Kamis, 12 Februari 2015

Perjanjian Cinta #Part52

Suasana rumah mewah yang di huni oleh keluarga kecil Bisma ini tampak cukup sepi. Setelah Bisma dan Elfaris berangkat untuk beraktifitas, Franda memang ditinggal sendirian disana. Ditambah perempuan yang semalam tak sengaja Bisma tabrak sudah berpamitan untuk pergi.

Kini Franda rupanya tengah berada diruang belakang rumahnya. Ia tengah menikmati buah-buahan yang tadi pagi sengaja dibawakan oleh Dicky untuknya.
Ia terlihat sangat menyukai buah-buahan tersebut seraya asik mengunyah dan menikmati indahnya pemandangan diarea belakang rumahnya.


"Dicky tuh lucu juga. Masa tadi dia bilang suka sama aku?
Dasar cowok aneh. Kalau Bisma tau, bisa-bisa langsung salah faham dia." Franda terkekeh kecil mengingat ucapan Dicky tadi.

Perempuan cantik yang tengah berbadan dua itu tak henti memancarkan senyuman. Ia sesekali melihat jam dilengan kirinya. Rupanya sudah pukul 11:00 siang. Sebentar lagi pasti jagoan kecilnya pulang dari sekolah.

"Ko Bisma tumben ga nelfon aku?
Ayah kamu kenapa ya sayang? Apa dia lagi sibuk?" Franda tampak berfikir bingung. Ia beranjak dari tempat duduknya seraya mengusap-usap perut besarnya.

Perempuan cantik yang tak lama lagi akan melahirkan bayi keduanya itu bergegas masuk kedalam rumahnya. Mungkin karna Bisma belum juga menelfonnya seperti hari-hari biasa. Makanya Franda memutuskan untuk menghubungi Bisma lebih dahulu agar tahu keadaan suaminya.

"Harusnya sekarang itu ayah sama kakak kamu udah pulangn Biasanya ayah kamu suka nelfon kalo lagi di jalan, tapi kenapa sekarang enggak yah?" Franda kembali heran. Ia seolah tengah berbicara dengan bayi yang masih berada dalam perutnya. Rasa cemas dan khawatir mulai muncul. Seharusnya Bisma sudah pulang menjemput Elfaris. Tapi saat ini mereka justru belum juga menampakkan batang hidungnya.







Sementara itu...



Bisma rupanya tengah kedatangan seorang tamu diruang kerjanya.
Tamu yang sama sekali tidak pernah Bisma duga, bahkan Bisma tidak menyangka akan kedatangan  tamunya ini.


"Kalau kedatangan kamu hanya untuk mengancam saya. Lebih baik kamu keluar dari ruangan kerja saya sekarang juga." tegasnya tiba-tiba saja emosi.

Perempuan berpenampilan cukup modis ini hanya tersenyum menyeringai. Ia duduk di sofa panjang yang terdapat diruangan kerja Direktur Utama sekaligus pemilik perusahaan besar ini.

"Saya gak punya waktu untuk berlama-lama disini dengan kamu.
Saya harus menjemput anak saya disekolah. Jadi silahkan anda keluar." Bisma beranjak dari kursinya. Ia membukakan pintu mempersilahkan tamunya itu agar keluar sebelum emosinya meluap.

"Ada apa dengan kamu Bis?
Kenapa harus terburu-buru?
Bukannya kita bisa berbincang sebentar, hem?" perempuan yang ternyata Nadin Cestara atau Nadin ini sengaja menutup pintu ruangan kerja Bisma aga bisa berbicara lebih lama lagi dengan Bisma.

Bisma menghela nafasnya jengkel. Ia sebenarnya sangat tidak suka kepada Nadin. Apalagi Bisma sedikit bisa menebak akan kedatangan Nadin yang cukup mengganggu ini.

"Oke. Sekarang kamu gak perlu bertele-tele lagi. Silahkan jelaskan apa maksud dan tujuan kamu datang kesini.
Saya tidak punya waktu banyak. Jadi saya harap kamu segera to the point akan maksud kamu kesini." jelas Bisma mencoba mengalah agar Nadin segera keluar dari ruang kerjanya.

"Kenapa wajah kamu jadi tegang seperti itu Bis?
Apa kamu takut, hem?" Nadin tersenyum geli melihat ekspresi wajah Bisma yang memang sangat tegang.

"Gak perlu mengalihkan pembicaraan. Mending sekarang kamu cepetan ngomong.
Aku gak punya banyak waktu karna harus jemput anak aku." tegas Bisma kesal.

Nadin hanya terkekeh kecil. Sebenarnya ia tidak ingin berbuat jahat terhadap Bisma. Hanya saja Bisma terlalu berfikiran negatif padanya.

"Anak kamu Elfaris itu kan?
Hemm dia bersekolah di satu sekolah yang sama dengan Rayan saudaranya."

"Heh! Jangan ngarang cerita kamu.
Elfaris itu tidak memiliki saudara. Adik kandungnya saja belum lahir. Jadi tidak mungkin dia memiliki saudara yang seumuran dengannya!" sentak Bisma tiba-tiba.

"Hahaa.. Bisma-Bisma. Apa kamu sudah lupa dengan Rayan?"

"Gak perlu ngarang cerita Nadin. Kita gak pernah ngelakuin apa-apa. Dan aku masih sangat ingat jelas kalau KITA gak pernah ngelakuin apapun. Apalagi kalau kamu sampai berfikiran Rayan ada hubungannya dengan aku.
Itu salah besar!" tegas Bisma semakin emosi.

Nadin hanya tersenyum melebar melihat ekspresi wajah Bisma yang seperti ketakutan sendiri. Padahal ia memang tau kalau Rayan adalah putra kandungnya bersama Reza. Nadin hanya ingin mengajak Bisma bercanda gurau saja. Hanya Bisma terlalu berprasangka buruk padanya.

"Tapi kalau seandainya aku bicara sama istri kamu kalau Rayan anak kamu gimana?" goda Nadin.

Bisma tersentak. Kedua bola matanya melotot kaget mendengar Nadin berbicara seperti itu.

"Hahaa itu kan hanya baru seandainya Bisma. Kamu gak perlu se-kaget itu.
Aku gak akan mengarang cerita atau pun berbicara macam-macam sama istri kamu.
Asalkan kamu mau bantu aku untuk mengambil hak asuk Rayan dari Papinya.
Aku janji gak akan bicara apapun pada istri kamu apalagi mengganggu rumah tangga kalian." jelas Nadin dengan tawa khasnya.

Bisma menoleh memandang Nadin bingung.

"Sebenarnya mau kamu apa?"

"Aku hanya ingin minta tolong sama kamu.
Kamu bisa kan bantu aku?" pinta Nadin memohon.

Bisma tampak berfikir ragu.

"Aku bukan perempuan jahat Bisma. Kamu sudah mengenal aku cukup lama.
Aku cuma ingin anak aku.
Aku ingin kamu bantu aku untuk ngancurin Reza dan ambil hak asuh Rayan agar jatuh ketangan aku.
Aku gak bisa jauh dari Rayan Bis.
Semenjak Reza menceraikan aku. Reza gak pernah sedikit pun membiarkan aku bertemu Rayan.
Dia laki-laki baj*ngan.
Aku sangat benci sama dia Bis.
Aku mohon kamu bantu aku.
Aku janji gak akan ganggu rumah tangga kamu. Aku cuma ingin minta tolong. Tolong aku Bis.
Aku gak punya siapa-siapa disini selain Rayan. Aku yakin cuma kamu yang bisa bantu aku. Aku mohon.." pinta Nadin lirih. Air matanya sampai keluar saat menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke kantor Bisma.

Bisma mencoba mencerna setiap perkataan Nadin. Ia memang dapat menilai kalau Nadin bukan perempuan jahat atau pun ular berkepala dua.
Hatinya pun mulai luluh saat mendengar cerita Nadin yang sudah lama tidak bertemu dengan Rayan buah hatinya.

"Kalau kamu memang gak punya niat buruk untuk keluargaku.
Aku akan coba bantu kamu.
Tapi sekarang aku harus jemput Elfaris anakku. Dia pasti sudah nunggu aku di sekolahnya." ujar Bisma yang akhirnya setuju untuk membantu Nadin.

"Makasih Bis. Aku janji aku gak akan berbuat macam-macam.
Aku cuma mau kamu bantu aku. Gak lebih. Sekali lagi terimakasih."

"Iya sama-sama. Yasudah sekarang kamu pulang. Besok kita bisa bicarakan ini lagi."

"I..iya. Sekali lagi terimakasih Bisma."

Bisma mengangguk kecil diiringi senyum.
Tak lama ia pun keluar diikuti Nadin yang keluar juga meninggalkan ruangan kerjanya.

"Semoga kamu gak macam-macam.
Kamu memang bukan perempuan jahat. Tapi aku sangat ingat kalau kamu itu perempuan yang cukup nekat." harap Bisma dalam hati.








**
"Udah dong jangan ngambek terus. Ayah kan udah minta maaf. Masa Ais gak mau maafin ayah?"

"Tapi ayah jaat! Ayah telat jemput Ais. Ayah jemputnya lama. Ais kan takut yah, Ais sendilian tadi. Ayah kemana aja sih? Byasanya juga gapelnah telat." Elfaris melipat kedua tangannya didada. Bibirnya ia kerucutkan dengan gaya marahnya yang lucu.

"Tadi di kantor kerjaan ayah banyak banget. Ayah gak bisa selesaikan cepat-cepat. Makanya ayah agak telat jemput Ais karna harus selesaikan kerjaan ayah dulu.
Ais harus ngerti dong. Kan ayah kerja juga buat Ais. Buat bunda, sama buat dede yang ada diperut bunda." ujar Bisma mencoba menjelaskan.

Elfaris diam tidak bersuara. Ia hanya memandangi jalanan lewat kaca jendela mobil yang dinaikinya.

"Mulai deh ngambek lagi. Persis banget kaya kamu bun kalo lagi ngambek." Bisma menatap lucu jagoan kecilnya.

Tak ingin menunggu lama. Bisma sedikit menambah kecepatan laju mobilnya agar bisa cepat sampai dirumah dan bertemu dengan Franda sang istri.

"Perasaan baru tadi pagi aku ketemu kamu bun. Malah sempet dapet morning kiss juga. Tapi kenapa cepet kangen yah?" Bisma tidak habis fikir akan perasaannya.

Bayangan wajah Franda terus saja terngiang dibenaknya. Rasa sayangnya itu semakin hari semakin bertambah. Bahkan dalam hitungan menit, detik pun rasa sayang itu semakin bertambah besar.

"Aku mungkin harus minta izin dulu sama Franda soal membantu Nadin. Aku gak mau kalau nanti Franda jadi salah faham saat lihat kedekatan aku sama Nadin.
Aku pasti akan cerita sama dia.
Aku udah janji sama diri aku sendiri untuk gak nyembunyiin apapun dari Franda. Jadi aku harus cerita tentang Nadin yang ingin meminta tolong sama aku. Ya itu harus." batin Bisma yakin. Sosoknya yang dulu selalu semau gue ini justru sekarang sangat dewasa. Ia tidak ingin menyakiti istrinya seperti saat dulu yang selalu saja ribut terus menerus.
Bisma yang dulu benar-benar berbeda dengan yang saat ini.






**
Setelah menjemput Elfaris dan mengantarnya pulang. Bisma tidak ikut pulang karna pekerjaannya di kantor masih sangat banyak.
Ia bahkan tidak masuk dulu kedalam rumahnya. Mungkin ia memang harus profesional akan pekerjaannya yang sebagai pemilik beberapa perusahaan besar ini.

"Maaf bun ayah gak mampir dulu, kerjaan di kantor banyak banget. Nanti ayah usahain pulang cepet deh. Masakin makanan yang enak yah?
Love you bun, mmmuuuach."

Bisma mengirimi Franda pesan singkat sebelum mobilnya kembali ia lajukan. Franda yang mengerti pun hanya tersenyum membaca pesan singkat dari suaminya.

"Gak papa yah. Bunda ngerti ko. Nanti bunda masakin makanan yang enak. Cepet pulang ya? Nda kangen. Mmuaach love you to."

Franda membalas pesan dari Bisma. Wajahnya sangat berseri saat membalas pesan singkat dari suaminya itu.
Sekarang kedua pasangan ini memang benar-benar sangat mengerti satu sama lain. Tidak ada keegoisan lagi. Tidak  ada ingin menang sendiri lagi. Keduanya selalu berusaha saling memahami satu sama lain.


"Bunda ko malah senyum-senyum sendili?
Ais lapel bun. Pelut Ais bunyi telus dali tadi. Ais pingin makan bunda." tiba-tiba ucapan lucu bocah tampan ini membuyarkan lamunan Franda.

"Engh, i..iya sayang. Y..yaudah kita masuk yuk?  Bunda udah siapin makanan buat Ais." ajak Franda lembut.

"Yeyeee gitu dong bunda. Coba bunda bilangnya dali tadi.
Bunda masakin ayam goleng klispy lagi kan?"

"Iya bunda masakin ayam goreng krispy ko. Ayo kita masuk?"

"Ayo bun. Ais dadi gasabal nih. Ayam goleng klispy buatan bunda pasti enak."

"Iya dong. Apalagi bunda buatnya special untuk Ais."

"Yeyee blati tambah enak ya bunda kalo special?"

"Tentu sayang.."

Franda begitu tampak bahagia melihat ekspresi riang putra kecilnya. Ia tidak menyangka bisa memiliki putra selucu dan sepintar Elfaris. Apalagi saat mengingat kandungannya yang tak lama lagi akan lahir buah hati kedua. Franda benar-benar sudah tidaj sabar menantikan bayi keduanya.

"Kakak kamu lucu banget sayang. Tingkahnya hampir seratus persen kaya ayah kamu.
Kadang gak bisa diem, kadang cerewet, kadang juga antusias.
Mudah-mudahan kamu nanti perempuan yah? Biar bunda ada temennya dirumah ini.
Cepet lahir sayang, bunda udah gak sabar nunggu kelahiran kamu." Franda membatin mengusapi perut besarnya. Ia berjalan masuk mengikuti langkah Elfaris putra kecilnya dengan raut wajah yang tak henti memancarkan senyum kebahagiaan.








Bersambung....


@dheana92
@Elfaris_Karisma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p