Tapi posisi aku sekarang lagi sulit. Kalau jadwal perfom
di SM*SH cukup kosong aku janji akan pulang ke Bandung. Nanti kita
ketemu yah?
Jangan marah, aku paling takut kalau kamu marah.. Miss You, aku kangen banget sama kamu.."
Tanpa menunggu lama Dina langsung mengakhiri sambungan telponnya.
Hatinya terasa sesak, lagi-lagi Bisma bersikap seperti ini, apa tidak
ada celah sedikit pun untuknya? Padahal besok adalah hari special
untuknya karna usianya akan bertambah.
"hufh pasti marah. Aku janji aku akan temui kamu kalau aku tidak
sibuk. Aku bukannya mementingkan karir aku terus-menerus dan melupakan
kamu. Aku juga faham ko Din, bagaimana ada diposisi kamu. Mungkin aku
memang keterlaluan, tapi aku janji akan berusaha menjadi yang terbaik
buat kamu.."Bisma menggenggam BB hitam ditangannya yang sudah terputus
sambungan telpon dengan Dina. Ia kemudian beranjak untuk menemui sahabat
rekan personil SM*SH yang lain untuk membicarakan persiapan perfom
besok.
"mungkin aku yang terlalu egois. Aku tidak boleh menuntut hal yang
berlebihan. Aku harus mengerti profesi dia. Iya aku tidak boleh lemah.
Apalah artinya ulang tahun, itu hanya hari biasa yang dilewati setiap
satu tahun sekali.
Aku juga tidak boleh berburuk sangka terhadap Bisma, aku harus
mengerti dia, Harus.."Dina memejamkan matanya lirih. Bulir bening air
mata menetes dari pelupuk matanya. Mungkin yang ia ucapkan tidak sama
dengan keadaan hatinya yang cukup sakit dan kecewa itu.
**
Setelah selesai dengan perfom pertamanya di acara musik Inbox pagi
tadi, sekarang Bisma dan para personil SM*SH lain mulai meluncur
ketempat perfom selanjutnya. Hari ini memang jadwal cukup padat karna
harus perfom dibeberapa tempat.
"kayaknya Dina beneran marah, handphone nya sampai tidak
diaktifkan.."gumam Bisma begitu terlihat sibuk mengutak-atik BB
ditangannya.
"ahh biarin aja deh, dia itu terlalu egois kalau menuntut gue
seperti ini. Harusnya dia bisa mengerti. Bukan malah bertingkah seperti
anak kecil.."runtuknya kini malah ikut mematikan BBnya juga. Entah
mungkin karna kondisi yang masih lelah hingga Bisma malah membalas
keegoisan Dina dengan keegoisannya lagi.
"dari pada loe marah-marah tidak jelas kayak gini. Mending loe
istirahat dan tidur. Perjalanan kita ketempat perfom selanjutnya cukup
jauh, trus nanti malam juga kita ada perfom on air, jadi kondisi badan
harus dijaga biar bisa menghasilkan sesuatu yang memuaskan.."Bisma
menoleh mendengar penuturan Rafael salah satu personil SM*SH yang duduk
dijok depan ini dan tersenyum kearahnya ini.
"iya Raf, gue juga ini mau tidur ko.."balas Bisma terdengar sangat malas mengucapkan kalimat tersebut.
Rafael tersenyum dan kembali fokus melihat jalanan didepan.
Malam kian menjelang..
Acara yang tidak pernah direncanakan ini ternyata berjalan cukup
seru dan menyenangkan. Padahal ini hanya pesta kecil yang direncanakan
oleh sahabat serta teman-teman akrab Pramudina.
Mereka memberikan kejutan kecil namun sangat berkesan untuk Dina.
Meski dirinya dikerjai habis-habisan oleh sahabat-sahabat dekatnya ini,
namun rasanya itu membuat pertambahan usianya ditahun ini sangat
berkesan.
Dina tersenyum melihat beberapa photo dilayar Kamera digitalnya yang
terdapat photo-photo saat sore hari tadi. Mereka memang kreatif dan
sangat pintar menyenangkan sahabatnya yang tengah berulang tahun ini.
"happy birthday.. Semoga panjang umur, makin plus-plus-plus dan
makin sukses yaah.."sebuah doa dari sang sahabat terlontar untuknya.
Kedua pipinya pun dikecup sekilas. Dina tersenyum mengingat itu semua.
Rasanya sangat bahagia sekali meski Dina merasa ada yang kurang karna
tidak ada sosok Bisma disana.
"tahun-tahun lalu kamu selalu memberikan aku ucapan selamat meski
hanya sebagai sahabat. Rasanya lebih baik bersahabat denganmu Bis,
menjadi kekasih kamu justru malah sama sekali tidak bisa mendapatkan
ucapan itu lagi.."Dina memandang sebuah bingkai photo lama dimana disana
terdapat beberapa sahabat dan teman akrab Dina yang menyodorkannya
sebuah kue tar. Disana juga terdapat sosok Bisma yang ikut diabadikan
dalam photo sederhana namun sangat bernilai harganya.
"kamu yang dulu dan sekarang berbeda. Mungkin karna kamu sekarang
sudah memiliki karir sukses juga. Tapi apa harus kamu bersikap seperti
ini terus Bis?
Bahkan dihari special aku pun tidak ada sepatah kata yang kamu ucapkan buat aku.
Aku hanya perempuan lemah. Aku tidak sekuat yang kamu kira.
Aku juga ingin mendapatkan perhatian kamu meski kamu sangat cuek dan sibuk sekalipun.
Aku juga ingin kamu mengingat hari ini Bis.."air mata Dina tiba-tiba
menetes membasahi pipi putihnya. Entah sejak kapan ia menjadi lemah dan
cengeng seperti ini. Mungkin memang Bisma yang terlalu keterlaluan
hingga melupakan hari yang hanya datang satu tahun sekali ini.
Dina menaruh bingkai photonya kembali. Ia beranjak perlahan
mendekati balkon kamarnya. Dina berjalan keluar meski hembusan angin
malam cukup terasa dingin menusuk tulang.
"rasanya aku ingin berteriak kencang. Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya disini Bis..
Aku ingin kamu ada disini.
Aku ingin kamu jadikan hari ini sebagai hari tak terlupakan buat
aku. Aku ingin kamu Bisma, aku inginkan kamu.."lirih Dina memejamkan
kedua kelopak matanya. Kedua tangannya ia rentangkan berharap kalau
hembusan angin malam ini bisa menggantikan pelukan hangat Bisma yang
bisa menenangkannya.
"ku akui aku memang egois. Aku egois karna selalu ingin mendapatkan perhatian lebih dari kamu. Tapi apa itu salah Bis?
Aku ingin menjadi seseorang yang special dihidup kamu.
Selama ini aku sudah berusaha sabar dan mengerti kamu. Tapi apa? Ini balasan yang kamu kasih buat aku.
Sakit Bis.. Padahal aku tidak pernah meminta hal yang sulit. Aku
hanya ingin kamu berada disini walau hanya 5detik sekalipun.."Dina
membuka kelopak matanya kembali. Rupanya harapannya cukup besar akan
kehadiran Bisma disini. Tapi sepertinya itu sangat tidak mungkin dan
mustahil bisa terjadi.
Dina beranjak kembali memasuki kamarnya. Tiba-tiba kedua bola
matanya melotot kaget tidak percaya. Jantungnya pun seolah berhenti
seketika itu juga.
"maaf yah.."
Ucapan yang begitu pelan dan terdengar penuh sesal keluar dari sosok pemuda tampan yang tak lain adalah Bisma.
"gak. Itu tidak mungkin Bisma, aku pasti sedang berhayal.. Ya Tuhan,
jangan biarkan keinginan sulit aku inin membuat aku gila. Tolong
hilangkan bayangan wajah Bisma dari fikiranku, aku mohon.."Dina malah
memejamkan matanya seolah tidak mau mempercayai sosok Bisma yang memang
tengah berdiri diambang pintu kamarnya itu.
"Din.."Bisma melangkah pelan mendekati Dina.
Namun Dina masih saja enggan membuka kedua matanya. Baginya suara panggilan Bisma barusan pun hanya sebuah ilusinasinya saja.
"Aku tahu aku salah. Aku juga tahu aku terlalu berlebihan minta dimengerti oleh kamu.
Aku bahkan sampai melupakan hari special ini.
Aku benar-benar lupa Din. Aku sama sekali tidak ingat.
Maafin aku yah? Happy birthday.. Semoga kamu bisa menjadi pribadi
yang lebih baik lagi. Semoga hubungan kita juga masih tetap bisa
berjalan kedepannya.
Sekali lagi Happy Birthday, selamat ulang tahun.."ujar Bisma diiringi senyum seraya meraih kedua pundak Dina.
"buka dong matanya. Masa kamu masih mau merem terus?"suruh Bisma lembut.
Dina menurut. Mungkin ini sulit ia mengerti dengan akal sehat. Tapi
kenyataannya memanglah terjadi seperti ini. Bisma kini sudah ada didepan
matanya. Ia bahkan mengucapkan selamat ulang tahun meski ia sendiri
sempat meminta maaf karna melupakan hari ini.
"jangan nangis.. Kamu itu wanita yang kuat, jadi tidak boleh nangis hanya karna aku.
Aku minta maaf yah sayang.. Maafin aku.."Bisma menyeka air mata yang
menetes dipelupuk mata Dina, tubuh Dina pun kemudian ia dekap dengan
eratnya dan penuh dengan kehangatan.
"hiks.. Aku juga minta maaf..
Aku minta maaf kalau aku terlalu banyak menuntut kamu..
Aku tahu sikap aku ini salah.. Tapi aku mohon luangkan sedikit waktu kamu buat aku Bis..
Walau hanya sebentar aku sangat menginginkan itu.
Aku maklumi profesi kamu yang sekarang ini. Tapi aku mohon jangan
pernah lupakan hari ini.. Ini adalah hari special buat aku, dan kamu
juga adalah laki-laki yang special dihati aku, jadi aku minta dengan
sangat. Ingatlah hari ini Bis.."Dina menatap wajah Bisma dengan mata
berkaca. Pelukan Bisma terhadapnya pun sedikit ia renggangkan.
"iya sayang. Aku janji akan berusaha menjadi yang terbaik buat kamu. Aku juga akan berusaha selalu mengingat hari ini..
Sekali lagi happy birthday.. Aku sayang kamu.."ujar Bisma lembut
diiringi senyum. Ia menatap wajah Dina dengan tatapan yang begitu teduh
dan menenangkan.
"makasih yah? A..aku juga sayang kamu.."balas Dina sedikit malu dan menyembunyikan senyumnya.
Bisma mengangguk. Ia kemudian menarik pinggang Dina kembali kedalam
pelukannya. Dagu Dina pun sedikit ia angkat. Dina hanya memejamkan kedua
kelopak matanya karna sudah bisa mengira apa yang akan Bisma lakukan
terhadapnya.
"waduuhh.. Adegan dibawah umuuurr.. Waah si Bisma gak tahu situasi
nih.. Udah bagus gue mau nganter kesini jauh-jauh, tapi malah kayak gini
balesannya. Yaaahh trus gue nyium siapa dong?
Dina nyium Bisma, lah Gue??"terlihat Dicky tengah ngedumel sendiri
dibalik pintu kamar Dina. Ia buru-buru menutupi wajahnya dengan
telapaktangan saat bibir Bisma menyentuh lembut bibir Dina. Yapz mungkin
itu adalah sebuah degan kasih sayang yang Bisma tunjukkan untuk
kekasihnya itu. Hanya saja Dicky yang masih polos kurang suka sampai
berceloteh ria sendiri dibalik pintu.
END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p