Laman

Minggu, 22 Juni 2014

Perjanjian Cinta #part 32

Setelah selesai dengan pembicaraan seriusnya. Bisma dan Franda kini nampak lebih akur dan sudah tidak
menyembunyikan tentang perasaannya lagi. Franda bahkan sudah mau Bisma rangkul saat berjalan beriringan menuju kamar mereka. Keduanya terlihat romantis layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Entahlah apa yang mereka janjikan dengan ucapannya saat tadi. Yang pasti Bisma dan Franda sudah berjanji satu hal dan keduanya sama-sama memegang janji mereka agar tidak diingkari lagi.
"Oh iya, Ais dimana ya Nda?" tiba-tiba Bisma memekik kaget karna baru mengingat jagoan kecilnya. Bola mata Franda melotot hampir saja keluar. Ia menatap Bisma terkejut karna sedari tadi Elfaris memang tidak diingatnya.
"BIS..?!" Franda menyenggol pinggal Bisma pelan.
"Aku cari dulu dehh.. Ya ampun sampe lupa gini. K..kamu tunggu disini, biar aku yang cari dia.." Bisma langsung bergegas menuruni anak tangga kayu yang terdapat didalam rumah mewahnya.
"Bisma aku ikuut..." Franda tidak tinggal diam. Ia juga ikut berlari menyusul Bisma untuk mencari jagoan kecilnya yang tidak mereka lihat sejak tadi.

**
"Loh? Den Bisma sama non Franda mau kemana toh? Ko buru-buru begini den?" Tiba-tiba suara Bi Min
menghentikan langkah cepat Bisma dan Franda. Sosok ibu paruh baya itu menatap kedua majikannya penuh rasa heran.
"K..kita mau cari Ais dulu bi. Bibi tolong jaga rumah yah? Franda sama Bisma mau keluar sebentar, takutnya Ais nanti kenapa-napa. Kita pamit bi. Ayo Bis..?" Franda buru-buru menarik tangan Bisma agar melanjutkan kembali langkahnya.
"Mau cari den Faris? Loh, bukannya den Faris sudah ada didalam to den, non? Tapi kenapa aden sama non
Fraaann..." belum sempat Bi Min meneruskan ucapannya. Tiba-tiba sosok Bisma dan Franda sudah lenyap dari hadapannya. Kedua majikannya itu langsung pergi tanpa mendengar ucapan bi Min terlebih dahulu.
"Uwalaah.. Gimana iki? Ko den Bisma dan non Franda malah pergi? Mereka mau cari den Faris, tapi den Faris ada didalam. Ora ngerti aku.." wajah Bi Min tampak kebingungan sendiri. Ia menggaruk kepalanya dengan ekspresi yang begitu polos karna tidak mengerti akan sikap dua majikannya.
Tak lama bi Min pun segera masuk kembali. Tujuannya saat ini adalah menuju dapur untuk membuatkan susu coklat hangat yang dipesan Elfaris.
**
"Issh Bisma mana Aisnya? Tadi kan aku udah bilang kita jalan kaki aja. Gak perlu pake mobil Biss.. Kalo dia kenapa-napa gimana? Kamu sihh.. Kenapa sampe lupa coba sama Ais?" suara dumelan Franda sedari tadi tidak berhenti berceloteh. Perempuan berwajah oriental ini nampak sangat panik karna keberadaan jagoan kecilnya yang entah saat ini ada dimana. Bisma memberanikan diri menyentuh jemari halus Franda dengan lengan kirinya. Ia menggenggamnya erat agar perempuan cantik disampingnya itu dapat menenangkan hatinya.
"Jangan mikir yang macem-macem. Jangan saling nyalahin juga.
Aku kan tadi terlalu panik sama
kamu. Makanya aku gak keinget
sama Ais. Udah yah.. Kita kan lagi berusaha cari juga.." ujarnya terdengar sangat lembut dan pelan.
Franda menatap Bisma yang
begitu teduh memandangnya.
Sekilas rasa paniknya menjadi
sedikit berkurang.
"Kayaknya udah mulai turun
hujan.
Bis, kalau Ais kehujanan gimana?
Aku..aku gak mau kalau anak aku
sakit.. Nanti kalau diaa.."
"Ussstt.. Udah dong Nda, jangan
berfikiran yang aneh-aneh teruss.
Kalau hujan ya pasti Ais berteduh
lah. Udah, jangan berfikiran yang
aneh-aneh.
Mendingan kamu fokus lihatin
kearah luar, kalau kamu lihat Ais
langsung kasih tau aku." lagi-lagi
ucapan Bisma mampu membuat
Franda diam.
Entah kenapa rasanya Bisma
menjadi bersikap bijak dan
mampu menenangkan situasi.
Padahal biasanya mereka berdua
tidak pernah bisa kompak dalam
hal apapun.
Apalagi jika tengah panik seperti
ini.
"Bis, ko kamu keluar kompleks
sih?" Franda menatap bingung
arah jalan yang Bisma lalui.
"Dikompleksnya kayaknya gak ada.
Aku takut dia nyasar. Jadi aku cari
kesini juga. Siapa tau anak kita
lewati jalan ini." jelas Bisma
tanpa menoleh dan tetap fokus
terhadap kemudinya.
"Tapi ini terlalu jauh Bis..
Kamu yang bener aja dong. Gak
mungkin Ais kesini.." Franda
memprotes tidak setuju.
"Udah gak usah bawel.
Tinggal lihatin aja kedepan sama
samping. Takutnya ada anak kita.
Yang penting anak kita ketemu.
Udah deh ikutin aja." jelas Bisma
membuat Franda diam tidak
berbicara lagi.
"Duuh.. Kamu dimana sih sayang?
Tangan sama kaki bunda masih
sakit, tapi rasanya hati bunda
lebih sakit kalau harus kehilangan
Ais.." Franda membatin gelisah.
Wajahnya nampak pucat karna
terlalu khawatir akan keadaan
Elfaris.
"Drrrrtttt..."
Tiba-tiba Bisma merasakan
Handphonenya bergetar. Ia pun
segera merogoh saku jeansnya
dan mengeluarkan handphonenya
itu. Tombol hijau segera ia tekan
saat muncul panggilan dilayar.
"Halo..?" Bisma mulai
mendekatkan handphonenya
ketelinga. Tangan kanannya masih
tetap stay diatas setir.
"Ini den, sudah nyambung.."
Bisma mendengar suara seorang
wanita paruh baya. Suara yang
sangat begitu tidak asing
baginya.
"Mana bi? Yaudah sini, Ais pingin
bicala sama ayah.." sosok bocah
kecil ini langsung merebut gagang
telpon rumahnya yang tengah
dipegang bi Min.
Dengan sangat semangat gagang
telfon itu pun ditempelkannya
ketelinga.
"Hallo ayah?!
Ayah ada dimana?
Ais dali tadi nuguin ayah telus.
Ayah sama bunda dimana?" suara
lucu nan polos itu terdengar
nyaring tepat ditelinga kiri Bisma.
"A..Ais?" Bisma memekik kaget
tidak percaya.
"S..siapa Bis?
A..apa itu Ais? S..sini akuu.."
Bisma langsung memberikan
handphonenya pada Franda.
"Halo ayah? Ko ayah diem telus
sih?
Ayah gak pelgi tigalin Ais kan?
Ayah dimana yah? Bunda juga
dimana?
Ais jangan ditinggal lagi, ayah
sama bunda halus pulang..
Jangan tigalin Ais yaahh.."
Air mata Franda tiba-tiba saja
menetes keluar dari sudut
matanya. Bertubi pertanyaan
dilontarkan oleh buah hati
tercintanya itu. Suara mungil nan
polosnya Franda dengar tanpa
jeda. Ia bahkan belum
mengeluarkan sepatah kata pun
karna terharu bisa mendengar
suara jagoan kecil yang
dikhawatirkannya.
"Ko ayah diem lagi?
Ayah mau tigalin Ais yah?
Ayah pasti mau pelgi...hiks."
"E..enggak ko sayang.. Ayah gak
pergi.
Ayah sama bunda gak pergi.."
Franda akhirnya mengeluarkan
suaranya yang terdengar sedikit
parau.
"Bunda?!" Elfaris tampaknya
cukup terkejut dan senang.
"I..iya ini bunda.
Ais..sekaraa.."
"Bunda! Bundaa.. Yeee.. Bunda
ada disana bi.
Buunn.. Bunda dimana? Bunda
sama ayah cepet pulang, bunda
gak boleh pelgi lagi sama ayah,
pokoknya bunda sama ayah halus
pulang. Jangan tigalin Ais. Bunda
halus pulang buun.. Pulaang.."
Suara histeris senang Elfaris tak
mampu ditahannya lagi. Rasanya
ia begitu bahagia bisa mendengar
suara ayah dan bundanya meski
hanya melalui sambungan telfon
saja.
"I..iya bunda sama ayah juga mau
langsung pulang ko sayang..
Ais tunggu dirumah yah. Ini
sebentar lagi bunda sampe
rumah.." jelas Franda sedikit
terbata bahkan menitikan air
mata. Ia tidak menyangka kalau
Elfaris mengira dirinya dan Bisma
akan pergi meninggalkannya.
Padahal Franda dan Bisma sendiri
justru sangat panik memikirkan
keadaan bocah tampan tersebut.
"Bis, langsung pulang.
Aisnya ada dirumah.." Franda
menyuruh Bisma pelan. Ia
mematikan sambungan telfonnya
lalu mengembalikan handphone
tersebut pada Bisma.
"I..iya Nda. Ini juga mau puter
balik.
Kayaknya kita pasalingsingan
deh.."
"Hah? Apa itu pasalingsingan?"
Franda terpelongo kaget
mendengar kalimat aneh yang
Bisma ucapkan.
"Hehee.. Maksud aku tuh, kita yaa
kaya yang salah jalan gitu.
Ais nyariin kita, dan kita nyariin
dia. Pasalingsingan lah pokoknya
kalo dalam bahasa sunda tuhh.."
jelas Bisma sedikit terkekeh.
"Ahh aku gak ngerti. Udah
cepetan nyetirnya. Aku gak sabar
pingin lihat anak aku."
"Hemm iya-iya. Ini bentar lagi
udah masuk konfleks ko."
Franda menghela nafas lega.
Akhirnya kepanikannya hilang
karna buah hatinya sudah dapat
ia ketahu keberadaannya.
Ternyata sebagaimana pun cuek
dan ketusnya Franda. Namun
nalurinya sebagai seorang itu
tetap sangat besar. Ia sangat
mengkhawatirkan keadaan Elfaris
buah hati kecilnya.
"Ternyata aku salah besar lagi.
Dulu aku selalu nuduh kamu gak
pernah peduli sama Ais. Tapi
lihat ekspresi panik kamu yang
kayak gini, rasanya aku bener-
bener salah.
Kamu sampe ketakutan dan
hampir nangis karna Ais gak ada.
Kamu tuh emang sosok bunda
yang aneh.
Aku gak tau gimana cara kamu
ngasih Ais kasih sayang, padahal
dulu kita berdua sama-sama
sibuk sendiri. Dan baru sekarang
aja kita bisa berlama-lama di
Bandung ini Nda.
Semoga itu untuk selamanya.."
Bisma membatin kagum melihat
wajah Franda. Sekilas bibirnya
tersenyum kecil saat
memperhatikan wajah cantik sang
istri.
**
Akhirnya Franda dan Bisma kini
sudah tiba dirumah mewahnya.
Sosok jagoan kecilnya itu langsung
berhambur memeluknya erat.
Elfaris tampak ketakutan dan
menangis.
Ia mengira kalau Kedua orang
tuanya akan pergi lagi seperti
dulu dan meninggalkannya.
Makanya ia sehisteris ini. Padahal
Franda dan Bisma sendiri justru
kelabakan mencari sosoknya karna
mereka kira Elfaris hilang setelah
bersepeda tadi.
"Uhhh udah dong jangan nangis
terus. Cengeng banget sih anak
ayah?
Kan ayah sama bunda udah ada
disini sayang.." Bisma mengusap
pipi Elfaris yang basah dibanjiri
air mata.
"Hiks-hiks.. Ay..ayaaah..hiks.."
Elfaris terisak tersedu-sedu.
Wajahnya ia tenggelemkan didada
Bisma. Ia sangat begitu ketakutan
kalau Bisma dan Franda akan
meninggalkannya.
"Bawa kekamar aja Bis. Biar nanti
aku tidurin.. Dia kayak yang
trauma gitu yah..
Sini sama bunda sayang?" Franda
meraih tubuh bocah tampan itu
lalu menggendongnya.
Bisma mengangguk setuju. Ia
kemudian mengikuti langkah
Franda yang membawa Elfaris
masuk kedalam kamarnya.
**
"Sampe segitunya ya Nda?
Kasihan banget dia.
Kamu pokoknya nanti jangan
pulang ke Jakarta lagi. Kalau aku
yang gak jemput, kamu gak boleh
pulang.."
"Iya-iya. Aku gak akan pulang ko.
Aku juga gak tega sama Ais kalau harus ninggalin dia.
Pokoknya aku akan berusaha
tepatin janji aku buat tetap
tinggal disini sama Ais.
Tapi kamu juga harus ingat sama
janji kamu."
"Iya sayang, aku inget ko sama
janji aku.
Pokoknya besok mungkin aku
langsung pulang, kerjaan aku
udah banyak banget.
Kerjaan dikantor kamu juga harus
aku handle, jadi, yaaaa.. Mau gak
mau aku harus pulang besok.."
Bisma mengelus puncak kepala
Elfaris yang sudah terlelap
disampingnya.
"Kalau kerjaan aku biarin aja.
Nanti aku minta Dicky yang
handle dulu.
Pokoknya aku cuma mau, kamu
tepatin dulu janji kamu.
Kalau sampai nanti aku mampir
ke kantor kamu atau aku pulang
kesana tapi janji itu belum kamu
tepatin.
Awas aja, jangan harap aku status
kita masih suami istri.." ancam
Franda serius.
Bisma terkekeh. Ia mengacak poni
lurus Franda lalu menarik kepala
perempuan cantik itu agar
menempel pada dada bidangnya.
"Tenang aja si. Aku pasti tepatin
janji aku ko.
Perjanjian kita udah gak ada lagi,
dan aku udah sobek kertas
perjanjian itu.
Jadi kamu udah seutuhnya milik
aku.
Pokoknya aku gak akan egois lagi.
Aku janji."
"Aku pegang janji kamu.
Kalau bohong aku bakalan bener-
bener marah dan bikin surat cerei
buat kamu."
"Heh? Jangan dong.. Enak aja
surat cerei. Surat cinta aja, biar
lebih romantis gitu.." Bisma
mencubit kecil hidung mancung
Franda.
"Issh Bismaa..! Sakit tau." Franda
memprotes kesal karna hidungnya
Bisma tarik.
"Hahaha.. Sakit yah?
Sini deh aku kiss, biar gak sakit
lagi. Mmmuach!!" Bisma dengan
sangat jahilnya malah mengecup
hidung Franda.
Ayah satu anak itu masih saja
bisa mencuri kesempatan dalam
kesempitan.
Sejenak suasana pun sedikit
menjadi hening. Seukir senyuman
tersungging dari bibir Bisma dan
Franda. Mata mereka bertemu
pada satu titik yang sama.
"Boleh yah?" tiba-tiba Bisma
menaikkan sebelah alisnya.
"B..boleh apaan?" Franda
mengerutkan keningnya bingung.
"Ya ituu.. Sebentar deh.. Lima
menit.." Bisma berujar malu nan
genit.
"Isssh apaan sih?!" Franda malah
langsung mencubit perut Bisma
kencang.
"Aww!! Sakit tau Nda.
Aku mintanya ini, bukan dicubit..
Isshh galak banget si.." Bisma
meringis kesakitan. Ia menunjuk
bibirnya karna ingin Franda kiss
bukan justru malah dicubit
seperti barusan.
"Enggak ah. Udah jangan macem-macem terus.
Ada Ais tau disini.
Mending tidur deh, udah
malemm.." Franda berucap ketus.
Ia kemudian berbaring disamping
Elfaris yang sudah terlelap sejak
tadi.
"Hemm iya deh tidur..
Eh tapi aku boleh minta satu
permintaan gak?" Bisma ikut
berbaring disamping Elfaris.
Keduanya saling berhadapan
dalam posisi terbaring. Dan Elfaris
ada ditengah-tengah antara
mereka.
"Permintaan apa?" Franda
menyingkap poni hitam Elfaris
seraya mengelus pipi bocah
tampan itu pelan.
"Aku pingin kasih Ais adik.."
"HAH?" Franda langsung terkejut
mendengar Bisma berucap seperti
itu.
"Heheee.. Biasa aja kali Nda.
Aku gak bakal minta sekarang ko..
Kapan-kapan aja. Tapi yang pasti
aku pingin punya anak lagi.. Biar
punya dua sayang. Kalo perlu tiga
atau empat deh, biar rumah kita
rame.." Bisma berujar dengan
ngasalnya seraya cengengesan gak
jelas.
"Issh enak aja! Banyak banget.
Satu aja ngeluarinnya sakit
banget. Ini minta dua tiga atau
empat.
Aku gak mau!" Franda langsung
menolak mentah-mentah.
"Busyeet.. Biasa aja kali Nda.
Lagian baru juga berencana
doang. Baru niat.. Kesananya kan
belumm.."
"Bodo! Pokoknya aku gak mau.
Cukup punya satu anak aja. Gak
mau dua atau tiga. Kecuali kalo
kamu yang mau ngelahirin anak
kedua ketiganya nanti.." ketus
Franda kekeuh.
"Ngeluarinnya lewat mana kalo
aku yang ngelahirin? Ngaco kamu!
Masa aku lepeh gitu hemm?"
Bisma menatap Franda geram.
Perempuan cantik itu sampai
terkekeh menahan tawa melihat
ekspresi kesal Bisma yang lucu.
"Udah deh Bis gak usah bicara
macem-macem terus.
Pokoknya buktiin dulu semua janji
dan ucapan kamu.
Kalo udah bisa terbukti dan
semuanya sesuai dengan apa yang
aku inginkan.
Baru kita berencana.
Lagian Ais gak mau punya adik
tau. Dia gak suka, katanya takut
gak disayang lagi.." jelas Franda.
Ia mengusap pipi Elfaris tanpa
mengalihkan pandangannya.
"Emang kapan Ais bilang kayak
gitu?
Kemarin dia minta sama aku biar
dikasih temen.."
"Oh ya?
Tapi aku gak percaya tuhh.."
"Isshh ko gak percaya sih?
Ngeselin ya kamu lama-lama.."
Franda tidak berucap lagi.
Bibirnya serasa tak kuat menahan
tawa dan senyum. Rupanya
meledek Bisma itu sangat
menyenangkan. Apalagi kalau
membuatnya sampai emosi. Itu
jauh lebih menyenangkan lagi.
"Kalau gue hamil lagi, nanti perut
ini pasti buncit kaya dulu. Trus
Bisma dengan senangnya
ngeledekkin terus kaya waktu
hamil Ais. Dia bilang gue kena
busung lapar lah, cacingan lah..
Issh ngeselin banget tau tuh
anak..
Amit-amit.. Jangan sampe deh
hamil lagi." batin Franda bergidik
geli. Ia sampai mengelus perut
datarnya dan mengingat lima
tahun silam saat dirinya tengah
mengandung Elfaris.
"Okee.. Sekarang bilang gak mau,
tapi jangan panggil gue Bisma
kalau gak bisa dapetin apa yang
gue mau..
Haha lihata aja entar Nda.
Kita udah DEAL Damai. Jadi gak
ada yang gak mungkin lagi..
Aku udah gak mau ribut terus
sama kamu. Aku pingin kita
bangun rumah tangga kita ini
dengan penuh kebahagiaan. Gak
pake berantem kaya dulu.
Pokoknya gak mau. Aku pingin
jadi suami dan ayah yang baik
buat kamu juga Elfaris.
Aku janji akan tepatin janji aku
Nda. Aku Janji..." Bisma
membatin yakin. Bibirnya sekilas
tersenyum dengan tatapan tanpa
kedip memandang wajah cantik
Franda.
"Apaan sih senyum-senyum? Udah
gila ya kamu?" celetuk Franda
tiba-tiba.
"Mmmmmmuuuaaaach!!"
Bukannya marah atau membalas
ucapan Franda. Bisma justru
malah mengecup bibir Franda
begitu puasnya.
"Isssshh Bisma?!!
Ngeselin banget sih!"
"Hehehe.. Abis dari tadi ngegoda
banget. Mana kamu ngoceh mulu
lagi.
Udah ah, kita tidur.. Sini aku
peyuuk.." Bisma mengulurkan
tangannya menyambut hangat
tubuh Franda agar dapat ia
dekap.
Franda menurut. Ia membiarkan
Bisma memeluknya meski tidak
begitu leluasa karna Elfaris ada
ditengah-tengah antara mereka.
"Ngeselinn.. Tapi kadang
nyenengin juga..
Ko ada yah orang sejenis Bisma?
Makhluk Tuhan paling aneh.."
Franda membatin ngasal seraya
memandangi wajah tampan
suaminya.
Rasa kagum dan cintanya sudah
mengalahkan ego serta sifat keras
kepala yang selama ini selalu ia
tunjukkan pada Bisma.
Kini bahkan Franda lebih terkesan
penurut dan lembut jika
dihadapan Bisma.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p