Laman

Rabu, 01 Januari 2014

Diantara Tiga Cinta #Part 26

Pagi hari yang cerah..


Sosok perempuan cantik ini terlihat tengah begitu asik menyiapkan sarapan pagi untuk putra kecil juga kakak tercintanya. Ia mengolesi beberapa helai roti dengan selai cokelat favorit Rafael juga Elfaris.

"katanya tadi Elfaris udah bangun, tapi kenapa belum keluar kamar juga?
Trus Cocoh? Kemana mereka? Kenapa tidak kelihatan dari tadi?"Franda memandang bingung sekeliling ruangan rumahnya. Dua sosok lelaki yang sangat berarti dalam hidupnya memang belum terlihat sejak tadi, padahal biasanya mereka sudah muncul dan duduk bersama dengannya untuk mengikuti sarapan bersama.



"Ting-Tong!!"

Tiba-tiba terdengar suara bel rumah yang ditekan dari luar. Franda menoleh sedikit kaget mendengar suara bel rumahnya yang berbunyi.

"tumben jam segini ada yang nekan bel?
Siapa memangnya orang yang bertamu pagi-pagi seperti ini?"fikir Franda bingung. Ia segera menaruh sehelai roti yang sudah diolesinya dengan selai cokelat untuk melihat siapa sosok yang bertamu pagi buta seperti ini.





**
"Ckleek.."

"siapa yah?"

Franda membuka pintu rumahnya perlahan. Ia keluar dan menatap bingung sosok laki-laki yang berdiri membelakanginya ini.

"p..pagi Nda?"lelaki yang ternyata Bisma ini membalikkan tubuhnya dan tersenyum memandang Franda.

"k..KAMU?"bola mata Franda membola kaget melihat kedatangan Bisma yang sangat tidak diduganya ini. Ia buru-buru menutup pintu rumahnya karna tidak mau bertemu lagi dengan Bisma.

"N..nda! tunggu dulu sebenta Nda, pintunya jangan ditutup! Aku mau bicara sebentar sama kamu!"pinta Bisma segera menahan pintu yang hendak ditutup paksa oleh perempuan bermata sipit ini.

"udahlah Bis, dirumah ada kak Rafa.
Kamu gak mau kan kalau dipukulin sama kak Rafa lagi kayak kemarin?
Lebih baik sekarang kamu pulang!
Jangan pernah datang dan temui aku atau Elfaris lagi!!"jelas Franda dengan mata berkaca-kaca saat mengucapkan kalimat tersebut.

"enggak Nda, aku gak mungkin gak datang kesini lagi.
Aku ikhlas dipukulin sama Rafael, bahkan dia bunuh sekalipun. Aku rela Nda, karna aku tahu aku memang salah. Aku pantas mendapatkan itu semua.
Tapi please aku mohon, jangan suruh aku pergi untuk tidak pernah menemui kamu lagi.
Aku gak bisa lakuin itu, gak bisa Nda.."pinta Bisma memohon lirih. Ia memukul pelan pintu yang kini terus ditahannya agar tidak bisa Franda tutup, air matanya pun ikut menetes seiring rasa sesak yang terus terasa didalam dadanya.

"aku gak bisa Bis..
Lebih baik sekarang kamu pulang.
Aku minta dengan sangat, jangan pernah temui aku atau Elfaris lagi, aku mohoon.
Kalau kamu memang sayang Elfaris, tolong jauhi dia, tolong Bis, aku mohoon.."pinta Franda terisak lirih. Tubuhnya terkulai lemas hingga pintunya pun terbuka karna tidak bisa ia tahan saat Bisma mencoba membukanya.

Bisma berdiri menatap pilu sosok perempuan cantik ini. Ia menggeleng lemah, satu tetes bulir bening mengalir dari pelupuk matanya.


"aku tahu kesalahan aku sangat besar dan fatal Nda.
Aku juga tahu dengan seratus bahkan sejuta kata maaf pun gak akan pernah bisa menebus semua kesalahan yang pernah aku perbuat.
Aku tahu bahkan dengan pukulan demi pukulan yang aku terima dari kakak kamu pun gak akan pernah bisa membalas rasa sakit yang kamu alami karna ulah bejat aku.
Tapi aku mohon Nda, kasih aku kesempatan.
Kasih aku sedikit celah buat menebus semuanya.
Kasih aku ruang buat membahagiakan kamu juga Elfaris.
Kamu sayang Ais kan Nda?
Aku yakin kamu gak akan pernah biarin dia terus bersedih karna ingin bertemu dengan ayahnya.
Aku ayahnya Nda, aku janji akan bahagiain kamu dan Ais, aku akan nikahin kamu. Aku akan tebus semu kesalahan aku, please kasih aku sedikit kesempatan untuk membalas semuanya, aku mohon Nda, aku mohoon.."Bisma berjalan perlahan mendekati Franda. Air matanya kini benar-benar ia biarkan mengalir bebas membasahi pipinya. Kedua tangannya ia satukan dengah harapan Franda mau menerima dan mengabulkan semua permintaanya yang memang sangat sulit untuk dikabulkan ini.

"aku gak bisa Bis.. Aku tetep gak bisa.
Kamu udah punya istri, aku gak mungkin hancurin rumah tangga kamu. Aku tetep gak bisa Bismaa.."batin franda memandang lirih dengan kepala menggeleng lemah berderai air mata.

"jangan diam Nda.
Aku butuh jawaban kamu. Aku yakin kamu pasti gak akan biarin Elfaris terus bersedih. Kamu pasti ingin lihat dia bahagia kan?
Kita lakuin ini semua buat Ais Nda, buat anak kita..
Kamu mau kan?"Bisma menatap wajah Franda penuh harap. Kedua pipi Franda ia usap lembut dengan ibu jarinya berharap kalau perempuan cantik ini akan luluh dan mau menuruti keinginannya.

"lebih baik kamu pulang aja Bis.
Aku yakin tanpa adanya kamu pun Elfaris tetap bisa bahagia. Dia masih punya aku, dia gak butuh ayah Bis, dia gak butuh kamu. DINA yang LEBIH butuh kamu!"tegas Franda menepis lengan Bisma dan hendak beranjak menjauhi lelaki tampan ini.

"kamu BOHONG!
kamu gak mungkin bisa bahagiain Elfaris sendiri Nda. Kamu itu butuh aku! Elfaris juga sama BUTUH AKU!
Aku tahu aku memang sudah punya istri, tapi aku lebih butuh kamu dan Elfaris. Aku butuh kalian berdua.
Dina gak bisa kasih aku keturunan, mamah bahkan sampai sering sakit karna gak bisa punya cucu.
Harapan mamah sekarang hanya Elfaris.
Aku mohon Nda, kamu jangan egois.
Fikirkan masa depan Elfaris dan kamu juga.
Aku yakin kamu sangat butuh aku, kamu butuh aku Nda.."jelas Bisma berkaca.

Franda menghentikan langkahnya, sejenak ia tampak befikir dan mencerna setiap kalimat yang Bisma ucapkan.

"Dina udah izinin aku buat nikahin kamu. Dia bahkan udah tahu semuanya. Dia marah Nda, Dina marah saat aku ceritakan semuanya. Dia marah karna aku udah buat kamu dan Elfaris menderita. Dia minta aku buat nikahin kamu, jadi kamu gak perlu takut akan Dina. Dia sendiri yang nyuruh aku menikahi kamu.
Aku mohon jangan egois..
Aku sayang kamu, aku gak mau buat kamu terus-terusan menderita.
Aku ingin lihat kamu bahagia, dengan Elfaris juga Nda.."Bisma memegang pelan pundak Franda, ia membalikkan tubuh Franda agar mau menatap lekat kedua bola matanya. Wajah Franda ia usap lembut, membuat perempuan cantik ini tertunduk tanpa berani menatap balik wajah Bisma.

"nikah sama aku yah?
Elfaris pasti akan bahagia Nda. Dina juga gak akan mungkin marah.
Biar aku yang minta izin sama Rafael nanti.
Aku siap apapun resikonya. Aku gak mau ngulang kesalahan terbesar aku lagi. Aku gak mau lihat kamu terus-menerus terbebani karna ulah aku.
Please izinin aku buat bahagiain kamu Nda, aku mohoon.."pinta Bisma lirih. Ia mengangkat dagu Franda agar wajah perempuan cantik ini mau menatap wajahnya.

"hiks.. Aku gak tahu harus jawab apa Bis.. Aku gak tahuu, hiks.. Aku gak tahu Biss.."tiba-tiba Franda langsung berhambur memeluk tubuh Bisma.
Ia menangis sejadi-jadinya didalam pelukan Bisma.

"aku anggap dengan pelukan ini berarti kamu setuju Nda.
Aku janji ini terakhir kalinya aku lihat kamu menangis. Setelah ini aku gak akan biarin air mata kamu jatuh lagi, aku janji nda.."Bisma mengecup lembut pundak Franda. Punggung Franda ia usap dengan kedua tangan yang mendekap erat tubuh perempuan cantik ini.




"aku gak bisa egois. Aku yakin Franda bisa bahagia kalau bersama Bisma.
Apalagi tidak selamanya aku bisa terus menjaga dan mengawasi Franda. Dia butuh pendamping yang bisa membahagiakannya kelak.
Kalau memang loe bisa bahagiakan adik gue, gue akan coba terima loe Bis.
Meski gue sangat kecewa, tapi melihat sikap loe sekarang gue sangat yakin kalau loe bisa bahagiain adik gue, gue akan coba mempercayai loe Bisma.."Rafael memandang lirih sosok Franda dan Bisma yang masih saling mendekap itu. Ia berdiri dari arah anak tangga lantai atas rumahnya. Sedari tadi Rafael memang melihat dan menyaksikan apa yang Franda dan Bisma ucapkan dibawah sana.

"om Laffa lagi ngapain disini? Katanya mau salapan? Ayo om, bunda pasti udah nunggu kita dibawah.."tiba-tiba terdengar ucapan polos bocah tampan yang datang menghampiri Rafael.

"sarapannya dikamar aja yah? Ais masuk kamar lagi. Nanti biar om Rafa yang bawa makanannya kekamar Ais.."ujar Rafael tersenyum kecil menatap keponakan kesayangannya ini.

"tapi kenapa egak dibawah aja om? Kan udah aja meja makan dibawah? Kenapa halus dikamal?"tanya Elfaris polos. Lagi-lagi Rafael malah tersenyum. Ia berjongkok menyamai tinggi Elfaris, rambut hitam poni Elfaris ia usap dengan lembutnya.

"Ais masuk aja, nanti om akan kasih sesuatu buat Ais, sekarang masuk ya sayang.."suruh Rafael lembut.

"iya deh om Ais nulut. Tapi jangan lama-lama. Ais udah lapal om. Telus om halus jaji kasih sesuatunya nati buat Ais, jangan bohong omm.."setuju Elfaris tersenyum riang.

"iya pasti. Sesuatunya akan om kasih nanti sore. Ais pasti akan senang dengan sesuatunya. Pokoknya itu sangat khusus buat Ais.."jelas Rafael kembali tersenyum.

"yaudah kalau giu Ais masuk ya om? Dah omm mmuahh"satu kecupan Elfaris daratkan dipipi kiri Rafael sebelum ia berlalu ngacir masuk kedalam kamarnya meninggalkan Rafael.

"om yakin kamu akan sangat bahagia kalau sudah om kasih tahu tentang siapa ayah kandung kamu yang selalu kamu pertanyakan. Om akan kasih tahu semua itu. Om gak akan biarkan Ais bersedih lagi. Om janji sayang..
Mungkin memang hanya ayah kamu yang bisa om percayai untuk menjaga dan membahagiakan kamu juga bunda kamu.."batin Rafael memandang sosok Elfaris yang sudah berlalu pergi itu. Ia kemudian beranjak turun menuju lantai bawah dimana Franda dan Bisma masih berada disana.





**
Dokter muda nan tampan ini rupanya baru saja pulang dari rumah sakit tempatnya bekerja. Wajahnya terlihat sedikit kusut karna semalaman ia berada dirumah sakit hingga baru pulang pagi seperti ini.


"aku fikir kamu udah lupa sama rumah ini dan gak akan pulang Ja.."tegurmu ketus tanpa menoleh sedikitpun melihat kedatanga suamimu ini.

"Eja semalam lagi ada operasi dan pasient Eja yang lain juga kondisinya sangat kritis. Jadi baru bisa pulang sekarang.."jelas Reza pelan menatap kearahmu.

"pasient itu memang sangat penting dan LEBIH penting yah dari istri sendiri.
Oke Fine! Kalau memang kamu lebih peduli dan mentingin pasient kamu itu, jangan harap aku bisa betah tinggal dirumah ini sama kamu!"kesalmu ketus menunjuk wajah Reza.

"kamu tuh gak usah egois deh! Eja kan kerja juga buat kamu, kalau kamu terus-terusan seperti ini kapan kamu ngertiin Eja nya? Udah tau profesi Eja itu sebagai Dokter. Ngerti sedikit dong!! Jangan kayak anak kecil terus!"bentak Reza tiba-tiba. Entah dengan sadar atau tidak ia berani membentakmu seperti ini.

"APA? mau nangis?
Eja udah capek lihat kamu seperti ini terus, kalau mau pulang, PULANG aja sana! Eja gak butuh istri yang kayak anak kecil, cengeng kayak kamu!"lanjutnya kini menatapmu kecut saat berjalan melewatimu.

Sungguh serasa bagaikan disambar petir dipanas hari melihat sikap Reza yang sangat mengejutkan ini.

"ko Eja kayak gitu banget sih ngomongnya?
Aku kan cuma pingin diperhatiin sama kamu Ja.
Apa salah kalau aku minta perhatian lebih dari Eja?
Eja itu suami aku, tapi Eja lebih banyak meluangkan waktu sama pasient Eja juga rumah sakit. Sedangkan aku Eja biarin sendirian terus dirumah. Sakit Ja, aku kesepian disini.."batinmu memandang lirih sosok Reza yang sudah berlalu meninggalkanmu. Bulir bening air mata sampai tak terasa mengalir dari pelupuk matamu akan sikap suamimu ini.



**
Sore menjelang..


Lelaki tampan bertubuh tidak terlalu besar ini tengah duduk didalam sebuah cafe yang terletak tak jauh dari tempat tinggalnya.
Ia sesekali melirik jam hitam yang dipasang dilengan kirinya. Bibirnya tersenyum kecil saat melihat layar BB hitamnya yang terpajang sosok bocah tampan jagoan kecilnya.

"sebenarnya apa yang sedang Rafael rencanakan?
Kenapa om kamu itu nyuruh ayah datang kesini?
Apa dia mau pukul ayah lagi seperti kemarin?
Pagi tadi Rafael memang masih terlihat kecut bahkan tidak mau menatap ayah, makanya ayah langsung buru-buru pulang, padahal ayah belum bertemu Ais.
Hufh.. Semoga gak ada hal buruk yang akan menghalangi niat dan rencana baik ayah termasuk Rafael.."Bisma menghela nafasnya berat. Ia rupanya cukup cemas dan khawatir akan kedatangannya ke Cafe ini. Apalagi Rafael yang menyuruhnya datang kesana tanpa maksud yang jelas dan sangat membuatnya bingung.

Bisma meraih segelas orange juice dihadapannya. Ia meneguknya sedikit untuk mengurangi rasa gugup dan takut akan rencana apa yang tengah Rafael siapkan untuknya.

"semoga Rafael gak bunuh gue.
Gue gak siap kalau harus mati sebelum Elfaris tahu yang sebenarnya. Gue juga masih mau membuat dia bahagia tanpa menambah penderitaan untuk Franda.
Jadi jangan bunuh gue dulu Raf sebelum gue bisa menebus semua kesalahan fatal gue.."batin Bisma kini malah berfikiran yang tidak-tidak yang justru menambah kecemasakn pada dirinya sendiri.




Sementara itu..


Sosok bocah kecil berwajah tampan bermata sipit ini baru saja keluar dari mobil Honda Jazz hitam milik Rafael sang om. Ia berjalan dengan langkah kecilnya mendekati Rafael, tatapan matanya terlihat bingung, mata sipitnya pun ia picingkan memandang sebuah cafe dihadapannya ini.

"ko om bawa Ais kesini?
Katanya tadi om mau ajak Ais ketemu ayah?
Om pasti ngeljain Ais, ini gak lucu om, Ais gak suka!"protesnya menghentakkan kaki kesal melirik Rafael.

Namun Rafael justru malah tersenyum melihat ekspresi kesal nan lucu dari keponakan kesayangannya ini.

"kita masuk sekarang.."ajaknya meraih pergelangan tangan Elfaris menuntunnya untuk masuk kedalam Cafe tersebut.

"Ya awoh.. Ais tahu om Laffa pasti lagi ngajakin Ais becanda.
Tapi ini benelan gak lucu. Ais gak mau kalau om Laffa cuma mainin Ais aja. Bunda udah seling boongin Ais tentang kebeladaan ayah. Dan sekalang om Laffa malah ikut-ikutan. Ais gak suka Ya Awoh.."batin Elfaris lirih. Ia berjalan dengan langkah berat dan penuh keterpaksaan mengikuti kemana Rafael membawanya.


"om sengaja ajak kamu kesini. Om akan jelasin semuanya dan kasih tahu kamu.
Om tahu bunda kamu tidak akan pernah berani dan sanggup menjelaskan tentang siapa kamu dan ayah kamu. Dia terlalu lemah dan pengalah. Dia bahkan rela membiarkan kamu terus-menerus bersedih dengan sikap egoisnya itu.
Dan sekarang saatnya kamu harus tahu yang sebenarnya.
Mungkin om tidak akan bisa berlama-lama tinggal bersama kalian. Om harap Bisma bisa menjaga kamu dan bunda kamu kelak jika om sudah tiada.."batin Rafael tersenyum kecil mengusap puncak kepala Elfaris. Entah apa maksud ucapannya itu, ini masih menyimpan tanda tanya besar karna tidak ada yang tahu maksud dari ucapan Rafael selain dirinya sendiri.









Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p