Sebuah mobil CR-V putih tampak sudah terparkir rapi diarea parkir sebuah resto mewah sejak tadi.
Pemilik mobil itu sendiri rupanya sudah masuk kedalam resto bersama
kekasihnya. Menikmati dinner yang sangat istimewa itu didalam sana.
Keduanya tampak sangat bahagia dan sesekali bercanda tawa saat tengah menyantap menu makanan yang mereka pesan.
"Uhh, kamu makannya kaya anak kecil yah..
Sini, biar aku bersihin.." lelaki muda berwajah tampan ini mengulurkan tangannya. Menyentuh lembut sudut bibir kekasih tercintanya yang tak lain adalah Franda.
"Engh~ g..gak papa ko Gan.
A..aku bisa bersihin sendiri.." terdengar suara Franda yang mencoba menolak sentuhan lembut sang kekasih pada sudut bibirnya.
Namun Morgan kekasihnya itu tidak menghiraukan. Ia tetap berusaha membersihkan sedikit makanan yang masih menempel disudut bibir Franda.
Ia begitu tenang. Mengusapkan ibu jarinya dengan lembut pada bibir tipis Franda. Kedua matanya pun tampak menatap penuh arti saat bertemu satu titik dengan dua bola mata sipit Franda.
Hening...
Tubuh Franda mendadak menjadi kaku. Tatapan lelaki dihadapannya ini begitu teduh. Menyejukkan dan menenangkan.
Sorotan matanya yang indah dan penuh arti ketulusan. Bibirnya sampai menyungging senyum saat melihat Morgan melemparkan senyum padanya.
Morgan menurunkan lengannya. Ia menaruh jemari lembutnya itu diatas lengan Franda.
Perlahan menggenggamnya dengan kedua mata yang menatap Franda tanpa kedip.
"Matanya indah. Apalagi bibirnya, merah cherry dan sangat menggoda.
Sebenarnya dia manusia atau malaikat?
Wajahnya begitu sempurna.." Morgan membatin kagum.
"Duuhh, k..ko Morgan lihatin guenya kaya gitu banget sih? J..jangan-jangan diaa..." Franda membatin gelisah. Kalimatnya sampai terhenti saat kepala Morgan mulai memiring dan wajahnya semakin mendekati wajahnya. Deru nafas Morgan bahkan dapat Franda rasakan begitu dekat.
"Aku cinta kamu. Aku sangat-sangat cinta kamu.." Morgan berbisik pelan.
"Hah?" Franda menoleh kaget mendengar ucapan Morgan yang berbisik ditelinganya.
Morgan hanya tersenyum. Ia menyentuh tengkuk Franda dan menariknya pelan.
"Cuuuuuuupp."
Tiba-tiba saja Morgan dengan sengaja mengecup bibir tipis Franda. Ia memberikan sentuhan yang begitu lembut pada bibir Franda. Dirinya sampai tidak memikirkan dimana mereka kini tengah berada. Untung saja keadaan resto tidak terlalu padat dikunjungi oleh pengunjung.
Franda sendiri sampai cengo. Ia tidak menyangka kalau Morgan bisa melakukan hal senekat ini padanya.
1 detik..
2 detik..
3 detik...
Dan..
"BRUUGGHH!!!"
Tiba-tiba saja satu kepalan tangan melayang tepat pada bagian wajah Morgan. Kepalan tangan yang dilayangkan dengan sengaja dan penuh tenaga.
"BRUKKH!!" tubuh Morgan terhempas dan tersungkur jatuh kelantai. Kursi yang didudukinya sampai ikut jatuh didekatnya.
"BRUGGH!!"
Satu pukulan lagi kembali Morgan dapatkan. Mulutnya belum mengeluarkan sepatah kata pun, namun kepalan tangan itu sudah mendarat lagi diatas wajah tampannya.
"A..apa apaan sih ini?
K..kenapa elo.."
"BRUGGH!!"
"Cukup! G..gue gak kenal sama elo. T..tapi kenapa eloo.."
"BRUGGH!!"
"Gue.. Gue gak kenal sama lo.
G..gue salah apa?
G..guee.."
"BRUGGH!!"
Lelaki bertubuh cungkring ini terus-menerus mendaratkan bogem mentahnya diatas wajah Morgan tanpa ampun. Setiap kali Morgan berucap, maka detik itu pula wajahnya ia hantam dengan kepalan tangannya.
"B..bis.. Bisma?
I..itu Bisma kan?
B..biss.. Bisma cukup Bis.. Cukuupp!!" Franda memekik kaget saat menyadari kalau ternyata Bisma suaminya tengah memukuli Morgan sang kekasih didepan kedua matanya sendiri. Ia buru-buru bergegas dan berteriak agar Bisma menghentikan aksi gilanya.
"BRUGH-BRUGGH!!"
"BISMA CUKUUUP!!" teriak Franda sekali lagi. Ia sungguh tidak tega melihat wajah Morgan yang sudah babak belur akibat Bisma pukuli.
"Bis cukup Bis, udaah.." pintanya terdengar lirih.
Bisma menghentikan aksinya. Ia menoleh kearah Franda. Memandang penuh emosi perempuan yang menjadi istrinya itu. Dadanya sampai naik turun dengan tempo cepat. Nafasnya tidak beraturan akibat amarahnya yang mem bludak.
"Gue tegasin sama lo!
JANGAN pernah lo berani deketin istri gue lagi. Atau macam-macam sama dia.
Kalo lo sampe berani, BUKAN cuma wajah lo yang gue bikin bonyok.
Tapi tubuh lo BAKALAN gue bikin CACAT. Ngerti!!" tegas Bisma menekan kata-katanya menunjuk wajah Morgan yang dipenuhi memar.
"Ikut gue!" tiba-tiba saja Bisma langsung menarik pergelangan tangan Franda.
"B..biss.. B..bisma. Leppas!" Franda mencoba melepaskan genggaman tangan Bisma yang menarik paksa pergelangan tangannya keluar dari dalam resto.
Namun Bisma tidak menghiraukan. Ia tetap menarik tangan Franda dengan sedikit kasar karna masih diliputi emosi.
"Bisma gue bilang leppas!!
Lo tuli yah? Lo budek IYA!!" bentak Franda mulai emosi. Air matanya sampai keluar karna genggaman tangan Bisma cukup kencang menarik pergelangan tangannya.
Bisma tetap tidak bersuara. Ia terus menarik Franda keluar menghampiri mobil Alphard putihnya diluar. Kedua bola matanya memerah penuh amarah. Sepertinya kali ini Bisma benar-benar sangat marah akibat adegan Franda dan Morgan didalam tadi yang dilihatnya.
"Biss.. leppass!!
Mau lo tuh apa sih?
Kenapa lo selalu bersikap seenaknya?
Lo egois! Lo tuh cuma pengen menang sendiri tau gak!
Lo gak mikirin gimana perasaan gue.
Lo selalu seenaknya!
Lo bahkan pukulin Morgan sampe dia babak belur kayak gitu!
Lo tuh egois Bis! EGOISS!!!"
Langkah Bisma langsung terhenti. Tangan Franda refleks dilepaskannya. Ia membalikkan badannya. Menatap masih dengan tatapan tajam memandang Franda.
"Hiks.. Lo egois Biss.. Lo egoiss..
Lo bisa jalan sama cewek lain, dan gue gak pernah sampe pukulin lo atau berlaku semena-mena sama lo.
Tapi gue?
Gue cuma jalan dan dinner sama Morgan aja lo malah pukulin dia. Lo pukulin wajah Morgan didepan gue.
Lo gak pernah mikirin gimana perasaan gue! Sakit Bisss SAKIIT!!
Lo tuh bener-bener egois!
Lo gak pernah bisa berlaku adil sama gue!
Lo egois Bisma, LO EGOISS!!" cecar Franda berteriak penuh emosi.
Tangan kanan Bisma hampir saja ia layangkan dan mendarat dipipi Franda. Namun untung amarah Bisma masih dapat ditahannya.
"Kenapa? Kenapa lo gak tampar gue?
Lo belum puas kan sakitin gue?
Ayo tampar Bis!
Pukul! Kalo perlu BUNUH gue! Biar lo bisa puas! Biar lo bisa seneng.
Ayo pukul! Pukuul... Hiks.." Franda terisak lirih. Tangan kanan Bisma sampai tiguncangnya agar mau menampar pipinya. Ia menangis sejadi-jadinya dengan semua perasaan sakit dihati dan emosi akibat semua sikap egois Bisma.
"Lo tuh emang gak pernah bisa lihat gue bahagia.
Gue tau lo pasti cuma pingin gue menderita.
Lo seneng kan Bis kalau gue menderita?
Lo SENENG kan BISMA?" bentak Franda masih saja emosi.
Bisma diam. Kepalanya menggeleng lemah mengelak semua perkataan serta tuduhan yang Franda lontarkan padanya. Hatinya terasa sakit melihat Franda berbicara seperti itu padanya. Air matanya sampai hendak keluar karna semua rasa cinta serta sayangnya tidak pernah bisa Franda mengerti.
"Gue tuh ngelakuin semua ini karna gue terlalu sayang sama lo Fran.
Gue gak mau lo dimiliki oleh siapapun.
Lo cuma milik gue, istri gue, dan punya gue.
Gak ada yang boleh ngerasain kecupan-kecupan dari lo selain gue.
Bahkan termasuk Morgan.
Gue gak akan biarin itu Fran, karna itu cuma buat gue.
Gue cemburu Franda. Hati gue sakit lihat istri gue sendiri dicium sama cowok lain. Sakit Fran, sakiit..
Rasanya tuh kaya dihujam ribuan jarum tajam.
Gue mukulin Morgan bukan tanpa sebab. Tapi gue punya alasannya.
Dan gue ngelakuin itu karna gue gak mau kehilangan lo.
Gue gak mau lo dimiliki sama orang lain selain gue.
Gue gak mau Fran.. Gue terlalu sayang sama lo.
Gue terlalu cinta elo.." suara Bisma terdengar lirih dan pelan. Kedua bola matanya menatap Franda lirih. Bulir bening air mata pun hampir saja keluar membasahi pelupuk matanya.
Ucapan Bisma benar-benar dari hati. Franda pun seolah tersihir akan kalimatnya.
"Gue tau gue egois.
Gue tau gue mungkin sangat buruk dimata lo.
Gue gak jauh lebih baik dari Morgan.
Tapi gue tulus sayang sama lo Fran.
Gue gak mau lo jauh dari gue.
Gue gak mau lo berpaling dari gue.
Gue gak mau loo..."
"Cukup Biss, cukuup...
Gue udah gak percaya lagi sama lo.
Gue yakin lo bicara kayak gini cuma buat bohongin gue lagi.
Gue udah cukup tau siapa lo.
Pacar lo diluar banyak. Jadi gue gak bisa percaya sama semua kalimat BOHONG lo itu, GAK BISA!!" tegas Franda menekan kata-katanya. Ia kemudian berbalik dan hendak melangkah meninggalkan Bisma. Namun dengan segera Bisma menarik tangan Franda dan mendekapnya agar masuk kedalam pelukannya.
"Gue gak pernah bohong Nda.
Asal lo tau aja. Gue gak pernah sekali pun punya pacar.
Gue cuma punya satu istri dan itu elo.
Gak ada yang lain, dan cuma elo.
Gue harap lo bisa percaya.
Lo pasti bisa rasain semuanya.
Gue gak pernah bohongin lo Nda. Gue berani sumpaah.." lirih Bisma semakin erat mendekap tubuh Franda.
Franda menangis terisak didalam pelukan Bisma. Kedua tangannya mencoba mendorong tubuh Bisma agar melepaskan pelukannya. Namun semuanya sia-sia karna tenaga Bisma jauh lebih besar darinya.
"Please percaya..
Gue gak pernah bohong Nda.
Cinta gue tulus banget buat lo.
Gue gak mau lo dimilikin sama siapapun. Lo cuma punya gue, cuma punya Bisma. Bukan Morgan, Ilham atau siapapun. Kamu cuma punya aku aja, cuma milik Bisma Nda, cuma punya Bismaa."
Tubuh Franda serasa melemas mendengar semua ucapan Bisma. Kedua tangannya yang tadi memberontak pun kini diam. Ia menangis dan tetap terisak tanpa mengeluarkan suara.
"Maaf kalau aku terlalu memaksa.
Tapi aku bener-bener cinta sama kamu Nda.
Kalau kamu tetep gak bisa juga tinggalin Morgan.
Silahkan kamu kejar dia. Masuk kedalam lagi dan temuin dia.
Mungkin itu lebih baik.
Aku akan coba ikhlasin kamu.
Silahkan Nda, masuk aja. Aku gak akan marah dan larang kamu. Silahkan.." Perlahan Bisma melepaskan pelukannya. Menjauhakn badannya dari Franda dan menyuruh Franda agar menemui Morgan lagi didalam.
Franda menggeleng. Air matanya kembali keluar. Ia tidak menyangka kalau Bisma akan berbicara seperti itu padanya.
"Ayo kedalam aja.
Aku janji gak akan marah.
Itu hak kamu.
Asal kamu bahagia, aku pasti akan ikut bahagia.
Silahkan Nda, silahkan.." Bisma membalikkan tubuhnya dan hendak melangkah membuka pintu mobilnya. Kedua matanya ia pejamkan begitu berat. Setetes bulir bening sampai keluar dari sudut matanya.
"Aku gak mau Morgan Biss.
Aku gak mau dia. Aku maunya cuma kamu, cuma kamu Bismaa.. Hiks.. Maafin aku.. Hiks, Aku minta maaf Biss. Hiks.." Franda langsung berlari dan menubruk tubuh Bisma. Memeluk tubuhnya dengan erat dari belakang.
Bibir Bisma terukir senyum. Air mata dan senyumannya bercampur menjadi satu. Dekapan erat kedua tangan Franda yang melingkar diperutnya ia sentuh dan rasakan begitu hangat.
"Aku maunya cuma kamu.
Aku cuma cinta sama kamu..
Maafin aku kalau aku terlalu kaya anak kecil..
Aku cuma cemburu sama kamu Bis..
Kamu suka mesra-mesraan sama cewek lain dan menunjukkannya didepan aku.
Hati aku sakit Biss..
Makanya aku gunain Morgan buat mancing kemarahan kamu. Biar kamu juga bisa rasain apa yang aku rasain.
Aku gak mau kehilangan kamu. Aku gak mau Bisma.. Hiks." Franda terisak lirih sambil terus memeluk tubuh Bisma dari belakang. Menyenderkan kepalanya dipunggung Bisma dengan kedua tangan yang ia lingkarkan diperut Bisma.
Bisma mencoba melepaskan pelukan erat Franda perlahan. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Franda dengan lekat. Kedua tangannya ia letakkan dipipi putih Franda. Mengusapnya lembut agar air mata Franda tidak keluar terus menerus.
"Kita mulai semuanya dari awal lagi yah?
Kita susun semua pecahan-pecahan cinta kita agar bisa rapi dan tetap menyatu lagi.
Aku janji gak akan egois lagi.
Aku janji akan berusaha ngertiin kamu.
Aku janji akan jadi suami yang baik buat kamu.
Aku janji Nda. Aku akan berusaha.
Asal kamu juga mau berjanji yang sama."
"T..tapi gimana sama perjanjian kita?"
"Itu bisa kita urus belakangan.
Yang penting sekarang aku udah tau dan udah yakin kalau kamu cuma milik aku.
Franda cuma punya Bisma. Cuma milik Bisma."
Sebuah senyum terukir dari bibir tipis Franda. Kata-kata yang Bisma ucapkan sangat membuat hatinya nyaman. "Aku sayang kamu.." ujarnya diiringi senyum malu-malu.
"Aku juga sayang kamu. Sayang banget malah.." balas Bisma ikut tersenyum.
Keduanya sama-sama tersenyum. Saling memandang dan menatap penuh arti.
Pelukan yang begitu erat dan hangat pun mereka rasakan.
Dekapan yang sangat berbeda dan baru kali ini bisa dirasakan akibat kejujuran dari keduanya.
Kejujuran tentang rasa dan hati.
Keduanya kini bahagia. Sama-sama bahagia karna hal tersebut.
***
"Ko belum tidur? Dari tadi gelisah terus. Kenapa sih hem?" Bisma membuka kelopak matanya. Ia sedikit merubah posisinya menjadi berhadapan dengan Franda. Tangannya pun mulai menyentuh puncak kepala Franda yang berbaring disampingnya.
"Aku kayak yang kefikiran sesuatu.." ujar Franda gelisah.
"Mikirin apa sih emang?
Bukannya kita udah damai ya?
Kalo soal perjanjian itu, nanti bakalan aku batalin ko. Gampang itu sih.." Bisma berujar dengan entengnya. Kepala Franda ia tarik lalu dikecupnya penuh kasih.
"Bukan itu Bis, tapi aku tuh kaya ada yang kelupaan. Cuma gak tau apa. Tapi ini penting. Tadi pagi aku udah ingat, cuma kenapa sekarang jadi lupa." jelas Franda tampak kebingungan sendiri.
Bisma merubah posisinya menjadi duduk bersender pada tempat tidurnya. Sementara kepala Franda diletakkan diatas pangkuannya. Posisinya benar-benar sangat romantis, mungkin ini baru yang dinamakan sepasang suami istri. Tanpa keributan dan saling meledek. Yang dilakukan hanya bermesraan penuh kasih dan sayang.
"Apa yah? Kaya ada yang special gitu. Cuma aku lupa.."
"Heem. Kalau lupa yaudah sih Nda. Besok-besok lagi aja diingat-ingatnya.
Sekarang kan udah malam. Udah hampir jam sebelas nih. Masa masih belum mau tidur juga hem? Muach.." Bisma mengecup pipi Franda sekilas. Ia menghirup aroma farfum dileher Franda yang dapat tercium olehnya. Aroma yang begitu wangi dan sangat Bisma suka.
"Tunggu deh.
Aku lihat BB aku dulu ya.." Franda beranjak dari tempat tidurnya. Ia mengambil BB hitamnya yang tadi ia letakkan diatas meja kecil disamping lemari pakaian.
Bisma hanya mengangguk kecil mengiyakan. Ia menatap dengan serius apa yang dilakukan oleh istrinya dengan BB hitam yang digenggamnya.
"Aaaaaaa Bismaaaaaa!!!" tiba-tiba saja Franda berteriak saat mengotak-atik BB miliknya.
"Kamu kenapa sih? Ko pake acara teriak-teriak segala?" Bisma buru-buru beranjak dari tempat tidurnya menghampiri Franda.
"Ini Biss.. Pengingatnyaa.. Untung masih nyala. Kalo enggak bisa kelupaan lagi.." Franda menunjukkan layar BBnya pada Bisma.
"Elfaris satu tahun. Astaga!! Ko aku juga bisa lupa sih?" mata Bisma terbelalak kaget saat melihat tulisan pengingat hari ulang tahun jagoan kecilnya yang Franda tunjukkan dari BBnya.
"Aku sebenernya udah inget dari tadi. Cuma pas ketemu kamu aja jadi lupa.
Kamu sihh.."
"Lohh ko malah nyalahin aku sih?
Kan kamu sendiri yang dari pagi susah dihubungin.
Ditelfon gak diangkat, BBM juga gak dibales. Mana malah jalan sama cowoknya lagi. Jadi siapa coba yang harus disalahin?" goda Bisma dengan candaan khasnya.
"Gak usah nyindir deeh..
Katanya mau damaai.. Kalau pake nyindir-nyindiran entar aku kibarin bendera perang lagi nihh.." emosi Franda sudah mulai mau naik lagi.
"Ahaha becanda sayaang.. Becanda.
Jangan dibawa serius gitu dong, mungkin kita lupa karna terlalu asik dari tadi berduaan terus. Makanya jadi lupa sama jagoan kecil kita. Jadi gak ada yang perlu disalahin, hem?" Bisma menyentuh puncak kepala Franda dan mengacaknya sekilas. Satu kecupan lalu ia daratkan dengan cepatnya.
"Iya aku juga becanda ko.
Lagian aku udah gak mau emosi-emosi dan perang lagi sama kamu. Kan kita udah damai.." ujar Franda tersenyum lebar seraya mengacungkan jari kelingkingnya.
Bisma terkekeh. Ia kembali mengacak poni hitam Franda lalu kening Franda dikecupnya lagi seperti tadi.
"Hmm yaudah kita tidur lagi aja yuk? Udah malem sayang.. Aku juga ngantuk nih.. Yuk?" ajak Bisma menarik lengan Franda.
"Ko tidur sihh?" Franda menghempaskan tangan Bisma.
"Ya trus mau ngapain dong? Kan ini udah tengah malam.." tanya Bisma menatap Franda dengan polosnya.
"Ya ampun Bis.. Ya kita ke Bandung lah..
Kan besok ulang tahun anak kita. Masa kita mau tidur. Isshh apaan banget deh!"
"Tapi kan ini udah malam Nda, udah jam sebelas lewat. Masa kita kesana malam-malam, kapan sampainya coba?"
"Ya biarin! Kan yang penting sampai.
Ayo cepetan gak boleh banyak alasan. Nanti kalo ditunda sampe besok yang ada kita malah lupa lagi.
Ayo?" Franda menarik paksa tangan Bisma keluar kamar.
"Hufh.. Iya yaudah. Tapi kiss dulu dong sayang. Biar nyetirnya semangat.." Bisma tersenyum jahil seraya menunjuk bibirnya.
"Muah!
Udah. Ayo?"
"Yaah ko gitu nyiumnya? Gak ada sarinya. Cuma muah doang?"
"Mmuach!
Gak usah manja deh Bis, kamu gak mau aku kasih kepalan tangan kan?" ancam Franda telihat geram. Ia mencium bibir Bisma lagi dan sedikit berdurasi walau hanya tiga detik.
"Hehe makasih sayang.
Iya gak bakal protes lagi deh..
Tapi kamu jangan lupa pake jaket. Biar gak dingin.."
"Iya. Kamu juga pake."
"Aku gak perlu. Kalo aku dingin kan tinggal peluk kamu."
"Issh Bismaaaa.. Udah deh gak usah ngegombal!"
"Haha digombalin ko marah? Harusnya seneng dong sayang.. Muach!" Bisma mengecup pipi Franda diselingi tawa khasnya.
"Jadi berangkat gak nihh?" geram Franda melihat sikap Bisma yang bertele-tele terus.
"Iya-iya kita berangkat.
Ayo sayangku? Sini aku rangkul, biar kelihatan mesra."
"Hufhh.. Bisma tuh terkadang kalo dikasih hati suka minta jantung.
Lama-lama aku kasih bakwan juga kamu Bis.." Franda membuang nafasnya berat. Rasanya ia harus ekstra bersabar akan sikap Bisma yang terkadang berlebihan dan juga mengesalkan.
Dirinya pun kemudian Bisma rangkul seraya berjalan keluar menuju Alphard putih Bisma. Untuk segera berangkat ke Bandung meski keadaan sudah sangat sunyi ditelan kegelapan malam.
**
Ruangan tengah berbentuk persegi panjang ini bagaikan sudah disulap menjadi indah.
Dipenuhi hiasan beraneka warna. Balon-balon yang sudah ditiup dan dipasang rapi disetiap sudut ruangan. Serta hiasan pita beraneka warna yang mengait dari sudut satu kesudut lain.
Terpampang pula sebuah tulisan yang begitu besar bertuliskan:
~HAPPY BIRTHDAY~
"ELFARIS KARISMA STEFFANUS"
Cucu pertama dan satu-satunya dari keluarga Steffanus beserta Karisma ini menjadi kemeriahan disaat usianya tepat menginjak satu tahun pada hari ini.
Bocah tampan itu rupanya sudah berada ditengah-tengah antara ayah dan bundanya. Kedua oma serta kedua opanya juga.
Acara yang sangat meriah namun hanya dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak saja. Tidak ada orang lain kecuali kerabat dekat dan saudara yang memang mengetahui tentang keberadaan Elfaris sang cucu kesayangan.
"Ihhh anaknya ayah lucu banget. Gemessin kamu sayang. Muah-muah-mmuuuacch!!" Bisma mencium gemas wajah malaikat kecilnya yang tengah ia gendong.
Elfaris sama sekali tidak memberontak. Ia malah bertepuk tangan senang melihat pemandangan disekitar ruangan yang dipenuhi balon serta hiasan pita berwarna-warni.
"Heroesnya bunda udah ciap belum nih?
Uhh sini sama bunda sayang.. Sebentar lagi acaranya mau dimulai.." tiba-tiba Franda mengambil alih Elfaris pada gendongannya. Bisma pun hanya diam dan membiarkan Elfaris digendong sang bunda.
"Sini-sini. Biar tiup lilinnya nanti sama oma aja. Gak usah sama ayah atau bunda juga gak papa. Kan oma lebih baik dari pada mereka.." ujar tante Casma dengan sindiran khasnya seraya merebut Elfaris dari gendongan Franda.
"K..ko sama mamah si mah?
Ya mending sama bundanya lah, sama ayahnya juga. Masa sama omanya? Gak ada dari kamusnya juga." protes Bisma tidak terima.
"Ya di ada-adain aja. Lagian mamah rasa Ais lebih mau sama mamah, sama omanya iya kan sayang? Hem?" kekeuh tante Casma memandang wajah Elfaris.
"Buuuunn... Hiks buuunn.." namun tiba-tiba saja Elfaris justru malah terisak. Ia meronta minta diturunkan dari gendongan sang oma dan menunjuk Franda bundanya.
Bisma terkekeh. Ekspresi wajah tante Casma sangat lucu saat Elfaris menangis dan memberontak minta diturunkan.
"Haha udah dikasih tau ngeyel sih.. Jadinya gini deh. Udah tau Ais tuh baru ketemu ayah bundanya lagi. Jadi pasti milih sama bundanya lah mah.. Masa sama omanya.." ujar Bisma tertawa renyah. Franda sampai ikut terkekeh mendegar Bisma berbicara seperti itu.
"Iya-iya. Yaudah Ais sama bunda.
Tapi jangan nangis lagi yaah.. Muach." tante Casma memberikan Elfaris pada Franda agar digendongnya.
Elfaris sendiri langsung memeluk erat tubuh Franda. Wajahnya ia tenggelamkan didada bundanya itu.
Ia benar-benar merindukan pelukan hangat dari sang bunda yang jarang sekali bisa dirasakannya.
"Mmuach. Anaknya bundaa..
Pinter banget cih kamu sayang?
Kangen sama bunda yah? Bundanya semalam baru sampai aja sampe gak mau jauh.. Uhh anaknya bunda manja ternyata, muach-muuach.." Franda mengecup pipi Elfaris beberapa kali. Puncak kepala jagoan kecilnya itu ia usap lembut penuh kasih sayang.
"Lucu yah? Jadi nyesel suka tinggalin dia di Bandung terus.
Jarang bisa ditemui. Sekalinya ketemu ya gini, pasti nempel terus. Kalo biasanya sih sama aku gak mau lepas. Tapi sekarang mungkin lagi mau sama kamu Nda. Makanya gak mau lepas dari gendongan kamu." Bisma ikute mengelus puncak kepala Elfaris dan mengecupinya kagum.
"Kayaknya bakalan gak mau turun deh..
Tangannya sampe peluk aku erat banget.
Aku jadi gak tega lihat dia kayak gini Bis.."
"Namanya juga ikatan batin ibu sama anaknya Nda.
Apalagi kan Ais minum Asi kamu cukup lama. Jadi ikatannya semakin bertambah kuat.."
"He'em.. Mungkin.
Yaudah kita kesana yuk? Papah udah manggil tuh. Acaranya mau dimulai."
"Iya sayang. Yuk?" Bisma merangkul pundak Franda menghampiri om Harison, om Stev, tante Femmy juga tante Casma disana.
Keduanya berjalan beriringan seraya sesekali mengelusi puncak kepala Elfaris yang tidak mau lepas dari gendongan bundanya.
**
"Heemm.. Kayaknya Ais kecapean banget. Tidurnya sampai lelap gitu Bis.."
"Iya Nda, sampe gak bergerak dari tadi. Pules banget dia.."
"Pasti gara-gara acara tadi siang. Hufhh.. Gak nyangka usia Ais udah satu tahun.. Ternyata waktu itu cepat banget berlalunya.
"Iya. Aku juga gak nyangka.
Tapi yang lebih bikin aku gak nyangka, ternyata Elfaris udah bisa jalan. Padahal usianya baru satu tahun loh sayang.." Bisma menatap wajah Franda yang asik mengelusi kening jagoan kecilnya.
"Iya. Aku juga gak nyangka. Tapi mamah bilang, aku waktu bisa jalan juga usia satu tahun. Jadi gak terlalu aneh sih.."
"He'em.. Tapi tadi tingkah anak kita tuh lucu banget Nda. Ada aja yang bikin ketawanya." Bisma menarik kepala Franda agar bersender pada dada bidangnya.
"Yang paling lucu waktu dia tiup lilin. Menurut aku itu lucu banget, api diatas lilinya gak dia tiup, tapi malah dia kibas-kibasin pake tangan. Sekalinya padam, dia langsung tepuk tangan. Ahaha itu beneran lucu tau. Anak kamu tuh tingkahnya ada-ada aja yah? Percis kaya ayahnya.." Franda terkekeh mengingat kejadian lucu siang tadi.
"Tapi yang lebih lucu pas adegan potong kue sayang.
Kuenya yang udah dipotong sedikit gak dia ambil. Tapi dia malah cemutin pake tangannya. Nah pas sama mamah suruh kasih potongan pertama buat siapa. Dia kaya yang bingung. Awalnya aku udah yakin pasti bakalan dikasih kekamu, tapi enggak. Dia ngarahin kemulut aku, lalu ke oma opanya. Ke kamu lagi, ke aku dan disaat kita mau makan kue yang disodorin sama dia kedepan mulut kita. Dia malah masukkin potongan kuenya kemulut dia sendiri. Alhasil kening kita berbenturan deh. Bibir juga. Ahaha pokoknya itu beneran lucccuu.. Saaaangat lucu.." Bisma tertawa terpingkal mengingat adegan yang membuatnya tersenyum sendiri akan sikap jagoan kecilnya.
Franda tersenyum. Rasanya kebahagiaan ia saat ini terasa lengkap. Semuanya kini tidak dipenuhi dengan emosi lagi. Melainkan menjadi penuh canda dan tawa.
"Nda.."
"Hmm.."
"Sayang.."
"Iss.. Iya. Apa sih?" Franda membalikkan tubuhnya menatap Bisma.
"I Love You.." ujar Bisma setengah berbisik.
Franda tidak menjawab. Ia malah membalikkan kepalanya lagi menghadap kedepan.
"Ciyeee sombong yah gak mau jawab.. Aaku hajjar kamu Nda.." Bisma langsung memeluk tubuh Franda dari belakang dan menggelitiki perut Franda.
"Ahaha hahaha haha.. Ampun Bis ampuun.. ahaha."
"Tiada ampun bagimu.. Rasakan ini.."
"Aaaaa!! Bisma udah Bis.. Ahaha udaaaahh Bismaa geli isshh ahaha!!"
"Haha biarin, biar tau rasa.."
"Haha udah issh.. Geli sumpah.. Haha Bismaaaa!!"
Bersambung...
Keduanya tampak sangat bahagia dan sesekali bercanda tawa saat tengah menyantap menu makanan yang mereka pesan.
"Uhh, kamu makannya kaya anak kecil yah..
Sini, biar aku bersihin.." lelaki muda berwajah tampan ini mengulurkan tangannya. Menyentuh lembut sudut bibir kekasih tercintanya yang tak lain adalah Franda.
"Engh~ g..gak papa ko Gan.
A..aku bisa bersihin sendiri.." terdengar suara Franda yang mencoba menolak sentuhan lembut sang kekasih pada sudut bibirnya.
Namun Morgan kekasihnya itu tidak menghiraukan. Ia tetap berusaha membersihkan sedikit makanan yang masih menempel disudut bibir Franda.
Ia begitu tenang. Mengusapkan ibu jarinya dengan lembut pada bibir tipis Franda. Kedua matanya pun tampak menatap penuh arti saat bertemu satu titik dengan dua bola mata sipit Franda.
Hening...
Tubuh Franda mendadak menjadi kaku. Tatapan lelaki dihadapannya ini begitu teduh. Menyejukkan dan menenangkan.
Sorotan matanya yang indah dan penuh arti ketulusan. Bibirnya sampai menyungging senyum saat melihat Morgan melemparkan senyum padanya.
Morgan menurunkan lengannya. Ia menaruh jemari lembutnya itu diatas lengan Franda.
Perlahan menggenggamnya dengan kedua mata yang menatap Franda tanpa kedip.
"Matanya indah. Apalagi bibirnya, merah cherry dan sangat menggoda.
Sebenarnya dia manusia atau malaikat?
Wajahnya begitu sempurna.." Morgan membatin kagum.
"Duuhh, k..ko Morgan lihatin guenya kaya gitu banget sih? J..jangan-jangan diaa..." Franda membatin gelisah. Kalimatnya sampai terhenti saat kepala Morgan mulai memiring dan wajahnya semakin mendekati wajahnya. Deru nafas Morgan bahkan dapat Franda rasakan begitu dekat.
"Aku cinta kamu. Aku sangat-sangat cinta kamu.." Morgan berbisik pelan.
"Hah?" Franda menoleh kaget mendengar ucapan Morgan yang berbisik ditelinganya.
Morgan hanya tersenyum. Ia menyentuh tengkuk Franda dan menariknya pelan.
"Cuuuuuuupp."
Tiba-tiba saja Morgan dengan sengaja mengecup bibir tipis Franda. Ia memberikan sentuhan yang begitu lembut pada bibir Franda. Dirinya sampai tidak memikirkan dimana mereka kini tengah berada. Untung saja keadaan resto tidak terlalu padat dikunjungi oleh pengunjung.
Franda sendiri sampai cengo. Ia tidak menyangka kalau Morgan bisa melakukan hal senekat ini padanya.
1 detik..
2 detik..
3 detik...
Dan..
"BRUUGGHH!!!"
Tiba-tiba saja satu kepalan tangan melayang tepat pada bagian wajah Morgan. Kepalan tangan yang dilayangkan dengan sengaja dan penuh tenaga.
"BRUKKH!!" tubuh Morgan terhempas dan tersungkur jatuh kelantai. Kursi yang didudukinya sampai ikut jatuh didekatnya.
"BRUGGH!!"
Satu pukulan lagi kembali Morgan dapatkan. Mulutnya belum mengeluarkan sepatah kata pun, namun kepalan tangan itu sudah mendarat lagi diatas wajah tampannya.
"A..apa apaan sih ini?
K..kenapa elo.."
"BRUGGH!!"
"Cukup! G..gue gak kenal sama elo. T..tapi kenapa eloo.."
"BRUGGH!!"
"Gue.. Gue gak kenal sama lo.
G..gue salah apa?
G..guee.."
"BRUGGH!!"
Lelaki bertubuh cungkring ini terus-menerus mendaratkan bogem mentahnya diatas wajah Morgan tanpa ampun. Setiap kali Morgan berucap, maka detik itu pula wajahnya ia hantam dengan kepalan tangannya.
"B..bis.. Bisma?
I..itu Bisma kan?
B..biss.. Bisma cukup Bis.. Cukuupp!!" Franda memekik kaget saat menyadari kalau ternyata Bisma suaminya tengah memukuli Morgan sang kekasih didepan kedua matanya sendiri. Ia buru-buru bergegas dan berteriak agar Bisma menghentikan aksi gilanya.
"BRUGH-BRUGGH!!"
"BISMA CUKUUUP!!" teriak Franda sekali lagi. Ia sungguh tidak tega melihat wajah Morgan yang sudah babak belur akibat Bisma pukuli.
"Bis cukup Bis, udaah.." pintanya terdengar lirih.
Bisma menghentikan aksinya. Ia menoleh kearah Franda. Memandang penuh emosi perempuan yang menjadi istrinya itu. Dadanya sampai naik turun dengan tempo cepat. Nafasnya tidak beraturan akibat amarahnya yang mem bludak.
"Gue tegasin sama lo!
JANGAN pernah lo berani deketin istri gue lagi. Atau macam-macam sama dia.
Kalo lo sampe berani, BUKAN cuma wajah lo yang gue bikin bonyok.
Tapi tubuh lo BAKALAN gue bikin CACAT. Ngerti!!" tegas Bisma menekan kata-katanya menunjuk wajah Morgan yang dipenuhi memar.
"Ikut gue!" tiba-tiba saja Bisma langsung menarik pergelangan tangan Franda.
"B..biss.. B..bisma. Leppas!" Franda mencoba melepaskan genggaman tangan Bisma yang menarik paksa pergelangan tangannya keluar dari dalam resto.
Namun Bisma tidak menghiraukan. Ia tetap menarik tangan Franda dengan sedikit kasar karna masih diliputi emosi.
"Bisma gue bilang leppas!!
Lo tuli yah? Lo budek IYA!!" bentak Franda mulai emosi. Air matanya sampai keluar karna genggaman tangan Bisma cukup kencang menarik pergelangan tangannya.
Bisma tetap tidak bersuara. Ia terus menarik Franda keluar menghampiri mobil Alphard putihnya diluar. Kedua bola matanya memerah penuh amarah. Sepertinya kali ini Bisma benar-benar sangat marah akibat adegan Franda dan Morgan didalam tadi yang dilihatnya.
"Biss.. leppass!!
Mau lo tuh apa sih?
Kenapa lo selalu bersikap seenaknya?
Lo egois! Lo tuh cuma pengen menang sendiri tau gak!
Lo gak mikirin gimana perasaan gue.
Lo selalu seenaknya!
Lo bahkan pukulin Morgan sampe dia babak belur kayak gitu!
Lo tuh egois Bis! EGOISS!!!"
Langkah Bisma langsung terhenti. Tangan Franda refleks dilepaskannya. Ia membalikkan badannya. Menatap masih dengan tatapan tajam memandang Franda.
"Hiks.. Lo egois Biss.. Lo egoiss..
Lo bisa jalan sama cewek lain, dan gue gak pernah sampe pukulin lo atau berlaku semena-mena sama lo.
Tapi gue?
Gue cuma jalan dan dinner sama Morgan aja lo malah pukulin dia. Lo pukulin wajah Morgan didepan gue.
Lo gak pernah mikirin gimana perasaan gue! Sakit Bisss SAKIIT!!
Lo tuh bener-bener egois!
Lo gak pernah bisa berlaku adil sama gue!
Lo egois Bisma, LO EGOISS!!" cecar Franda berteriak penuh emosi.
Tangan kanan Bisma hampir saja ia layangkan dan mendarat dipipi Franda. Namun untung amarah Bisma masih dapat ditahannya.
"Kenapa? Kenapa lo gak tampar gue?
Lo belum puas kan sakitin gue?
Ayo tampar Bis!
Pukul! Kalo perlu BUNUH gue! Biar lo bisa puas! Biar lo bisa seneng.
Ayo pukul! Pukuul... Hiks.." Franda terisak lirih. Tangan kanan Bisma sampai tiguncangnya agar mau menampar pipinya. Ia menangis sejadi-jadinya dengan semua perasaan sakit dihati dan emosi akibat semua sikap egois Bisma.
"Lo tuh emang gak pernah bisa lihat gue bahagia.
Gue tau lo pasti cuma pingin gue menderita.
Lo seneng kan Bis kalau gue menderita?
Lo SENENG kan BISMA?" bentak Franda masih saja emosi.
Bisma diam. Kepalanya menggeleng lemah mengelak semua perkataan serta tuduhan yang Franda lontarkan padanya. Hatinya terasa sakit melihat Franda berbicara seperti itu padanya. Air matanya sampai hendak keluar karna semua rasa cinta serta sayangnya tidak pernah bisa Franda mengerti.
"Gue tuh ngelakuin semua ini karna gue terlalu sayang sama lo Fran.
Gue gak mau lo dimiliki oleh siapapun.
Lo cuma milik gue, istri gue, dan punya gue.
Gak ada yang boleh ngerasain kecupan-kecupan dari lo selain gue.
Bahkan termasuk Morgan.
Gue gak akan biarin itu Fran, karna itu cuma buat gue.
Gue cemburu Franda. Hati gue sakit lihat istri gue sendiri dicium sama cowok lain. Sakit Fran, sakiit..
Rasanya tuh kaya dihujam ribuan jarum tajam.
Gue mukulin Morgan bukan tanpa sebab. Tapi gue punya alasannya.
Dan gue ngelakuin itu karna gue gak mau kehilangan lo.
Gue gak mau lo dimiliki sama orang lain selain gue.
Gue gak mau Fran.. Gue terlalu sayang sama lo.
Gue terlalu cinta elo.." suara Bisma terdengar lirih dan pelan. Kedua bola matanya menatap Franda lirih. Bulir bening air mata pun hampir saja keluar membasahi pelupuk matanya.
Ucapan Bisma benar-benar dari hati. Franda pun seolah tersihir akan kalimatnya.
"Gue tau gue egois.
Gue tau gue mungkin sangat buruk dimata lo.
Gue gak jauh lebih baik dari Morgan.
Tapi gue tulus sayang sama lo Fran.
Gue gak mau lo jauh dari gue.
Gue gak mau lo berpaling dari gue.
Gue gak mau loo..."
"Cukup Biss, cukuup...
Gue udah gak percaya lagi sama lo.
Gue yakin lo bicara kayak gini cuma buat bohongin gue lagi.
Gue udah cukup tau siapa lo.
Pacar lo diluar banyak. Jadi gue gak bisa percaya sama semua kalimat BOHONG lo itu, GAK BISA!!" tegas Franda menekan kata-katanya. Ia kemudian berbalik dan hendak melangkah meninggalkan Bisma. Namun dengan segera Bisma menarik tangan Franda dan mendekapnya agar masuk kedalam pelukannya.
"Gue gak pernah bohong Nda.
Asal lo tau aja. Gue gak pernah sekali pun punya pacar.
Gue cuma punya satu istri dan itu elo.
Gak ada yang lain, dan cuma elo.
Gue harap lo bisa percaya.
Lo pasti bisa rasain semuanya.
Gue gak pernah bohongin lo Nda. Gue berani sumpaah.." lirih Bisma semakin erat mendekap tubuh Franda.
Franda menangis terisak didalam pelukan Bisma. Kedua tangannya mencoba mendorong tubuh Bisma agar melepaskan pelukannya. Namun semuanya sia-sia karna tenaga Bisma jauh lebih besar darinya.
"Please percaya..
Gue gak pernah bohong Nda.
Cinta gue tulus banget buat lo.
Gue gak mau lo dimilikin sama siapapun. Lo cuma punya gue, cuma punya Bisma. Bukan Morgan, Ilham atau siapapun. Kamu cuma punya aku aja, cuma milik Bisma Nda, cuma punya Bismaa."
Tubuh Franda serasa melemas mendengar semua ucapan Bisma. Kedua tangannya yang tadi memberontak pun kini diam. Ia menangis dan tetap terisak tanpa mengeluarkan suara.
"Maaf kalau aku terlalu memaksa.
Tapi aku bener-bener cinta sama kamu Nda.
Kalau kamu tetep gak bisa juga tinggalin Morgan.
Silahkan kamu kejar dia. Masuk kedalam lagi dan temuin dia.
Mungkin itu lebih baik.
Aku akan coba ikhlasin kamu.
Silahkan Nda, masuk aja. Aku gak akan marah dan larang kamu. Silahkan.." Perlahan Bisma melepaskan pelukannya. Menjauhakn badannya dari Franda dan menyuruh Franda agar menemui Morgan lagi didalam.
Franda menggeleng. Air matanya kembali keluar. Ia tidak menyangka kalau Bisma akan berbicara seperti itu padanya.
"Ayo kedalam aja.
Aku janji gak akan marah.
Itu hak kamu.
Asal kamu bahagia, aku pasti akan ikut bahagia.
Silahkan Nda, silahkan.." Bisma membalikkan tubuhnya dan hendak melangkah membuka pintu mobilnya. Kedua matanya ia pejamkan begitu berat. Setetes bulir bening sampai keluar dari sudut matanya.
"Aku gak mau Morgan Biss.
Aku gak mau dia. Aku maunya cuma kamu, cuma kamu Bismaa.. Hiks.. Maafin aku.. Hiks, Aku minta maaf Biss. Hiks.." Franda langsung berlari dan menubruk tubuh Bisma. Memeluk tubuhnya dengan erat dari belakang.
Bibir Bisma terukir senyum. Air mata dan senyumannya bercampur menjadi satu. Dekapan erat kedua tangan Franda yang melingkar diperutnya ia sentuh dan rasakan begitu hangat.
"Aku maunya cuma kamu.
Aku cuma cinta sama kamu..
Maafin aku kalau aku terlalu kaya anak kecil..
Aku cuma cemburu sama kamu Bis..
Kamu suka mesra-mesraan sama cewek lain dan menunjukkannya didepan aku.
Hati aku sakit Biss..
Makanya aku gunain Morgan buat mancing kemarahan kamu. Biar kamu juga bisa rasain apa yang aku rasain.
Aku gak mau kehilangan kamu. Aku gak mau Bisma.. Hiks." Franda terisak lirih sambil terus memeluk tubuh Bisma dari belakang. Menyenderkan kepalanya dipunggung Bisma dengan kedua tangan yang ia lingkarkan diperut Bisma.
Bisma mencoba melepaskan pelukan erat Franda perlahan. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Franda dengan lekat. Kedua tangannya ia letakkan dipipi putih Franda. Mengusapnya lembut agar air mata Franda tidak keluar terus menerus.
"Kita mulai semuanya dari awal lagi yah?
Kita susun semua pecahan-pecahan cinta kita agar bisa rapi dan tetap menyatu lagi.
Aku janji gak akan egois lagi.
Aku janji akan berusaha ngertiin kamu.
Aku janji akan jadi suami yang baik buat kamu.
Aku janji Nda. Aku akan berusaha.
Asal kamu juga mau berjanji yang sama."
"T..tapi gimana sama perjanjian kita?"
"Itu bisa kita urus belakangan.
Yang penting sekarang aku udah tau dan udah yakin kalau kamu cuma milik aku.
Franda cuma punya Bisma. Cuma milik Bisma."
Sebuah senyum terukir dari bibir tipis Franda. Kata-kata yang Bisma ucapkan sangat membuat hatinya nyaman. "Aku sayang kamu.." ujarnya diiringi senyum malu-malu.
"Aku juga sayang kamu. Sayang banget malah.." balas Bisma ikut tersenyum.
Keduanya sama-sama tersenyum. Saling memandang dan menatap penuh arti.
Pelukan yang begitu erat dan hangat pun mereka rasakan.
Dekapan yang sangat berbeda dan baru kali ini bisa dirasakan akibat kejujuran dari keduanya.
Kejujuran tentang rasa dan hati.
Keduanya kini bahagia. Sama-sama bahagia karna hal tersebut.
***
"Ko belum tidur? Dari tadi gelisah terus. Kenapa sih hem?" Bisma membuka kelopak matanya. Ia sedikit merubah posisinya menjadi berhadapan dengan Franda. Tangannya pun mulai menyentuh puncak kepala Franda yang berbaring disampingnya.
"Aku kayak yang kefikiran sesuatu.." ujar Franda gelisah.
"Mikirin apa sih emang?
Bukannya kita udah damai ya?
Kalo soal perjanjian itu, nanti bakalan aku batalin ko. Gampang itu sih.." Bisma berujar dengan entengnya. Kepala Franda ia tarik lalu dikecupnya penuh kasih.
"Bukan itu Bis, tapi aku tuh kaya ada yang kelupaan. Cuma gak tau apa. Tapi ini penting. Tadi pagi aku udah ingat, cuma kenapa sekarang jadi lupa." jelas Franda tampak kebingungan sendiri.
Bisma merubah posisinya menjadi duduk bersender pada tempat tidurnya. Sementara kepala Franda diletakkan diatas pangkuannya. Posisinya benar-benar sangat romantis, mungkin ini baru yang dinamakan sepasang suami istri. Tanpa keributan dan saling meledek. Yang dilakukan hanya bermesraan penuh kasih dan sayang.
"Apa yah? Kaya ada yang special gitu. Cuma aku lupa.."
"Heem. Kalau lupa yaudah sih Nda. Besok-besok lagi aja diingat-ingatnya.
Sekarang kan udah malam. Udah hampir jam sebelas nih. Masa masih belum mau tidur juga hem? Muach.." Bisma mengecup pipi Franda sekilas. Ia menghirup aroma farfum dileher Franda yang dapat tercium olehnya. Aroma yang begitu wangi dan sangat Bisma suka.
"Tunggu deh.
Aku lihat BB aku dulu ya.." Franda beranjak dari tempat tidurnya. Ia mengambil BB hitamnya yang tadi ia letakkan diatas meja kecil disamping lemari pakaian.
Bisma hanya mengangguk kecil mengiyakan. Ia menatap dengan serius apa yang dilakukan oleh istrinya dengan BB hitam yang digenggamnya.
"Aaaaaaa Bismaaaaaa!!!" tiba-tiba saja Franda berteriak saat mengotak-atik BB miliknya.
"Kamu kenapa sih? Ko pake acara teriak-teriak segala?" Bisma buru-buru beranjak dari tempat tidurnya menghampiri Franda.
"Ini Biss.. Pengingatnyaa.. Untung masih nyala. Kalo enggak bisa kelupaan lagi.." Franda menunjukkan layar BBnya pada Bisma.
"Elfaris satu tahun. Astaga!! Ko aku juga bisa lupa sih?" mata Bisma terbelalak kaget saat melihat tulisan pengingat hari ulang tahun jagoan kecilnya yang Franda tunjukkan dari BBnya.
"Aku sebenernya udah inget dari tadi. Cuma pas ketemu kamu aja jadi lupa.
Kamu sihh.."
"Lohh ko malah nyalahin aku sih?
Kan kamu sendiri yang dari pagi susah dihubungin.
Ditelfon gak diangkat, BBM juga gak dibales. Mana malah jalan sama cowoknya lagi. Jadi siapa coba yang harus disalahin?" goda Bisma dengan candaan khasnya.
"Gak usah nyindir deeh..
Katanya mau damaai.. Kalau pake nyindir-nyindiran entar aku kibarin bendera perang lagi nihh.." emosi Franda sudah mulai mau naik lagi.
"Ahaha becanda sayaang.. Becanda.
Jangan dibawa serius gitu dong, mungkin kita lupa karna terlalu asik dari tadi berduaan terus. Makanya jadi lupa sama jagoan kecil kita. Jadi gak ada yang perlu disalahin, hem?" Bisma menyentuh puncak kepala Franda dan mengacaknya sekilas. Satu kecupan lalu ia daratkan dengan cepatnya.
"Iya aku juga becanda ko.
Lagian aku udah gak mau emosi-emosi dan perang lagi sama kamu. Kan kita udah damai.." ujar Franda tersenyum lebar seraya mengacungkan jari kelingkingnya.
Bisma terkekeh. Ia kembali mengacak poni hitam Franda lalu kening Franda dikecupnya lagi seperti tadi.
"Hmm yaudah kita tidur lagi aja yuk? Udah malem sayang.. Aku juga ngantuk nih.. Yuk?" ajak Bisma menarik lengan Franda.
"Ko tidur sihh?" Franda menghempaskan tangan Bisma.
"Ya trus mau ngapain dong? Kan ini udah tengah malam.." tanya Bisma menatap Franda dengan polosnya.
"Ya ampun Bis.. Ya kita ke Bandung lah..
Kan besok ulang tahun anak kita. Masa kita mau tidur. Isshh apaan banget deh!"
"Tapi kan ini udah malam Nda, udah jam sebelas lewat. Masa kita kesana malam-malam, kapan sampainya coba?"
"Ya biarin! Kan yang penting sampai.
Ayo cepetan gak boleh banyak alasan. Nanti kalo ditunda sampe besok yang ada kita malah lupa lagi.
Ayo?" Franda menarik paksa tangan Bisma keluar kamar.
"Hufh.. Iya yaudah. Tapi kiss dulu dong sayang. Biar nyetirnya semangat.." Bisma tersenyum jahil seraya menunjuk bibirnya.
"Muah!
Udah. Ayo?"
"Yaah ko gitu nyiumnya? Gak ada sarinya. Cuma muah doang?"
"Mmuach!
Gak usah manja deh Bis, kamu gak mau aku kasih kepalan tangan kan?" ancam Franda telihat geram. Ia mencium bibir Bisma lagi dan sedikit berdurasi walau hanya tiga detik.
"Hehe makasih sayang.
Iya gak bakal protes lagi deh..
Tapi kamu jangan lupa pake jaket. Biar gak dingin.."
"Iya. Kamu juga pake."
"Aku gak perlu. Kalo aku dingin kan tinggal peluk kamu."
"Issh Bismaaaa.. Udah deh gak usah ngegombal!"
"Haha digombalin ko marah? Harusnya seneng dong sayang.. Muach!" Bisma mengecup pipi Franda diselingi tawa khasnya.
"Jadi berangkat gak nihh?" geram Franda melihat sikap Bisma yang bertele-tele terus.
"Iya-iya kita berangkat.
Ayo sayangku? Sini aku rangkul, biar kelihatan mesra."
"Hufhh.. Bisma tuh terkadang kalo dikasih hati suka minta jantung.
Lama-lama aku kasih bakwan juga kamu Bis.." Franda membuang nafasnya berat. Rasanya ia harus ekstra bersabar akan sikap Bisma yang terkadang berlebihan dan juga mengesalkan.
Dirinya pun kemudian Bisma rangkul seraya berjalan keluar menuju Alphard putih Bisma. Untuk segera berangkat ke Bandung meski keadaan sudah sangat sunyi ditelan kegelapan malam.
**
Ruangan tengah berbentuk persegi panjang ini bagaikan sudah disulap menjadi indah.
Dipenuhi hiasan beraneka warna. Balon-balon yang sudah ditiup dan dipasang rapi disetiap sudut ruangan. Serta hiasan pita beraneka warna yang mengait dari sudut satu kesudut lain.
Terpampang pula sebuah tulisan yang begitu besar bertuliskan:
~HAPPY BIRTHDAY~
"ELFARIS KARISMA STEFFANUS"
Cucu pertama dan satu-satunya dari keluarga Steffanus beserta Karisma ini menjadi kemeriahan disaat usianya tepat menginjak satu tahun pada hari ini.
Bocah tampan itu rupanya sudah berada ditengah-tengah antara ayah dan bundanya. Kedua oma serta kedua opanya juga.
Acara yang sangat meriah namun hanya dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak saja. Tidak ada orang lain kecuali kerabat dekat dan saudara yang memang mengetahui tentang keberadaan Elfaris sang cucu kesayangan.
"Ihhh anaknya ayah lucu banget. Gemessin kamu sayang. Muah-muah-mmuuuacch!!" Bisma mencium gemas wajah malaikat kecilnya yang tengah ia gendong.
Elfaris sama sekali tidak memberontak. Ia malah bertepuk tangan senang melihat pemandangan disekitar ruangan yang dipenuhi balon serta hiasan pita berwarna-warni.
"Heroesnya bunda udah ciap belum nih?
Uhh sini sama bunda sayang.. Sebentar lagi acaranya mau dimulai.." tiba-tiba Franda mengambil alih Elfaris pada gendongannya. Bisma pun hanya diam dan membiarkan Elfaris digendong sang bunda.
"Sini-sini. Biar tiup lilinnya nanti sama oma aja. Gak usah sama ayah atau bunda juga gak papa. Kan oma lebih baik dari pada mereka.." ujar tante Casma dengan sindiran khasnya seraya merebut Elfaris dari gendongan Franda.
"K..ko sama mamah si mah?
Ya mending sama bundanya lah, sama ayahnya juga. Masa sama omanya? Gak ada dari kamusnya juga." protes Bisma tidak terima.
"Ya di ada-adain aja. Lagian mamah rasa Ais lebih mau sama mamah, sama omanya iya kan sayang? Hem?" kekeuh tante Casma memandang wajah Elfaris.
"Buuuunn... Hiks buuunn.." namun tiba-tiba saja Elfaris justru malah terisak. Ia meronta minta diturunkan dari gendongan sang oma dan menunjuk Franda bundanya.
Bisma terkekeh. Ekspresi wajah tante Casma sangat lucu saat Elfaris menangis dan memberontak minta diturunkan.
"Haha udah dikasih tau ngeyel sih.. Jadinya gini deh. Udah tau Ais tuh baru ketemu ayah bundanya lagi. Jadi pasti milih sama bundanya lah mah.. Masa sama omanya.." ujar Bisma tertawa renyah. Franda sampai ikut terkekeh mendegar Bisma berbicara seperti itu.
"Iya-iya. Yaudah Ais sama bunda.
Tapi jangan nangis lagi yaah.. Muach." tante Casma memberikan Elfaris pada Franda agar digendongnya.
Elfaris sendiri langsung memeluk erat tubuh Franda. Wajahnya ia tenggelamkan didada bundanya itu.
Ia benar-benar merindukan pelukan hangat dari sang bunda yang jarang sekali bisa dirasakannya.
"Mmuach. Anaknya bundaa..
Pinter banget cih kamu sayang?
Kangen sama bunda yah? Bundanya semalam baru sampai aja sampe gak mau jauh.. Uhh anaknya bunda manja ternyata, muach-muuach.." Franda mengecup pipi Elfaris beberapa kali. Puncak kepala jagoan kecilnya itu ia usap lembut penuh kasih sayang.
"Lucu yah? Jadi nyesel suka tinggalin dia di Bandung terus.
Jarang bisa ditemui. Sekalinya ketemu ya gini, pasti nempel terus. Kalo biasanya sih sama aku gak mau lepas. Tapi sekarang mungkin lagi mau sama kamu Nda. Makanya gak mau lepas dari gendongan kamu." Bisma ikute mengelus puncak kepala Elfaris dan mengecupinya kagum.
"Kayaknya bakalan gak mau turun deh..
Tangannya sampe peluk aku erat banget.
Aku jadi gak tega lihat dia kayak gini Bis.."
"Namanya juga ikatan batin ibu sama anaknya Nda.
Apalagi kan Ais minum Asi kamu cukup lama. Jadi ikatannya semakin bertambah kuat.."
"He'em.. Mungkin.
Yaudah kita kesana yuk? Papah udah manggil tuh. Acaranya mau dimulai."
"Iya sayang. Yuk?" Bisma merangkul pundak Franda menghampiri om Harison, om Stev, tante Femmy juga tante Casma disana.
Keduanya berjalan beriringan seraya sesekali mengelusi puncak kepala Elfaris yang tidak mau lepas dari gendongan bundanya.
**
"Heemm.. Kayaknya Ais kecapean banget. Tidurnya sampai lelap gitu Bis.."
"Iya Nda, sampe gak bergerak dari tadi. Pules banget dia.."
"Pasti gara-gara acara tadi siang. Hufhh.. Gak nyangka usia Ais udah satu tahun.. Ternyata waktu itu cepat banget berlalunya.
"Iya. Aku juga gak nyangka.
Tapi yang lebih bikin aku gak nyangka, ternyata Elfaris udah bisa jalan. Padahal usianya baru satu tahun loh sayang.." Bisma menatap wajah Franda yang asik mengelusi kening jagoan kecilnya.
"Iya. Aku juga gak nyangka. Tapi mamah bilang, aku waktu bisa jalan juga usia satu tahun. Jadi gak terlalu aneh sih.."
"He'em.. Tapi tadi tingkah anak kita tuh lucu banget Nda. Ada aja yang bikin ketawanya." Bisma menarik kepala Franda agar bersender pada dada bidangnya.
"Yang paling lucu waktu dia tiup lilin. Menurut aku itu lucu banget, api diatas lilinya gak dia tiup, tapi malah dia kibas-kibasin pake tangan. Sekalinya padam, dia langsung tepuk tangan. Ahaha itu beneran lucu tau. Anak kamu tuh tingkahnya ada-ada aja yah? Percis kaya ayahnya.." Franda terkekeh mengingat kejadian lucu siang tadi.
"Tapi yang lebih lucu pas adegan potong kue sayang.
Kuenya yang udah dipotong sedikit gak dia ambil. Tapi dia malah cemutin pake tangannya. Nah pas sama mamah suruh kasih potongan pertama buat siapa. Dia kaya yang bingung. Awalnya aku udah yakin pasti bakalan dikasih kekamu, tapi enggak. Dia ngarahin kemulut aku, lalu ke oma opanya. Ke kamu lagi, ke aku dan disaat kita mau makan kue yang disodorin sama dia kedepan mulut kita. Dia malah masukkin potongan kuenya kemulut dia sendiri. Alhasil kening kita berbenturan deh. Bibir juga. Ahaha pokoknya itu beneran lucccuu.. Saaaangat lucu.." Bisma tertawa terpingkal mengingat adegan yang membuatnya tersenyum sendiri akan sikap jagoan kecilnya.
Franda tersenyum. Rasanya kebahagiaan ia saat ini terasa lengkap. Semuanya kini tidak dipenuhi dengan emosi lagi. Melainkan menjadi penuh canda dan tawa.
"Nda.."
"Hmm.."
"Sayang.."
"Iss.. Iya. Apa sih?" Franda membalikkan tubuhnya menatap Bisma.
"I Love You.." ujar Bisma setengah berbisik.
Franda tidak menjawab. Ia malah membalikkan kepalanya lagi menghadap kedepan.
"Ciyeee sombong yah gak mau jawab.. Aaku hajjar kamu Nda.." Bisma langsung memeluk tubuh Franda dari belakang dan menggelitiki perut Franda.
"Ahaha hahaha haha.. Ampun Bis ampuun.. ahaha."
"Tiada ampun bagimu.. Rasakan ini.."
"Aaaaa!! Bisma udah Bis.. Ahaha udaaaahh Bismaa geli isshh ahaha!!"
"Haha biarin, biar tau rasa.."
"Haha udah issh.. Geli sumpah.. Haha Bismaaaa!!"
Bersambung...
keren lanjut
BalasHapus