Sabtu, 23 Agustus 2014

Perjanjian Cinta #part47

Suasana rumah mewah Bisma kini  mendadak berubah menjadi ramai.
Kedatangan Rafael dan keluarga kecilnya benar-benar tidak Bisma duga.
Ia seperti tengah bermimpi di siang bolong.
Franda sendiri sampai terpelongo kaget karna sahabat baiknya ternyata adalah istri dari rekan bisnisnya sendiri, yaitu Rafael. Dan yang lebih membuat Franda kaget ialah saat mengetahui kalau Rafael itu sahabat dari suaminya juga.

"Ini gila. L..lo beneran suaminya Franda? T..trus Faris itu anak kalian berdua? T..trus b..berati yang sering lo ceritain ke gue itu Franda? Rekan bisnis gue sendiri? Dan kalian..?" Rafael benar-benar di buat shock akan kenyataan yang tidak pernah terduga ini.

Bisma terkekeh. Ia bahkan lebih terkejut lagi saat mengetahui kalau Rafael dan Indah adalah sahabat baik dari istrinya juga.

"G..gue yang lebih gak nyangka Raf. Gue gak nyangka kalau lo udah kenal sama Franda, sama istri gue sendiri. Dia itu kan yang.." ucapan Bisma terpotong.

"Dia cewek yang suka lo bilang stres itu kan? Yang sukanya marah-marah, bikin lo naik darah, sampe-sampe kalian tuh gak pernah bisa akur. Bahkan sampe bikin perjanjian konyol juga. Iya kan?" tebak Rafael diselingi tawa kecil.

"Hahaa lo ternyata masih inget aja Raf, haha." Bisma tertawa begitu renyahnya.

"Ya iyalah gue inget. Kan dulu lo sering banget cerita tentang istri lo ini. Tapi menurut gue sih dia gak stres Bis, Franda itu cewek smart tau. Mandiri lagi. Memimpin perusahaan besar aja dia bisa. Jadi ucapan lo itu salah semua." jelas Rafael yang kini malah memuji Franda.

"Iya iya. Sekarang gue akuin Franda memang cewek smart. Cewek cantik, cewek yang sangat hebat dan mampu buat gue gak bisa jauh dari dia.
Gue udah sayang dan cinta banget sama dia Raf. Gue, guee.."

"Jadi sekarang semuanya udah berubah?" tebak Rafael.

Bisma mengangguk kecil diiringi senyum malu-malu.

"Hahaa bener kan apa tebakan gue.Lo harus ceritain semuanya sama gue Bis. Pokoknya lo harus cerita sampai tuntas. Gue pengen tau semuanya." Rafael menepuk punggung Bisma dan merangkul sahabat baik yang sudah dianggapnya saudara sendiri.

"Oke. Gue pasti akan ceritain semuanya. Gue pasti cerita Raf.." setuju Bisma. Ia tersenyum menunjukkan kebahagiaan yang tak dapat lagi disembunyikannya.

Kedua sahabat baik ini pun meneruskan perbincangan hangatnya.
Mengobrol penuh canda layaknya Abg muda yang tengah membicarakan tentang pasangannya.
Mereka larut dalam obrolan-obrolan kecil yang mereka bahas tak ada habisnya.




**
Berbeda dengan Bisma dan Rafael.
Franda sendiri kini berada diruangan kamar Elfaris bersama Indah.
Dua sosok perempuan cantik ini juga asik dengan obrolan hangatnya. Mereka mengobrol penuh canda seraya melepas rasa rindu karna setelah sekian lama baru bisa berjumpa lagi.

"Bener-bener sulit dipercaya kalo ternyata Faris itu anak kamu.
Kamu kapan hamilnya coba?
Nikah aja gak tau, ini udah punya anak. Kamu tuh bener-bener ya Fran.." Indah masih belum bisa percaya akan kenyataan yang mengejutkan ini.

"Hehe.. Nanti aku ceritain deh semuanya dari awal. Pokoknya ceritanya itu panjaaaang banget.
Aku juga gak nyangka  bisa jadi kaya gini Ndah.." Franda merangkul Indah diselingi tawa kecilnya.

"Beneran ya ceritain dari awal sampai tuntas?"

"Iya sipp. Pokoknya aku bakalan ceritain semuanya.
Yuk kita ngobrol di ruangan lain aja.
Biar Ais sama Arfa disini. Kita ke taman belakang aja." ajak Franda lembut.

"Oke. Yaudah kita ke taman belakang.." Indah mengangguk setuju diiringi senyum.
Kedua perempuan cantik ini pun keluar dari kamar Elfaris dan membiarkan jagoan-jagoan kecilnya itu bermain bersama.







**
Setelah sekian lama berbincang dan mengobrol untuk melepas rasa kangen.
Akhirnya Franda dan Bisma berpamitan kepada Rafael dan keluarga kecilnya untuk segera pulang menuju Jakarta.
Bisma juga telah menjelaskan kenapa ia dan Franda harus ke Jakarta.
Awalnya Rafael sangat terkejut karna ternyata rumah yang di Bandung ini hanya di tinggali oleh Elfaris dan pengasuhnya saja.
Sedangkan Bisma dan Franda tinggal di Jakarta. Dan sekarang mereka akan membawa Elfaris pulang untuk tinggal satu rumah di Jakarta sana.

"Ya udah ya Raf, gue pamit dulu.
Nanti kapan-kapan lo mampir aja ke rumah gue yang di Jakarta.
Gue kasih tau alamat lengkapnya ntar.." ujar Bisma berpamitan.

"Kenapa harus buru-buru sih Bis?
Kenapa gak besok lagi aja pulangnya? Atau lusa mungkin?" pikir Rafael bingung.

"Ahahaa kalo ini udah gak bisa di tunda-tunda lagi Raf.
Gue udah gak sabar buat ajak Ais sama bundanya tinggal di rumah gue. Jadi gue harus tetep pulang sekarang.." Bisma terkekeh. Ia menepuk pundak Rafael yang berdiri di sampingnya.

"Hemm yasudah.
Nanti lo kasih tau alamat lengkapnya aja.
Kapan-kapan gue mampir deh.."

"Bener yah? Gue tunggu loh."

"Iya sip. Pokoknya nanti kalo ada waktu luang. Gue usahain mampir.." ujar Rafael mantap.
Bisma lagi-lagi tersenyum.
Sosok dua sahabat yang sudah seperti saudara ini pun saling memeluk satu sama lain.

"Jangan ulangin kesalahan lo lagi.
Istri sama anak lo itu harus di jaga baik. Jangan di tinggal-tinggal terus, dan jangan lo buat mereka kecewa lagi." bisik Rafael pelan.

"Gue janji Raf. Gue udah janji sama diri gue sendiri buat bahagiain mereka.
Jadi gue gak mau ngulang kesalahan gue lagi." ujar Bisma mantap.

Rafael tersenyum senang mendengar jawaban dari Bisma.

"Yaudah gue pergi dulu.." pamit Bisma melepaskan pelukannya.

"I..iya Bis. Hati-hati yah?" Rafael tersenyum kecil.

Tak lama sosok Bisma dan Franda juga Elfaris pun pergi meninggalkan Rafael dan keluarga kecilnya.
Sebenarnya ini terlalu cepat. Bahkan mereka berbincang saja baru beberapa jam. Rasanya belum terlalu puas untuk melepaskan semua rasa rindu terhadap dua sosok sahabat baik ini.

"Ko lasung pegi sih pah?
Padahal Arfa masih pen main sama Fais.." Arfa menatap kepergian Elfaris kecewa.

"Nanti kapan-kapan kita main ke Jakarta, ke rumahnya Faris." hibur Rafael.

"Benean pah?" Arfa bertanya ragu.

"Iya sayang. Ya udah kita pulang aja yuk?
Gak enak kalau terus disini.
Ayo Ndah, Kita pulang?" ajak Rafael melirik istri dan jagoan kecilnya.

"Iya Raf. Yuk?" Indah mengangguk setuju.

Tanpa menunggu lama, Rafael langsung menggendong Arfa dan berlalu keluar dari rumah Bisma yang kini hanya di huni oleh pembantunya saja.
Indah membuntuti Rafael dari belakang sambil sesekali mengusap puncak kepala Arfa yang dapat mudah di raihnya.
Sangat terlihat sekali kalau Indah begitu menyayangi Arfa.





**
Mobil Alphard putih yang di kendarai oleh Bisma kini sudah tiba di Jakarta.
Rumah newah bernuansa putih yang menjadi tempat tinggal Bisma ini pun sudah terlihat disana.

Bisma tidak buru-buru turun.
Ia malah diam dan tersenyum melebar memandangi Franda yang masih asik duduk di sebelahnya.

"Ko malah senyum-senyum sih?" tanya Franda bingung.

Bisma menggeleng. Ia kemudian meraih puncak kepala Franda lalu mengecupnya.

"Aneh banget sih?" Franda sedikit terkekeh melihat sikap aneh pada suaminya ini.

"Aku punya kejutan buat kamu Nda." Bisma berbisik pelan.

"Kejutan? Dari kemarin ngomongin kejutan terus. Emang kamu punya kejutan apa buat aku?" Franda memandang Bisma bingung. Ia sedikit merapikan poni lurusnya lalu menatap Bisma serius.

"Pokoknya ada deh. Dijamin kamu suka. Muach!" Bisma menyambar bibir tipis Franda dan mengecupnya sekilas.

"Issh kebiasaan banget! Ada anaknya juga.
Jangan suka cium-cium aku gitu dong Bis. Kalo Ais lihat gimana?
Lagian kejutan apa sih? Bikin orang penasaran aja." cerocos Franda kesal.
Lagi-lagi Bisma malah terkekeh melihat istrinya yang marah akibat ulahnya.

"Ais lagi asik di belakang. Jadi gak mungkin dia lihat." bisiknya tersenyum nakal.

Franda tersenyum. Ia menatap wajah Bisma lalu menarik hidung mancung suaminya itu.

"Ngapain senyum? Pake narik hidung segala, hem?" Bisma mendekatkan wajahnya genit.

"Issh apa sih? Udah sana turun..
Aku mau lihat Ais dulu. Ko dari tadi dia gak ada suaranya." Franda berusaha mengalihkan perhatian.

Karna tidak mau memancing emosi Franda seperti sebelum-sebelumnya. Akhirnya Bisma mengurungkan niatnya yang ingin menggodai Franda.
Ia membuka pintu mobilnya lalu keluar lebih dulu. Membukakan pintu untuk Franda hingga terlihat begitu romantis sebagai keluarga kecil bahagia.

"Silahkan nyonya Karisma.." ujarnya dengan candaan kecil.

"Makasih tuan.." balas Franda terkekeh.

Perempuan cantik berwajah oriental itu keluar dari mobil Bisma. Tangannya Bisma pegang. Bahkan Bisma merangkulnya mesra.

"Ais kayaknya tidur ya?" Franda menatap Bisma.

"Bisa jadi.." Bisma mengangguk kecil.

Franda hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya saat melihat Elfaris memang tengah terlelap di dalam mobil suaminya.

"Bener kan?" Bisma tersenyum lebar melihat jagoan kecilnya.

"Mirip banget sama ayahnya." Franda menatap Bisma.

"Namanya juga anak aku. Ya pasti mirip aku." lagi-lagi Bisma malah tersenyum.

Franda berjalan mendekati Elfaris. Ia menyentuh wajah putra kecilnya itu lalu mendaratkan satu kecupan lembut di kening Elfaris.

"Biar aku aja yang bawa dia kedalam. Kamu mundur dulu Nda." ujar Bisma pelan.

Franda mengangguk setuju. Ia membiarkan suaminya itu untuk menggendong Elfaris dan membawanya masuk kedalam rumah mewah yangkan menjadi tempat tinggal barunya.

"Uhh anaknya ayah. Bobonya lelap banget sayang? Mmuach!" Bisma mengecup kening Elfaris gemas.

"Dia kecapean kayaknya.." Franda mengelus puncak kepala Elfaris.

"Yaudah yuk masuk?"

"Iya."

Mereka pun akhirnya masuk tanpa menunggu lama lagi.






**
"Ini kamar Elfaris?" Franda terlihat bingung.

"Iya. Emangnya kenapa?"  jawab Bisma enteng.

"T..tapi k..ko bisa?" Franda rupanya masih belum bisa mempercayai akan apa yang di lihatnya.

"Bisa dong. Buat anak kesayangan aku, apa sih yang enggak." lagi-lagi Bisma menjawab dengan entengnya. Ia merebahkan Elfaris diatas tempat tidur yang memang sudah di siapkannya untuk menjadi ruang kamar Elfaris.

Franda tertegun. Pandangannya kembali melihat seisi ruangan yang berada didalam kamar putra kecilnya. Ia masih tidak percaya kalau Bisma benar-benar sudah menyiapkan semuanya untuk Elfaris.

"Ini baru hal kecil lohh.. Kejutan besarnya kamu pasti akan lebih kaget nanti." ujar Bisma so misterius.

"Emang ada apalagi selain ini?"

"Emm ada apa yah? Umm yaa pokoknyaa ada deh.."

"Issh Bisma aku serius!" Franda langsung mencubit perut Bisma gemas.

"Ahaha iya-iya. Yaudah kita tinggalin Ais dulu disini. Kita ke kamar kita aja. Kamu pasti akan lebih suka. Disana ada sesuatu buat kamu." Bisma merangkul istrinya ini dengan wajah yang tak henti menunjukkan senyum.

"Emang ada apa sih? Bis kamu bikin aku penasaran. Beneran loh aku penasaran."

"Yaudah makanya ikut aku dulu. Biar kamunya gak penasaran, muuach." Bisma mengecup sekilas jemari Franda yang tengah di genggamnya.

"Apa sih? Ko Bisma jadi so misterius gini?
Tapi ini kamar buat Ais aja bisa se-mewah dan se-bagus ini. Kalau Ais bangun bisa loncat-loncat dia. Mana isinya banyak banget mainan lagi. Gimana kalo kamar aku sama Bisma? Ihh beneran bikin penasaran. Trus dia bilang disana ada sesuatu buat aku? Sesuatu apa coba?" Franda membatin bingung dan bertanya-tanya sendiri.

"Kiyaaaa malah bengong disini.
Ayo dong bun, ikut ayah dulu bentar. Ais gak usah di ganggu. Kita ke kamar kita. Ada banyak kejutan dan sesuatu buat kamu bun. Ayo?"

"T..tapi..?"

"Apa mau ayah gendong?" Bisma menaik turunkan halisnya genit.

"Issh gamau! Emangnya kita pengantin baru, ke kamar aja pake di gendong."

"Yaa kan biar romantis bunda pandaku sayaaang." Bisma mencubit pipi Franda gemas.

"Sakit.."

"Hehe. Yaudah yuk?"

"Yaudah ayo?" Franda tersenyum lucu melihat tingkah Bisma yang selalu saja bisa membuatnya tersenyum.

Sepasang suami istri yang baru memiliki satu orang putra ini pun keluar dari kamar jagoan kecilnya. Bisma merangkul Franda mesra. Sementara Franda menggandeng lengan Bisma dengan puncak kepala yang tak hentinya Bisma kecupi.

"Kamu pasti bakalan suka. Aku yakin kamu bakalan suka Nda.
Semuanya aku lakuin buat kamu. Buat keluarga kecil kita dan buat Elfaris.
Aku sayang kalian. Dan aku gak mau kehilangan kalian.." Bisma membatin yakin.








**
"Ngapain sih senyum-senyum terus? Dari tadi ko itu bibir gak berenti senyum?
Kamu kenap bun, hem?" Bisma mengerutkan keningnya bingung. Ia tidak habis fikir dengan apa yang terjadi pada istrinya ini.

Bukannya menjawab. Franda malah langsung memeluk Bisma. Ia menyenderkan kepalanya di dada Bisma dan begitu erat melingkarkan kedua tangannya di tubuh Bisma.

"Sayang kamu kenapa sih?
Gak biasanya kayak gini?
Nda?" Bisma masih saja bingung tidak mengerti.

"Terimakasih Tuhan..
Aku bahagia. Aku benar-benar bahagia atas semuanya.
Aku sayang kamu Bis. Kamu suami terbaik yang aku miliki.
Aku mencintai kamu.
Aku janji akan jadi istri yang baik buat kamu. Aku janji.." batin Franda yakin dengan semua rasa bahagia yang kini dapat dirasakannya.
Ia tidak menyangka kalau kejutan yang Bisma kasih bisa begitu mengejutkan dan membahagiakan untuknya.
Franda jadi semakin yakin kalau Bisma benar-benar sudah berubah tidak seegois dan menyebalkan seperti dulu.

"Franda kenapa sih? Sikapnya dari tadi jadi manis terus? Mana bibirnya lebih banyak senyum sekarang. Biasanya kalo di godain  dikit suka ngambek dan marah. Tapi sekarang enggak?
Beneran aneh. Tapi gue suka.
Apapun sifat Franda. Gue tetep suka sama dia.
Aku cinta kamu sayang.. Pokoknya apapun akan aku lakuin buat kebahagiaan kamu. Buat Elfaris juga." Bisma membatin seraya membalas pelukan Franda. Ia memeluknya erat dengan semua kebahagiaa yanga dirasakannya saat ini.




**
"Ini Ais speltinya sedang belmimpi?
Ini lumah siapa? Besal banget lagi.
Kamal yang tadi Ais tidul juga bagus. Banyak mainan. Kaya toko mainan.
Tlus lumahnya luas. Ais bisa main-main bebas nih disini.
Ada kolam lenangnya juga. Blati Ais bisa blenang sepuasnya..
Wuihhh ini lumah siapa ya?
Tlus ayah sama bunda kemana?"

Elfaris dibuat kagum akan apa yang dilihat oleh kedua matanya.
Ia berjalan menelusuri setiap ruangan demi ruangan dirumah mewah yang akan menjadi tempat tinggalnya ini.
Berkali-kali ia tertegun dan kagum karna semuanya terlihat begitu berbeda dengan rumahnya yang di Bandung.










Bersambung....

@dheana92
@Elfaris_Karisma

Perjanjian Cinta #part46

Rafael dibuat terkejut luar biasa. Ia tidak menyangka kalau Arfa putra semata wayangnya bisa berbuat senakal itu kepada Elfaris.

"Siapa yang ajari Arfa buat nakal sama orang lain?" bidik Rafael menatap Arfa kesal.

Arfa yang memang sangat takut terhadap sang papah hanya diam menunduk tanpa mengeluarkan suara.

"Papah gak suka yah Fa kalau Arfa jadi nakal kaya gini.
Papah tuh didik dan besarin Arfa dari kecil biar jadi anak yang baik. Bukan jadi anak nakal." jelas Rafael tegas.

Arfa lagi-lagi tetap diam. Wajahnya sedikit berkaca melihat kemarahan sang papah yang cukup mengerikan untuknya.
Senakal-nakalnya Arfa, disaat Rafael marah, ia pasti akan diam dan diam.

"Kenapa diam?
Papah lagi bicara sama Arfa, bukan sama lantai!" Rafael sedikit meninggikan suaranya.

Arfa mendonga. Pipinya ternyata sudah basah oleh air mata.

"Nangis?
Kalau di nasehatin bisanya nangis.
Papah itu gak ngerti sama Arfa.
Kenapa Arfa jadi nakal?
Apa pernah papah ajarin Arfa biar nakal hem?" Rafael menatap mata Arfa tajam.

"..mapin Arfa pah,
Papah jan mah-maah teus. Arfa mita maaf, mapin Arfa.." Arfa berujar lirih memandang Rafael.

"Gak usah terlalu keras sama Arfa.
Dia masih kecil Raf.." Indah menyentuh pundak Rafael mencoba menahan emosi suaminya.

"Arfa cuna becanda pah, Arfa ga bemaksud nakal. Arfa mita maaf, mapin Arfa.." jelas Arfa menyesal.

"Sekarang Arfa ke kamar yah?
Gak boleh nangis lagi. Biar mamah yang nanti bicara sama papah.
Jangan nangis ya sayang?
Papah gak bermaksud marah sama Arfa ko, papah cuma pingin Arfa gak nakal aja.
Papah pasti maafin Arfa." Indah melangkah mendekati Arfa. Istri kedua dari Rafael itu menyentuh pipi Arfa lembut.
Ia memang selalu membela Arfa jika Rafael tengah berusaha tegas pada bocah kecil itu.

"Bianin sama papah, Arfa nesel mah.
Arfa janji ganau nakal ladi. Mapin Arfa.." Arfa berhambur memeluk tubuh Indah.
Terlihat sekali kalau ia sangat menyesal telah menakali Elfaris dan menjahilinya.

Indah tersenyum. Ia membalas pelukan Arfa dan mengecupi puncak kepala bocah kecil itu.

"Iya sayang, mamah percaya ko sama Arfa.
Yaudah sekarang masuk kamar yah?
Mamah mau bicara dulu sebentar sama papah." suruh Indah melepaskan pelukannya.

Arfa mengangguk setuju. Bibirnya tersenyum lebar. Beruntung sekali ia bisa memiliki ibu tiri sebaik Indah.

Bocah kecil yang cukup aktif itu pun berlari cepat menuju kamarnya. Ia sebenarnya anak yang baik, hanya saja sedikit iseng dan jahil.

"Udah marahnya.
Kasian tau, masa anak sendiri di marahin." Indah mendekati Rafael lalu merangkul lengan kekar Rafael.

"Aku gak marah Ndah, aku tuh cuma pingin tegas aja sama Arfa.
Dia nakal banget. Masa wajah Faris dia corat-coret? Itu, itu beneran keterlaluan Ndah." Rafael menatap Indah dengan rasa kesal saat mengingat kenakalan Arfa.

Indah tersenyum. Ia memeluk pinggang suaminya itu penuh kehangatan. Berharap kalau emosi Rafael akan hilang dengan sikapnya ini.

"Arfa masih kecil, dia belum terlalu faham Raf.
Aku yakin ko Arfa itu pasti gak bermaksud nakal, ia cuma iseng aja.
Jangan di marahin lagi yah?
Gak tega lihat dia ketakutan kaya tadi."

"Biar dianya faham.
Aku lakuin ini juga biar dia jadi anak yang baik.
Aku didik dia dan besarin dia dari dia bayi Ndah, dan aku besarinnya sendiri tanpa di dampingi mamahnya Arfa.
Aku luapin semua kasih sayang aku sepenuh mungkin buat Arfa, berharap kalau dia gak akan kekurangan kasih sayang.
Jadi aku gak mau kalau Arfa nantinya jadi anak nakal. Aku pingin dia jadi anak yang baik dan penurut.
Itu keinginan aku Ndah.." Rafael menatap lekat mata bening Indah. Ucapannya sungguh-sungguh dari hati. Ia memang sosok ayah yang hebat dan luar biasa.

"Tapi kamu sekarang gak sendiri.
Aku akan bantu kamu buat didik dan besarin Arfa.
Aku sayang sama Arfa Raf, dia itu anak yang baik, lucu, tapi sedikit konyol.
Pokoknya aku sayang banget sama Arfa." Indah melingkarkan kedua tangannya dipinggang Rafael. Ia menyenderkan kepalanya di dada bidang Rafael yang selalu bisa membuatnya nyaman.

Rafael tersenyum. Ia beruntung memiliki istri seperti Indah.
Walau Arfa bukan anak kandung Indah, namun Indah dapat menerima Arfa layaknya anak kandungnya sendiri.




**
"Duuh udah dong sayang jangan ngambek terus.
Bunda kan udah minta maaf sama Ais. Maafin bunda yah?
Bunda nyesel udah tinggalin Ais kemarin. Bunda minta maaf.." Franda mengejar bocah tampan Elfaris yang terus berjalan menjauhinya.

"Ais mau sendili aja. Tyap hali juga Ais salu sendili, dadi ga ada bunda sama ayah juga Ais gak papa.
Ais masih bisa sendili." Elfaris masuk kedalam kamarnya lalu naik keatas tempat tidur.
Rupanya bocah tampan itu tengah marah pada bunda dan ayahnya.

"Oke bunda sekali lagi minta maaf.
Bunda tau bunda sama ayah salah.
Maafin bunda ya sayang.. Bunda janji deh gak akan pernah tinggalin Ais lagi." bujuk Franda lembut. Ia duduk disamping Elfaris berusaha mengambil hati jagoan kecilnya itu agar berhenti marah padanya.

"Ais mau bobo aja.
Bunda sama ayah bisa tinggalin Ais sendili?" Elfaris menarik selimutnya mengacuhkan segala ucapan serta bujukan sang bunda.

Franda terpelongo. Ia tidak menyangka kalau Elfaris bisa benar-benar marah padanya juga Bisma.

"Ternyata anak gue bisa ngambek juga.." Bisma yang sedari tadi membuntuti Franda hanya menggaruk rambut hitamnya sambil tersenyum kecil melihat aksi ngambek Elfaris.
Ia tidak khawatir atau pun cemas. Justru menurutnya ini sangat lucu.

"Ko Ais gitu sih sama bunda?
Bunda tuh kangen sama Ais.
Bunda pingin peluk Ais, bunda sengaja loh nyuruh ayah biar pagi-pagi datang ke Bandung. Dan itu khusus buat temuin Ais.
Bunda kangen sama Ais.." jelas Franda terdengar lirih.

"Ais ga pelcaya. Pasti abis ini juga bunda sama ayah pulang lagi. Tinggalin Ais lagi, tlus Ais sendilian lagi." Elfaris ngedumel kecil seraya membalikkan tubuhnya membelakangi Franda.
Rupanya memang benar-benar lucu melihat aksi ngambeknya ini.

"Jadi Ais beneran marah sama bunda?
Ais gak mau maafin bunda?" ekspresi wajah Franda berubah menjadi sedih.

Elfaris diam. Ia tidak menjawab. Wajahnya masih tetap ia palingkan tanpa mau menatap bundanya yang ia belakangi.

Bisma sendiri lagi-lagi malah tersenyum. Lelaki tampan ayah dari satu anak itu berjalan mendekati Franda. Ia menyentuh pundak istrinya mengisyaratkan agar Franda sedikit mundur karna ia ingin berbicara dengan Elfaris.

"Dia ngambek tau. Kamu sih bikin aku kesel terus. Jadinya dia.." ucapan Franda  terpotong.

"Usstt kamu tuh gak usah nyalahin aku.
Ini sih kamunya aja yang gak bisa bujuk Ais." Bisma malah meremehkan.

"Ih yaudah coba aja bujuk sendiri.
Gak usah ngeremehin!" ketus Franda sebal.

"Cuma bujuk Ais doang sih kecil.
Lihat nih aku.." Bisma tersenyum percaya diri. Ia mulai menunjukkan aksinya di depan Franda. Mungkin ia memang tahu caranya membujuk Elfaris yang tengah ngambek ini.

"Kalo gak bisa aku getok kamu Bis.." gumam Franda bergurau diselingi senyuman kecilnya.

Bisma sendiri tampak begitu yakin kalau dirinya bisa membujuk Elfaris. Ia berjalan mendekati Elfaris lalu naik keatas tempat tidur bocah tampan itu.

"Duuhh ayah kangen banget deh sama Ais. Udah berapa lama yah ayah gak peluk Ais?" ujar Bisma tiba-tiba. Ia memeluk tubuh mungil jagoan kecilnya dari belakang.

"Ayah gausah peluk-peluk Ais!
Ais kan lagi ngambek sama ayah. Dadi ayah gausah peluk-peluk Ais!" ketus Elfaris melepaskan paksa tangan kekar Bisma yang melingkar diperutnya.

Bisma terpelongo. Bagaimana mungkin Elfaris bisa menolak pelukan darinya sampai berucap seketus ini.

"Ahahaa. Katanya jago. Baru diketusin dikit sama anaknya aja udah cengo." celetuk Franda menahan tawa melihat ekspresi wajah Bisma yang sangat-sangat lucu.

"Apa sih? Gak usah ngetawain bisa?
Lagian siapa juga yang cengo." Bisma menoleh menatap Franda sebal.

"Oh enggak cengo yah? Cuma melongo doang tapi.." ledek Franda masih saja menggoda suaminya ini.

Bisma berdecak geram. Lagi-lagi ia menoleh menatap istrinya itu kesal.

"Yaudah aku keluar dulu deh. Aku buatin susu coklat dulu buat Ais.
Bunda buatin susu hangat ya sayang?" ujar Franda menawari Elfaris.

"Ais mendadak lagi gamau minum susu!" jawab Elfaris ketus. Lagi-lagi sikapnya ini mampu membuat Bisma tertawa.

"Udah tau anaknya lagi ngambek, pake ditawarin susu coklat segala. Ya iyalah dia nolak. Hemm dasar Pando." Bisma terkekeh geli.

"Yaudah kalo Ais gak mau.
Padahal susu coklat buatan bunda enak loh, tapi berhubung Aisnya gak mau, jadi bunda buat susu coklatnya untuk bunda sendiri aja deh.." ujar Franda sedikit menggoda Elfaris. Ia  tahu betul kalau Elfaris sangat suka susu coklat apalagi buatannya. Jadi sepertinya ucapan tidak mau dari Elfaris barusan sangat bertolak belakang dengan kenyataan.

"Ais sbnelnya mau bun, tapi kan Ais lagi ngambek sama bunda. Kalo Ais bilang mau, ntal Ais ga bisa ngambek lagi dong?" Elfaris membatin dengan ekspresi lucunya.
Bocah tampan itu memandangi Franda diam-diam.

"Yaudah kalo gitu bunda mau keluar dulu.
God luck ya yah?" Franda mengedipkan matanya menggoda Bisma.

"Ih kaya boneka kehabisan batre aja pake kedip-kedip segala." ceplos Bisma ngasal.

Franda terkekeh. Perempuan cantik ibu dari satu anak itu langsung keluar dari ruangan kamar Elfaris dan membiarkan putra kecilnya itu agar bisa lebih leluasa berbicara berdua dengan Bisma.






Beberapa menit kemudian..



Bisma terlihat diam. Ia seperti yang sedang berfikir saat mendengar permintaan dari jagoan kecilnya.

"Dadi gimana yah? Ayah bisa kan?" Elfaris bertanya serius.

Bisma menatap Elfaris ragu. Pasalnya keinginan bocah tampan itu cukup aneh dan sulit untuk dituruti.

"Yaudah kalo ayah ga bisa. Blati Ais mau ngambek lagi aja.
Ais gamau maafin ayah. Ais mau malah aja sama ayah." ketus Elfaris lalu beranjak turun dari tempat tidurnya.

"Ehh i,iya ayah bisa. Ayah pasti kasih apa yang Ais mau.
Pokoknya ayah pasti akan kabulkan keinginan Ais." ujar Bisma akhirnya.

"Selius? Ayah ga bohong kan?" Elfaris memandang Bisma ragu.

"Iya serius, gak pake bohong deh pokoknya." jelas Bisma meyakinkan.

Elfaris tersenyum lebar. Ia dengan cepat langsung menubruk tubuh kekar Bisma dan memeluknya erat.

"Makasih ayaaah.. Blati sbental lagi Ais bakalan punya temen. Yeyee makasih ayaaah.." Elfaris bersorak senang.

"Iya sama-sama sayang. Tapi Ais gak boleh ngambek-ngambek lagi ya?" Bisma meraih kedua pipi chuaby Elfaris lalu menatapnya lekat.

Elfaris mengangguk setuju. Ia kembali memeluk tubuh ayahnya itu, menenggelamkan wajah tampannya di dada sang ayah dengan bibir yang tak henti menyunggingkan senyum.

"Dianya udah gak ngambek lagi. Dasar anaknya Franda.
Marahnya itu lucu, jadi ngingetin sama almarhum mamah.
Waktu mamah masih ada, dia juga sering dan gampang banget ngambek. Tapi ngambeknya itu gak pernah lama. Cuma ngambek sebentar dan itu ujung-ujungnya pasti minta sesuatu. Percis kaya Ais sekarang..
Mah, Bisma jadi kangen mamah. Mamah apa kabar disana? Bisma kangen mah.. " Bisma mengacak poni hitam Elfaris . Ia sedikit terkekeh melihat tingkah lucu Elfaris. Namun matanya seketika berkaca saat teringat sosok tante Casma almarhum mamahnya yang sudah tiada.

"Yah, kelual aja yu? Ais pingin susu coklat buatan bunda yah.." pinta Elfaris tiba-tiba.

Bisma sedikit terkejut karna Elfaris cukup mengagetkannya.

"Ayah kenapa? Ko ayah malah bengong?" tanya Elfaris polos.

"Engh, enggak ko sayang. Ayah gak papa. Yaudah kita temuin bunda yuk?"

"Yuk yah? Tapi ayah gendong Ais ya?" pinta Elfaris manja.

Bisma mencubit gemas hidung Elfaris. Ia membalikkan tubuhnya agar duduk membelakangi Elfaris "Ayo naik?" suruhnya lembut.

Elfaris mengangguk setuju. Dengan senangnya ia langsung naik kepunggung sang ayah untuk di gendong ayahnya.

"Udah ayah.." ujarnya polos.

Bisma yang mengerti pun langsung berdiri seraya menggendong Elfaris dari belakang. Ia berjalan keluar dari kamar Elfaris menuju lantai bawah dimana Franda berada disana.

"Ais seneng banget hali ini.
Coba Ais bisa sama ayah telus kaya gini. Sama bunda, pasti tyap hali Ais bakalan seneng.." Elfaris membatin penuh senyuman. Ia menyenderkan kepalanya di punggung Bisma dengan kedua tangan yang berpegangan pada leher Bisma.
Sungguh sangat bahagia sekali melihat ekspresi wajahnya ini.





**
"Bisma mana sih? Masa ngebujuk anaknya sendiri aja gabisa? Ayah macam apa tuh kaya gitu? Ngebujuk Ais doang aja sampe lama gini. Hemm dasar si Bisma." Franda menggerutu sebal. Ia rupanya kesal sendiri karna terlalu lama menunggu Bisma yang tak kunjung keluar juga sejak tadi.

"Aku lihat aja deh, jangan-jangan dia gagal lagi bujuk Ais? Isssh awas yah Bis, bisanya ngeremehin aku doang tapi sendirinya aja gabisa bujuk anaknya seen," tiba-tiba Franda menghentikan dumelannya.

"Bundaaaa!!" Elfaris berteriak seraya turun dari gendongan Bisma dan berlari cepat kearahnya.

"A..ais?" Franda terpelongo bingung.

"Maafin Ais bunda, Ais ga belmaksud malah tadi. Ais juga ga belmaksud ngambek sama bunda. Maafin Ais ya bun, Ais sayang sama bunda.." tiba-tiba Elfaris memeluk tubuh Franda erat.

Franda sendiri masih bingung akan apa yang di lihatnya ini. Ia kemudian berjongkok menyamai tinggi Elfaris. Membalas pelukan dari jagoan kecilnya dan mengecupi puncak kepala Elfaris.

"Sekali lagi Ais minta maaf ya bunn.." Elfaris melepaskan pelukannya lalu menatap wajah bundanya lekat.

"Iya sayang, bunda ngerti ko kenapa tadi Ais marah. Bunda faham, maafin bunda juga yah?" Franda tersenyum mengelus rambut hitam Elfaris.
Bocah tampan itu mengangguk cepat tanda setuju.

"Oh iya, susu cokat Ais mana bunda? Ais haus nih.." pinta Elfaris tiba-tiba. Rupanya ia masih ingat dengan susu coklat hangat yang Franda tawarkan padanya dan sempat ia tolak tadi.

"Katanya gak mau? Makanya bunda gak jadi bikinin."

"Aah bunda, kan tadi Ais cuma belcanda. Ais mau ko bunn."

"Yaudah bunda buatin dulu. Ais tunggu diruang tengah yah? Nanti bunda anterin."

"Iya bun, makasih bunda, Ais sayaang sama bunda, mmuuaahh." Elfaris mengecup pipi Franda sekilas kemudian langsung berlari menuju ruang tengah seperti apa yang bundanya suruh tadi.

"Hihi lucu! Bunda juga sayang sama kamu sayang." Franda tersenyum memandangi Elfaris yang mulai menjauh. Pipinya ia sentuh mengingat Elfaris saat menciumnya tadi.

"Ekhemm!" setelah cukup lama diam. Akhirnya Bisma mulai mengeluarkan suara juga.

"Engh, k..kamu?" Franda menoleh kearah sumber suara yang cukup mengagetkannya.

"Gimana? Aku berhasil kan?" tanya Bisma tersenyum dengan sebelah halis yang ia naik turunkan.

"Iya kamu berhasil. T..tapi ko bisa sih? Gimana caranya?" Franda menatap Bisma bingung.

Bukannya menjawab. Bisma justru malah mendekati Franda dan memeluk istrinya itu dari belakang.

"B..Bis..?" Franda merasa risih saat Bisma menelusupkan wajahnya dileher jenjangnya.

"Aku sayang sama kamu. Sayang banget Nda.." ujar Bisma tiba-tiba. Ia semakin merekatkan kedua tangannya dipinggang Franda. Memeluk tubuh ramping istrinya itu tanpa mau melepaskannya. Ini memang sedikit tidak nyambung karna Bisma malah mengutarakan perasaannya, bukan menjawab pertanyaan Franda.

"Aku juga sayang kamu Bis, dan mungkin rasa sayang aku ini lebih besar dari rasa sayang kamu ke aku." batin Franda tersenyum kecil. Ia menyentuh kedua tangan Bisma yang melingkar erat diperutnya.

"Nanti sore kita langsung pulang yah? Aku pingin tunjukkin sesuatu sama kamu.."

"Sesuatu? Apa itu?" Franda melepaskan pelukan Bisma lalu menatap suaminya itu heran.

"Ya pokoknya sesuatu. Aku jamin kamu sama Ais bakalan suka." jelas Bisma so misterius.

"Ihh bikin penasaran aja deh, sesuatu apa sih? Aku jadi kepo tau." Franda mengerucutkan bibirnya sebal.

"Gausah manyun gitu deh, menggoda iman tau gak." Bisma melirik bibir tipis Franda yang memang selalu membuatnya tergoda.

"Issh apa sih? Mulai lagi deh omesnya. Emang yang semalan belum puas apa?"

"Hehee abis kamu cantik banget sih Nda, apalagi itu bibir. Uhh udah kecil, tipis, manis, warnanya aku suka lagi. Jadi ya gimana mau puu.."

"Aku mau bikinin Ais susu coklat dulu. Kamu tunggu Ais di ruang tengah deh. Nanti aku kesana." Franda membalikkan tubuhnya berusaha mengalihkan ucapan Bisma yang mulai ngelantur(?).

"Yaah dia ngehindar..
Hemm yaudah deh aku temuin Ais dulu. Sekalian buatin aku kopi panas yah? Lagi pingin ngopi nih sayang, eemmmuuuaach! Jangan lama-lama yah?"

"Issh Bisma?!" Franda berdecak sebal karna Bisma main menyambar bibirnya saja.

"Hehee, gak kuat Nda lihatnya.
Yaudah deh aku kiss. Jangan marah yaah? Aku bakalan langsung temuin Ais ko. Bye sayang.." Bisma buru-buru ngacir karna takut kena kemarahan Franda.

"Dasar aneh! Lagian siapa juga yang mau marah, orang aku cuma kaget. Kan kita udah damai Bis, ngapain sih aku harus marah-marah sama kamu?
Seorang suami ngecup bibir istrinya sendiri itu kan wajar. Kalo kamu ngecup bibir orang lain, naah itu baru perlu di hajar.." ujar Franda terkekeh sendiri akan ucapannya.

Tanpa menunggu lama, perempuan cantik berwajah oriental itu pun segera membuatkan susu coklat hangat dan kopi panas pesanan suami dan jagoan kecilnya.

Bersambung...


@dheana92
@Elfaris_Karisma
@Arfa_ElfanoTan